Cinta memang sebuah kata yang unik. Manusia tenggelam dalam kesesatan dan kedurjanaan gara-gara cinta. Manusia tidak kuat menanggung hidup ini dan akhirnya rela menghabisi nyawa sendiri gara-gara cinta.
Manusia rela menohok kawan, menjilat atasan menginjak yang lemah gara-gara cinta. Pasangan muda-mudi melarikan diri dari orang tua dan durhaka kepadanya, gara-gara cinta. Kata cinta mewakili sebuah perasaan yang menakjubkan.
Cinta merupakan sumber kebahagiaan, cinta merupakan sumber pengorbanan, cintasumberkehancuran, cinta sumber kemuliaan, cinta siunber keselamatan, dan seterusnya, dan cinta adalah anugerah dari Yang Maha Agung, yaitu Yang menjadi sumber cinta dan segala kecintaan. Maka harus hati-hati dengan cinta. Manakah cinta yang mampu membangkitkan semangat mencapai kemuliaan hidup? Cinta yang manakah yang hakiki?
Manusia mencintai sesuatu karena berbagai sebab. Manusia cinta pada bunga, karena bunga itu indah warnanya menyejukkan hati siapa yang memandangnya Keindahan dan semerbaknya harum bunga menarik simpati manusia untuk menyukai dan mencintainya. Demikian juga manusia mencintai harta benda, karena harta adalah sarana untuk mempertahankan hidup dan mencapai kebahagiaan.
Kalau manusia dapat mencintai keindahan bunga, harta benda, anak-anak, wanita yang cantik, namun mengapa manusia tidak dapat mencintai yang menciptakan itu semua?
Ya, kebanyakan manusia teramat bodoh, ia mampu mencintai segala sesuatu di dunia ini dengan sepenuh hatinya, ia berani berkorban apa saja, ia rela jiwa dan raga diperas untuk memenuhi kecintaan terhadap benda-benda tersebut. Meski tak jarang karena benda-benda yang dicintainya itu, harta, wanita dan tahta ia justru terjerumus kepada perbuatan nista.
Sejatinya mencintai segala sesuatu di dunia ini harus dapat menghantarkan seseorang kepada mencintai Yang Menciptakan itu semua, cinta yang membuahkan cinta kepada Sang Khaliq, yang berhak untuk lebih dicintai.
Mencintai segala sesuatu di dunia ini hanyalah khayali, bukan hakiki. Mencintai sesuatu yang tidak didasari cinta kepada Ailah SWT yang menciptakan sesuatu itu hanya akan membuahkan kerugian.
Allah SWT berfirman, “Katakanlah: ‘Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasui-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” (QS. At-Taubah [9]: 24).
Dalam ayat yang lain Allah SWT tegaskan bahwa orang-orang yang beriman lebih mencintai Allah dari yang lainnya, “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah…” (QS. Al-Baqarah[2]:165).
Tanda-tanda Cinta
Dalam kitab Ihya Imam al-Ghazali menyampaikan setidaknya ada beberapa tanda-tanda cinta, diantaranya:
- Senang bertemu dengan Yang dicintai
Sudahkah diri kita merasa gembira apabila bertemu dengan-Nya?. Khusyu’kah sholat kita?. Merasa tentramkah ketika berdialog dengan-Nya?. Ataukah sebaliknya?. - Suka berdzikir, ingat kepadanya
Dzikir lisan, dzikir batin, dzikir perbuatan, semuanya menyatu dalam diri pecinta. Di mana pun, kapan pun dan dalam situasi bagaimana pun, senantiasa ingat kepadanya. Dalam keadaan duduk, berdiri, berbaring, ia selalu menyebut asma’-Nya. Baik di rumah, di kantor, saat berekreasi, ia tak luput dari mengingat-Nya. Dapatkah kita sebut seseorang itu tengah jatuh cinta sementara ia jarang sekali mengingat, apalagi menyebut-nyebut-Nya. - Takut berpaling, takut tertandingi dan takut dijauhkan
Para pecinta, pasti akan merasakan ketakutan bila suatu saat ia akan dipalingkan dari yang dicintainya, takut pula terhalangi dan dijauhkan dari yang dicintainya. - la merasakan kenikmatan yang tak terhingga dalam ketaatan dan tak ingin keluar dari ketaatan itu.
Manusia yang tengah dimabok cinta kepada Allah SWT, segala perintah-Nya dijalankan tanpa payah sedikitpun. la rela dan pasrah berserah diri. dia ikhlas tanpa paksaan dalam menjalankan perintah-perintah-Nya. - Tidak bersedih hati atas segala sesuatu yang luput darinya, kecuali Allah SWT.
Manusia yang tengah jatuh cinta, yang diinginkannya hanyalah yang dicintainya, yang lain-lain boleh luput darinya, tapi dia tak menginginkan yang dicintainya luput darinya.
Itulah sekelumit tentang cinta kepada Sang Khaliq, yang menciptakan fitrah mencintai. Semoga kita termasuk orang-orang yang menjadikan cinta kita hanya untuk dan karena-Nya.
[Source : Buletin Mimbar Jum'at]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA