Tapi menurut AA Gym manusia tidak cukup hanya Tawakal. Karena Allah juga tidak suka kepada manusia yang tidak berupaya, tidak ber-Ikhtiar.
Dicontohkan oleh AA Gym bahwa manusia itu hendaknya memperhatikan apa yang dilakukan oleh seekor cecak ketika dia harus menghidupi dirinya mencari makan.
Cecak itu adalah binatang yang melata, merayap, padahal makanannya adalah nyamuk (binatang yang bisa terbang).
Teryata cecak itu tetap tawakal, dia percaya Allah tidak akan menyia nyiakan dia tanpa makanan di dunia ini, tapi cecak juga mengerti bahwa untuk tetap dapat hidup, tidak cukup hanya tawakal. Bila hanya berbekal Tawakal, maka dia tak akan bisa menangkap cecak yang selalu terbang.
Jadi apa yang harus dibuat nya selain tawakal? Nah cecak harus berusaha (Ikhtiar), dia akan berupaya mengejar nyamuk yang dapat terbang.
Bagaimana caranya? Cecak lalu bertindak seolah olah dia itu benda mati, kadang kadang secara diam diam dia juga harus merayap. Semua perbuatannya itu dilakukan dengan hati hati, supaya nyamuk tidak sadar, bahwa didekat nya ada seekor cecak yang siap menyergapnya.
Setelah ada nyamuk yang betul betul dekat, maka HAP, lalu ditangkap. (ingat lagu anak2 berjudul cecak cecak didinding?).
Lalu AA Gym juga mencontohkan bagaimana seorang sosok manusia yang telah mengikuti langkah langkah seperti cecak.
Seorang manusia yang percaya (tawakal) tapi dia juga berikhtiar
Adalah seorang penjual mangga, dia percaya bahwa semua perbuatan yang didasari dengan tawakal pasti disenangi oleh Allah, tapi dia tidak semata mata mengandalkan ke-tawakalannya tersebut, dia juga berikhtiar.
Pagi pagi setelah sholat subuh, dia lap satu persatu mangga mangga yang hendak di jual nya (supaya sedap dipandang mata), setelah itu ditatanya mangga mangga itu dalam tumpukan yang tersusun dengan baik di keranjang yang hendak dipikulnya.
Sang istri melihat kerajinan suaminya mempersiapkan dagangan nya itu, ketika suami berangkat, sang istri mendoakan semoga rezeki dilimpahkan Allah kepada suami nya yang tawakal dan rajin itu.
Dipasar, pedagang mangga itu tidak hanya sendirian, disebelah kanan dan kiri banyak juga penjual mangga seperti halnya dia yang sedang berupaya mencari sesuap nasi.
Bila ada seorang ibu atau bapak yang mampir di tempat dagang nya, maka pedagang kita ini melayani dengan sopan, tidak marah bila ditawar oleh calon pembeli, dan tidak juga kesal bila ternyata pembeli itu tidak jadi membeli, atau malah akhirnya membeli di lapak sebelahnya.
Dalam hati nya si pedagang berkata, saya telah berikhtiar sebaik-baiknya, saya pun tawakal, bahwa Allah senantiasa memperhatikan rezeki saya, maka ketika sore tiba, pulang lah dia kerumah, disambut oleh sang istri, yang menanyakan bagaimana peruntungan hari ini.
Pedagang kita menjawab, alhamdulillah bu, tidak ada yang beli, tapi saya sudah puas bu, tidak ada satu kali pun pikiran saya buruk, tak satu patah kata yang kasar keluar dari mulut saya, sebaliknya saya telah melayani para calon pembeli dengan ramah, hati mereka rata-rata terhibur oleh keramahan saya, saya telah berhasil membuang jauh jauh rasa dengki saya kepada pedagang disebelah, ketika pembeli yang semula menawar manggaku, ternyata membeli dari lapak nya. Saya telah berbuat banyak kebaikan bu, tapi tidak satupun Mangga kita terjual.
Maka istrinya pun membalas, alhamdulillah Pak, itu lah rezeki kita.
Maka mereka berdua mengucapkan doa syukur, kepada Allah SAW.
Namun, tak berapa lama kemudian datang lah anak mereka, dengan berteriak teriak gembira, “Bapak, Ibu, alhamdulillah saya telah terpilih sebagai mahasiswa yang mendapat beasiswa”.
Nah, rezeki bukan hanya berbentuk uang, rezeki bisa berbentuk apa saja, dan ternyata rezeki itu tidak harus datang melalui diri kita, tapi dapat saja melalui anak kita, melalui istri kita, bahkan melalui orang tua kita.
rezeki bisa berupa kesehatan
rezeki bisa berupa kerukunan keluarga
rezeki bisa berbentuk bea siswa yang diterima oleh anak.
[Source : evakurniawan.wordpress]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA