Share Info

6 December 2010

Always Address Customer by Name

"My name is more important than myself"
[Pierre Cardin]

Nama adalah suara terindah yang pernah mampir ke telinga pemiliknya. Identitas diri paling penting ini menjadi semacam ritual yang harus dipertimbangkan secara matang pada saat pertama kali akan disandangkan ke empunya. Tidak jarang pula prosesi upacara sakral dan religius pun terkadang terlibat di dalam kegiatan ini.

Karenanya, ia menjadi sangat personal dan intrinsik sifatnya. Melekat sejak lahir sampai akhir hayat. Itu sebabnya, mengapa setiap nama kita dipanggil ada getar-getar psikologis tertentu yang terjadi saat itu. Jantung berdegup lebih kencang dan wajah menjadi lebih merah karena aliran darah yang lebih kencang ke sana. Terselip pula rasa bangga dan bahagia jika nama itu dipanggil. Tentu saja semua pemanggilan itu dalam lingkup positif dan apresiatif. Sedemikian pentingnya nama ini sampai-sampai ada buku khusus yang menjual daftar nama lengkap dengan artinya. Hal ini tentu menandakan bahwa nama menjadi semacam kebutuhan primer manusia untuk menunjukkan jati dirinya yang anggun dan berharga.


Tidak kurang dari Pierre Cardin, perancang busana dunia kelahiran Italia dan berkarya di Perancis itu, menekankan pentingnya memanggil setiap orang dengan nama. Pemanggilan itu lebih penting dari pada fisik orangnya. Artinya, sebagus apa pun fisik seseorang jika ia dipanggil bukan dengan namanya, rasanya panggilan itu tiada bermakna.


Memanggil pelanggan dengan nama didahului sapaan sopan di depan nama seperti bapak atau ibu, bukan hanya akan menyenangkan di penyandang nama melainkan juga akan meningkatkan durasi bertahannya kedekatan psikologis yang relatif lebih lama. Sebutan generik bapak dan ibu saja membuat pelanggan tidak merasakan adanya perbedaan signifikan antara dirinya dan ibu/bapak di tempat-tempat umum lainnya. Ada nuansa personal yang hilang. Mengingat lagi, nama itu mampu menggetarkan sanubari sang pemiliknya. Sapaan Ibu Dahlia tentu akan membuat sang ibu mengonsentrasikan perhatiannya kepada sang penyapa. Bedakan dengan hanya ‘ibu' yang akan membuat ia merasa biasa-biasa saja. Tidak perlu ada atensi khusus karena yang memanggil juga tidak melakukan hal khusus dan spesifik terhadapnya.

Komunikasi verbal seperti di atas harus benar-benar dipatrikan dalam memori jangka panjang setiap pelaku bisnis agar pada setiap kesempatan kehangatan hubungan selalu terjaga. Dalam kondisi seperti ini, tingkat keberhasilan mencapai sasaran akan mengalami peningkatan secara kuantitatif mau pun kualitatif. Angka dan huruf pun akan semakin meningkat nilainya dalam pundit-pundi pribadi dan korporasi. Terima kasih sudah membaca kolom ini Ibu/Bapak ............................ (silakan diisi sesuai nama sendiri).

[source : Andrei Wongso]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month