Share Info

18 December 2010

Manisnya Pembalasan

Dalam kehidupan: sakit hati, kebencian dan dendam dapat dijadikan kekuatan pembangkit yang luar biasa.

Pembalasan adalah respon terhadap sesuatu yang dianggap sebagai ketidakadilan dan biasanya reaksi ini sangat parah akibat ego yang terluka. Bagi seorang eksekutif yang "takhtanya"-nya direbut, maka tidak ada upaya yang lebih memuaskan selain merebutnya kembali. Steve Jobs, yang didepak dari Apple Computer Inc, pada 1985 tapi kemudian berhasil kembali memimpin sejak 1997, bukan satu-satunya contoh orang yang berhasil memenangi pertarungan yang hampir mustahil. Banyak sudah dicontohkan mulai dari filmsampai dalam kehidupan nyata di dunia bisnis.

Memang aksi balas dendam akan terkenal selama berlangsung di posisi puncak, namun ruang kerja karyawan biasa, juga tak bisa luput dari sabotase. Pengunduran diri atau pemecatan bukan satu-satunya kondisi yang memicu orang untuk membuat perhitungan. Dari balas dendam terhadap rekan sekerja yang mencari-cari atau membesar-besarkan kesalahan, menyudutkan, menampik ide, pengecaman di depan umum, pemotongan anggaran tanpa kejelasan sampai dendam di antara para manajer level menengah yang bersaing memperebutkan jabatan, pembalasan juga memiliki peranan dalam skenario kehidupan yang lebih biasa.

Keinginan untuk balas dendam merupakan salah satu dorongan manusiawi yang tersembunyi di balik perilaku eksekutif. Meski tabu dibicarakan dalam forum bahwa balas dendam dapat dijadikan pemicu sukses yang signifikan, tapi hal ini benar-benar terjadi.

Lantas bagaimana kita dapat melakukan pembalasan namun tidak terjebak dalam fallacy (buah pikiran yang keliru), dimana sebuah penalaran atau pemikiran menghasilkan kesimpulan yang nampak benar, namun secara aktual justru salah? Dan bagaimana agar dapat menduduki sebuah jabatan yang diincar dalam ranah persaingan yang penuh intrik dan mengundang ketidakadilan? Sehingga saat terpilih, kita adalah pemimpin hasil sebuah bentukan, bukan pemimpin yang lahir karena kecelakaan sejarah.


JADILAH TERANG


Jangan pernah melawan kejahatan dengan kejahatan, ketidakadilan dengan ketidakadilan. Tidak perlu membuang energi untuk melawan kegelapan, cukup buat diri ini bersinar semakin terang, maka kegelapan akan hilang dengan sendirinya. Fokuslah bahwa permasalahan ada dalam diri kita bukan orang lain, karena yang ada pada diri sendirilah yang dapat kita perbaiki, pertahankan, dan tingkatkan.

Jadilah pribadi yang transparan sebagai pilar integritas dan kejujuran melalui teladan kehidupan. Dengan demikian, kita akan menjadi orang atau pemimpin yang terbuka, menjadi teladan bagi karyawan lain. Tidak perduli Anda pintar atau tidak, kaya atau tidak, menjadi orang yang memiliki integritas, kejujuran, dan keteguhan adalah kewajiban sekaligus hak tiap orang sejak manusia diciptakan. Integritas perlu dirangsang, dipaksa, dilatih bahkan dipertontonkan hingga akan menjadi refleks kecerdasan di kelak kemudian. Jika Anda memiliki kualitas seperti itu, percayalah! Bahkan kemiskinan pun tak dapat menundukkan Anda.


FASTER, HARDER, DAN SMARTER TIDAKLAH CUKUP

Pola pikir atau mindset ini akan membuat kita mendapat dorongan bahwa semakin cepat, keras dan cerdas kita bekerja, maka semakin besar pula reward yang kita terima. Dengan begitu tantangan yang tersedia akan semakin besar dan membuat orang terpacu mengejar target yang menjadi tanggung-jawabnya. Sehingga tercipta karyawan yang target oriented dan menjelma menjadi orang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya tanpa memikirkan kebersamaan yang diperlukan suatu tim dalam sebuah organisasi atau perusahaan.


Meskipun dibarengi dengan kenaikan gaji atau reward lainnnya, namun dengan segera gaji yang diterima akan dirasa tidak seimbang. Kita merasa telah terlalu banyak bekerja, berjuang demi perusahaan, bekerja lebih dibanding orang lain, sementara yang didapat sangat kecil. Kondisi lain yang memperparah adalah mengetahui bahwa yang lain juga mendapat kenaikan gaji, lantas semangat kerja merosot, timbul iri karena merasa diperlakukan tidak adil.

Perlu disadari bahwa Faster, Harder, dan Smarter adalah pola pikir reaktif yang berupa solusi sementara. Pemahamannya sebagai berikut: Faster = Meningkatkan kecepatan atas pekerjaan Anda untuk mengejar, bertahan dan berjalan. Harder = Meningkatkan intensitas usaha Anda dalam rangka mengendalikan, memperbaiki dan mendominasi. Smarter = Meningkatkan know-how Anda untuk mengecoh, mengakali atau menyiasati suatu kemenangan. Hal ini dapat menjadi batu sandungan di kemudian hari.

Untuk itu perlu ditambahkan pola pikir yang kreatif dengan: Richer = Meningkatkan level kesadaran Anda untuk mengeluarkan potensi tersembunyi dalam situasi Anda. Deeper = Memperluas dalamnya penghargaan Anda terhadap hubungan manusia untuk mempercepat kemajuan dan sinergi. Wiser = Memperluas pengertian Anda tentang bagaimana dan mengapa dunia dapat menciptakan kemungkinan baru.

KELOLA TEKANAN HIDUP

Kemarahan akibat dari tekanan hidup atas perlakuan yang tidak adil, sangat memungkinkan menimbulkan reaksi balas dendam. Namun sadarilah! Kemarahan sesungguhnya bukan bersumber pada besarnya hinaan atau perlakuan yang tidak adil, tapi lebih merupakan kerapuhan pada diri sendiri. Bahkan saat mental ini sedang sangat rapuhnya, maka hal sepele sekalipun dapat kita curigai sebagai sebuah penghinaan. Tapi bila mental pertahanan kita kuat, maka kita dapat melihat dengan cara yang berbeda. Karena kita tidak akan pernah bisa marah, sakit hati sedih bahkan senang sekalipun bila kita tidak mengizinkannya.

Jadi saat Anda memangku tekanan hidup, diamlah sejenak, lihat sekitar atau pikiran Anda, temukan "obat"nya. Lihatlah hal yang berbeda, karena biasanya obat untuk itu berada tidak jauh dari kita, misal: senyum anak-anak kita, kesabaran istri kita, atau tersenyumlah. Anda akan rasakan gumpalan hitam tekanan hidup tadi menguap berganti indahnya cahaya pelangi. Bila Anda merasakan hal yang tidak enak atau tidak baik, Hentikan! Jangan Anda izinkan. Hal ini merupakan indikasi bahwa Anda sedang memikirkan hal yang tidak baik. Ubah perasaan tadi dengan seketika, maka pikiran Anda akan berubah, kesedihan menjadi kegembiraan, Kesulitan menjadi kemudahan dan tekanan menjadi tantangan.

MEMBALAS DENDAM

Untuk menikmati keindahan balas dendam, tidak perlu melakukan pembalasan aktif, kemudian merasakan kepuasan melihat hukuman yang dialami pihak yang pernah mempersulit kita dengan menari di atas penderitaan orang lain (shadenfreude). Cukup dengan melakukan hal di atas, perlihatkan pada mereka bahwa Anda tidak jatuh berkubang, malah berdiri tegak dan berkibar menuai kesuksesan!


By : Mugi Subayo

Source : Andrie Wongso

1 Comment:

  1. Terima kasih atas kesediaannya menampilkan artikel ini. Saat saya buka blok Bpk. Tjuk Emet, saya masih syok atas kekalahan Timnas kita di Malaysia. Kemudian saya ingat film Cartoon "CARS" saat Lightning memutuskan untuk membantu 'King' dari Dinoco yang mengalami kecelakaan dan membiarkan Thunder menang atas kecurangannya terhadap King. Saya berharap Timnas mampu menunjukkan semangat juang dan sportifitas yang tinggi pada tanggal 29 Des 2010 nanti. Sehingga meski kalah sekalipun, kebanggaan saya akan mencapai puncak tertinggi. Demikian juga dengan suporternya, terima kasih... kalian sudah dewasa. Salam kenal .. (Mugi Subagyo) maaf bukan Mugi Subayo.

    ReplyDelete

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month