Share Info

27 December 2010

Pendakian Terjal Seorang Yatim Piatu

Sejak usia 5 tahun, Nathaniel Williams dan sebelas saudaranya sudah kehilangan ibunya yang meninggal karena sakit. Sebelum meninggal, ibunya sudah menjadi orangtua tunggal (single parent), bekerja sambil membesarkan anak-anaknya yang jumlahnya tak sedikit itu.

Setelah itu mereka dipelihara negara dan hidup di penampungan semacam rumah yatim piatu. "Tak satu pun saudara yang mau mengadopsi kami menjadi anak mereka atau memelihara kami," ujar Williams. Maka hiduplah ia di penampungan, kecuali dua kakaknya yang sudah lewat usia 18 tahun.

Tentu saja, tak enak hidup di penampungan. Untungnya ia mendapat kesempatan untuk sekolah (dengan biaya bantuan sosial) setelah usianya 18 tahun dan lepas dari penampungan. Ia juga bekerja di berbagai kegiatan sosial untuk menyambung hidup. Meskipun bisa sekolah hingga tamat perguruan tinggi, Williams mengaku masa depannya saat itu tak jelas. Ia merasa frustrasi dan hidupnya tak punya harapan. Ia merasa hidupnya tak dianggap orang.

Di tengah rasa frustrasinya dan pendakian hidup yang tak karuan, Williams berpikir bahwa yang bisa menentukan masa depannya adalah dirinya sendiri. Ia bisa menjadi penjahat, namun bisa juga menjadi orang baik-baik. Ia bisa berhenti sekarang (mati), bisa juga panjang umur.

"Saya membayangkan saya naik kereta dan ibu saya ada di samping. Ia menunjuk sejumlah pemberhentian (stasiun) dan mempersilakan saya memilih untuk turun atau melanjutkan perjalanan. Saya memilih melanjutkan perjalanan hingga bertemu pemberhentian paling jauh dan membuatnya bangga dengan saya!" paparnya.

Sejak itulah hidupnya berubah. Ia ingin hidupnya bermanfaat. Maka ia mulai membantu anak-anak yang senasib dengan dirinya agar bisa mendapat hidup lebih baik. Ia bekerja di berbagai kegiatan sosial. Ia mengajar. Belakangan, ia menjadi penulis buku dan motivator yang ditunggu seminarnya.

Kini Nathaniel Williams adalah sosok seorang yang sukses, seorang pekerja sosial, pengajar, doktor di bidang ilmu pendidikan, pengusaha, aktivis organisasi nirlaba, motivator, dan penulis buku laris. Ia dan sang istri, Tade, beserta tujuh anaknya, tinggal Northampton County, Pennsylvania, AS.

"Sukses diraih karena komitmen, gigih, dan integritas," pungkas presiden dan CEO dari 8 organisasi profit dan non-profit yang akrab dipanggil Dr Nat ini. Itulah ‘pendakian terjal' seorang yatim piatu. Luar Biasa!

[Source : Andrie Wongso]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month