Share Info

18 December 2010

Juru Rampok Bertampang Kalem

Penampilannya kalem, dengan kacamata minus, mirip anak kuliahan kutu buku. Padahal, menurut Direktur Badan Nasional Penanggulangan Tero risme Komisaris Besar Petrus Golose, "Dialah perencana perampokan Bank CIMB Niaga Medan."

Fadli Sadama, 28 tahun, ditangkap Polisi Diraja Malaysia pada 18 Oktober lalu. Ia disergap di bus dalam perjalanan menuju Johor Bahru. Polisi Diraja negeri itu mengklaim menemukan dua pistol dalam tas kulit Fadli, yang diselempangkan di pundaknya. Polisi menuduh pria yang memiliki nama alias Fernando dan Adek ini memiliki senjata api haram.

Dua pekan dipasung Malaysia, Fadli dijemput petugas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Menurut Petrus, Fadli memperoleh senjata itu dari Thailand, yang dikunjunginya dari Malaysia. Fadli, masih menurut Petrus, punya jaringan kuat di Organisasi Pembebasan Pattani Bersatu (PULO). "Dua pistol itu akan diselundupkan ke Indonesia," ia menambahkan.

Menurut sumber Tempo di kepolisian, Fadli hendak menggunakan pistolnya untuk membebaskan "guru"-nya, Indra Warman alias Toni Togar. Dihukum 20 tahun penjara karena terlibat pengeboman Hotel JW Marriott pada Agustus 2003, Toni kini menghuni Lembaga Pemasyarakatan Pematangsiantar, Sumatera Utara. "Fadli akan menyerang petugas di lembaga pemasyarakatan," kata sumber itu.

Toni tokoh penting dalam riwayat Fadli. Pada 2003, menurut polisi, Fadli remaja direkrut Toni ke Jamaah Islamiyah-organisasi yang kini dituduh merencanakan serangkaian teror. Ketika itu Toni sedang merencanakan pengeboman bersama Noor Din M. Top dan Dr Azahari, warga negara Malaysia. Toni ditangkap ketika hendak merampok Bank Lippo Pekanbaru.

Menurut polisi, Toni tetap beraksi dari dalam penjara. Ia memimpin pe rampokan Bank CIMB Niaga Medan pada Agustus lalu. Menggunakan telepon seluler milik sipir, ia berkomunikasi dengan para anggota jaringannya di luar penjara. Abu Sayyaf alias Taufik Marzuki, anggotanya yang ditangkap di Selangor, Malaysia, sebulan lalu, diduga mencari senjata dan amunisi buat kelompok ini.

Fadli dituduh polisi berperan cukup intens dalam perampokan CIMB Niaga Medan, yang menewaskan seorang polisi, "Dia mengajar anggota lain supaya melilitkan kunci motor ke tangan kiri agar bisa cepat bergerak lari," ujar sumber Tempo. "Lalu kedua tangan memegang senjata."

Ia juga terlibat perampokan Bank Lippo di Medan pada 2003. Dia ditangkap dan dihukum tiga tahun penjara. Keluar dari bui, ia kembali terlibat pe rampokan Bank BRI Medan pada 2006. Jauh sebelumnya, ia telah "terjun" dalam konflik beragama di Ambon, pada 2001. Di sana ia bertugas memasok senjata sehingga banyak berhubungan dengan kelompok perlawanan di Thailand Selatan.

Menurut Direktur Eksekutif Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail, meski anggota Jamaah Islamiyah berhubung an dengan kelompok Pattani, ideologi keduanya berbeda. Hubungan mere ka cuma bisnis senjata. "Kelompok Patta ni merupakan gerakan separatis, tak pakai ideologi salafi seperti Jamaah Islamiyah," ujarnya.

Keterlibatannya dalam perampokan Bank BRI di Medan membuat Fadli kembali ditangkap. Ia dihukum enam tahun penjara. Menjalani dua pertiga masa hukumannya, dia dibebaskan dari penjara pada Juli lalu sebulan sebelum perampokan CIMB Niaga Medan.

Dari keterangan Suryo Saputro, tersangka teroris yang telah ditangkap, perampokan ini berhubungan dengan kamp pelatihan paramiliter di Jalin Jantho, Aceh, April lalu. Suryo adalah anggota kelompok Lampung, yang datang ke Aceh bersama teman-temannya seperti Abah alias Ari Saputra alias Beben Choirul Rizal. Abah belakangan ditangkap karena dituduh terlibat pe rampokan CIMB Niaga.

Perampokan CIMB Niaga tak cuma melibatkan kelompok lokal Medan seperti Fadli, Taufik Hidayat, dan Wak Geng. Selain kelompok Lampung, ada kelompok Solo. Di kelompok terakhir ini, polisi mendapati Ubaid, yang dianggap memiliki hubungan erat dengan Thoyib, bendahara Jamaah Ansharut Tauhid pimpinan Abu Bakar Ba'asyir.

Menurut polisi, pelatihan paramiliter ini melibatkan banyak unsur "perge rakan", yang kemudian membentuk Tanzim al-Qaidah Asia Tenggara. Dalam tanzim ini, menurut sumber Tempo, Fadli menjadi penasihat organisasi. "Meski kalem, perannya sentral," ujar sumber di kepolisian.

Merasa dikejar polisi, Fadli lari dari tempat persembunyiannya di Medan ke Malaysia pada September lalu. Kepolisian Indonesia mengetahuinya pa da awal bulan berikutnya dan segera menghubungi kolega mereka di Kuala Lumpur. Polisi Diraja Malaysia segera bertindak. Ketika itu Fadli sudah sampai Penang. Tak ketinggalan langkah, aparat keamanan kerajaan menyergap sang pemuda kalem yang sedang dalam perjalanan menuju Johor Bahru.

(Source : Tempo Interaktif]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month