Pada zaman Romawi Kuno, manusia sudah menggunakan kain untuk melindungi leher khususnya bagi para juru bicara. Kemudian, mulai berkembang digunakan oleh prajurit militer Romawi pada zaman itu. Sedangkan di masa Shakespeare, tepatnya tahun 1564-1616, ada aksesoris leher yang terkenal yang bernama "ruff" yaitu kerah kaku dari kain putih yang berbentuk menyerupai piringan besar yang melingkar di leher.
Pada tahun 1660-an tepatnya pada masa pemerintahan Louis XIV muncul sapu tangan Cravat yang diikatnya di leher seseorang. Menurut penuturan Francoise Chaile dalam buku La Grande Historie de la Cravate, sekitar tahun 1635, sedikitnya enam ribu prajurit dan ksatria yang disewa oleh Louis XIII dan Richelieu datang ke Paris untuk menaklukkan Perancis. Mereka menggunakan sapu tangan berbahan kain yang diikatkan di leher. Maka sapu tangan Cravat diartikan sebagai penduduk dari Kroasia.
Keindahan Cravat dan cara pengikatannya menunjukan kelas si pemakai. Bahkan, konon Beau Brummel (1778-1840) yang banyak mempengaruhi perkembangan mode membutuhkan waktu berjam-jam untuk mengikat Cravat miliknya. Banyak buku teknik mengikat Cravat yang diterbitkan dan bahkan ternyata ada seratus lebih cara yang dikenal saat itu.
Cravat mulai berkembang dengan model ujung yang panjang pada tahun 1860. Dari sinilah mode dasi panjang berkembang, terutama ketika muncul mode kemeja berkerah. Sejak saat itu, dasi menjadi pemanis yang disimpulkan di bawah dagu dengan ujung panjang yang terjuntai di depan kemeja. Pada tahun 1890-n mode dasi kupu-kupu mulai popular.
Kini, dasi menjadi pemanis yang disimpulkan di bawah dagu untuk menambah kesan elegan terutama bagi para pria. Beragam motif maupun warna diciptakan sehingga dapat disesuaikan dengan kemeja yang dikenakan.
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA