1. Jika berhasil berkompromi soal isu kebersihan, artinya Anda selamat dari sumber konflik lain. Jika standar higienitas Anda dan pasangan berbeda (kebanyakan pasangan sepertinya mengalami ini), tandanya Anda harus selalu siap berkompromi. Anda tak bisa memaksa pasangan mengikuti standar kebersihan atau higienitas Anda. Karenanya persoalan sederhana seperti pasangan yang selalu melempar kaos kaki sembarangan, atau tidak menyimpan pakaian bekas pakai di keranjang pakaian kotor, bisa menjadi sumber konflik berkepanjangan. Jika Anda dan pasangan bisa mengatasi masalah ini, selamat. Karena Anda pun akan terselamatkan dari konflik yang bersumber dari topik keuangan, politik, agama, bahkan uang.
2. Jika pasangan membuat Anda jengkel, bayangkan saja ia sebagai anak kecil yang menggemaskan. Agak sulit sepertinya menerapkan ini dan mungkin konyol bagi sebagian orang. Tetapi cara ini bisa membuat perspektif lain yang lebih menyegarkan saat Anda sedang kesal. Jika pasangan melakukan pekerjaan yang tak terselesaikan dan tentunya membuat Anda jengkel karenanya, cobalah lihat ia sebagai anak kecil berusia lima tahun. Jika Anda menyaksikan anak berusia lima tahun memberantakkan mainannya dan berbuat semau hati, Anda cenderung menahan diri untuk tidak marah, kan?
Butuh kesabaran dan kemurahan hati memang untuk menjalankan cara ini. Bolehlah dicoba dan bandingkan hasilnya dengan cara lain seperti marah, emosi, atau berteriak menunjukkan kejengkelan Anda kepada pasangan yang bertingkah seperti bocah.
3. Jangan pernah berkelahi di depan umum. Anda tentu tak ingin dicap sebagai biang kerok atau perusak suasana, bukan? Bayangkan seperti apa rasanya jika Anda menyaksikan pasangan berkelahi di depan umum. Selain tak enak dipandang mata, emosi negatif yang dikeluarkannya juga bisa memengaruhi mood Anda. Jaga diri dan pasangan dari perilaku ini.
4. Saling mendengarkan kebutuhan pasangan dan bukan mau menang sendiri. Anda dan pasangan tak bisa memenangkan semua pendapat atau pikiran sendiri. Ada kalanya Anda harus didengarkan, sekaligus mendengarkan. Jangan memaksakan pasangan mengikuti kemauan Anda, menyesuaikan diri dengan semua keinginan Anda. Bagaimanapun pasangan adalah individu yang memiliki hak atas dirinya. Cobalah untuk selalu berusaha saling mendengarkan kebutuhan pasangan, bukan bersikap egois.
5. Jangan pernah menunda. Upayakan untuk tidak menunda hal positif yang bisa dilakukan bersama pasangan, apapun itu bentuknya. Singkirkan BlackBerry, dan nikmati waktu bersama untuk sekadar menonton atau mengomentari acara televisi yang tak bermutu. Jangan rusak waktu berharga dengan terus-menerus mengeluhkan pintu garasi yang rusak, perabot rumah yang semakin menua, atau apapun yang menganggu pikiran Anda. Sempatkan makan malam bersama. Berpegangan tangan lah lebih sering. Sesekali menonton film kesukaan bersama. Bukankah masa-masa bahagia seperti ini yang akan selalu teringat sampai kapanpun?
6. Ajak pasangan atau sekadar tunjukkan keinginan Anda untuk bercinta. Jika setiap pasangan saling memulai mengajak hubungan seks, bukankah perasaan dihargai dan diinginkan akan timbul kemudian? Jika pun untuk alasan tertentu Anda dan pasangan tak bisa melakukan hubungan seks, beritahu pasangan bahwa Anda sedang memikirkannya sedang bercinta dengan Anda. Berikan janji, bahwa nanti, jika waktunya tepat Anda akan segera mewujudkan pikiran nakal tersebut. Kirimkan juga pesan singkat nakal yang memancing gairah pasangan, atau setidaknya memancing senyuman saat membacanya.
7. Beri kesempatan menikmati "me time". Kadang pasangan butuh waktu menyendiri dengan "bersembunyi" di kamar mandi selama 45 menit, misalnya. Biarkan saja. Mungkin ada sikap Anda yang menjengkelkan dan ia ingin menjauh dari Anda sementara waktu. Toh, ia akan kembali kepada Anda setelah merasa dirinya lebih tenang.
8. Jika bertengkar, menjauhlah sementara dan lawan emosi negatif yang muncul. Pertengkaran pastinya akan muncul dalam pernikahan. Jika ini terjadi usahakan untuk tidak terjebak dalam perang mulut. Lebih baik Anda atau pasangan menjauh, cari udara segar dan kembali dengan energi lebih positif.
9. Sisakan 10 persen dari waktu Anda bersama pasangan untuk diri sendiri. Ijinkan pasangan Anda selalu hadir 90 persen dalam rutinitas Anda. Namun simpan sisa waktu 10 persen untuk diri sendiri, baik Anda dan pasangan. Anda tak perlu melihat suami mencukur kumis atau jenggotnya. Lebih menyenangkan jika sudah melihatnya plontos, dan itu memberikan kejutan kecil yang memberi bumbu dalam hubungan.
10. Berikan hadiah yang membuatnya berbinar, bukan berpikir keras. Hadiah seharusnya bisa menyenangkan hati pasangan dan merasa diperhatikan karenanya. Membelikan istri perangkat masak yang canggih namun membuatnya bingung cara menggunakannya, tidak bisa dihitung sebagai hadiah. Bukankah kebutuhan rumah tangga adalah kebutuhan bersama yang harus dipenuhi pasutri? Memberikan pasangan voucher belanja dan membuatnya bebas menggunakan semau hati untuk dirinya adalah hadiah kejutan yang bernilai murni hadiah. Bukan barang yang sengaja dihadiahkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan Anda atau pasangan. Berikan hadiah yang menjadi representasi cinta dan perhatian Anda kepada pasangan.
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA