Ketika dia hendak mencuci pakaian dia memerlukan sehelai kain yang lain sebagai pengganti, akhirnya dia turun gunung meminta sehelai kain kepada penduduk desa.
Penduduk desa sudah mengenalnya sebagai seorang kultivator yang taat, tanpa banyak bertanya mereka memberinya sehelai kain sebagai pakaian pengganti.
Ketika kultivator ini sampai di gubuknya di atas gunung, dia melihat seekor tikus. Tikus ini sering datang mengganggunya ketika dia sedang bermeditasi, mengigit pakaian penggantinya.
Karena dia telah bersumpah seumur hidupnya tidak akan membunuh mahluk hidup, oleh sebab itu dia tidak menyakiti tikus ini, tetapi dia tidak mempunyai cara mengusir tikus ini, akhirnya dia turun ke gunung meminta seekor kucing untuk dipelihara.
Setelah dia memelihara kucing tersebut, lalu dia berpikir, “Apa yang harus dia makan? Saya tidak ingin dia memangsa tikus tersebut, tetapi tidak mungkin dia seperti saya hanya memakan buah dan sayuran saja.“
Akhirnya dia pergi lagi ke desa meminta seekor lembu betina, sehingga kucing ini bisa meminum susu lembu.
Tetapi setelah beberapa lama berada di atas gunung, dia merasa dia telah membuang terlalu banyak waktu untuk memelihara lembu betina ini. Akhirnya dia turun gunung lagi pergi ke desa, mencari seorang gelandangan yang sangat miskin, dia lalu membawa gelandangan yang tidak mempunyai rumah ini naik ke gunung tinggal bersamanya dan menyuruh dia mengurus lembu betinanya.
Gelandangan ini setelah beberapa lama tinggal di atas gunung lalu mengeluh kepada kultivator.
“Saya tidak sama dengan engkau, saya memerlukan seorang istri, saya memerlukan kehidupan berkeluarga seperti orang biasa,” ujar gelandangan itu.
Kultivator ini setelah mendengar keluhan itu, merasa benar juga tidak mungkin gelandangan ini akan seperti dia hanya berkultivasi.
Cerita ini jika diteruskan, kalian pasti dapat menerkanya, akhirnya apa yang akan terjadi? Mungkin setelah setengah tahun berlalu, seluruh isi desa akan di pindahkan keatas gunung.
Cerita ini sebenarnya terjadi di dalam kehidupan kita semua, timbulnya keinginan bagaikan sebuah mata rantai, dia akan merantai kita terus menerus, selamanya tidak ada kepuasan. Hal yang paling menyedihkan adalah manusia selalu mencari alasan yang tidak masuk akal untuk memenuhi keinginannya.
[source : Erabaru/hui]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA