Share Info

14 March 2011

My Idol, My Model?

Uang, ketenaran, kekuasaan,adalah tiga hal duniawi yang sepertinya selalu membayang-bayangi manusia dan berwujud sebagai ambisi. Keinginan untuk kaya, dipuja-puja semua orang, dan bisa mengatur orang banyak tak henti-hentinya dirangsang untuk menjadi keinginan dasar manusia. Hal itu terbukti dengan banyaknya ‘daun-daun muda’ baru bermunculan, bermimpi untuk menjadi Public Figure seperti artis sinetron, penyanyi, politikus, menteri, model, profesi-profesi yang dekat dengan tiga keinginan duniawi tersebut.

Wajar memang untuk manusia sebagai makhluk sosial memiliki keinginan ini, karena dalam kebutuhan dasar sosial memang manusia pada hakekatnya memiliki keinginan untuk diterima dalam kelompok. Kesendirian adalah hal yang sungguh sangat dihindari dan ditakuti manusia. Abraham Maslow bahkan juga mengungkapkan bahwa keinginan untuk dicintai dan diterima adalah salah satu motivasi dasar penting dalam hidup manusia. Uang, ketenaran, dan kekuasaan adalah contoh-contoh bentuk sebuah refleksi penerimaan lingkungan yang luar biasa besarnya terhadap seseorang. Sebagai contoh, seorang artis bukan hanya diterima dalam lingkungan kerabatnya, namun juga diterima dan bahkan dipuja oleh begitu banyaknya orang-orang yang terkadang tidak mengenal lebih jauh pribadi dan karakternya.
Namun apakah keinginan yang menggebu-gebu atas kebutuhan ini yang ditunjukkan dengan ambisi menjadi Public Figure diiringi dengan pemahaman mendalam bahwa menjadi seorang Public Figure harus mengemban tanggung jawab yang luar biasa besarnya, karena dari merekalah secara tidak langsung proses edukasi berlangsung dengan sebegitu hebatnya bagi beribu-ribu bahkan berjuta-juta orang yang mengidolakan mereka.
Jika ada pepatah ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’, sesungguhnya yang terjadi di balik pepatah tersebut adalah proses pembelajaran yang disebut Modelling, dimana seseorang belajar menirukan perilaku, kebiasaan, tabiat yang ia contoh dari seseorang yang dekat atau diidolakan. Proses pembelajaran ini memiliki beberapa efek, yaitu :
  1. Pembelajaran akan perilaku yang baru
  2. Meningkatkan frekuensi dari perilaku yang dipelajari sebelumnya
  3. Merangsang frekuensi perilaku terlarang yang dipelajari sebelumnya
  4. Meningkatkan frekuensi perilaku yang mirip
Kita belajar dari beberapa kasus, bahwa seorang Public Figure berpotensi memberikan keempat efek diatas. Dari kasus grup band Slank, kita belajar bahwa grup band yang tadinya memberikan teladan adiksi obat-obatan kepada Slankers-sebutan bagi fans Slank – bisa membawa Slankers kembali menjadi orang-orang yang bersih dari adiksi ketika Slank menyatakan diri bebas dari narkoba. Kita juga belajar bahwa artis yang terjun ke ranah politik secara otomatis merubah tampilannya menjadi lebih sopan dan formil, untuk mendidik masyarakat bahwa sebagai seorang politisi mereka menjadi pribadi yang lebih dewasa dan serius. Kita juga belajar bahwa seorang pengusaha sukses seringkali diundang ke acara talkshow, demi untuk membagi tips sukses mereka yang nantinya akan dicontoh dan dipelajari oleh masyarakat yang memiliki keinginan sukses yang sama.
Kelalaian akan pentingnya tanggung jawab atas proses edukasi ini bisa menyebabkan seorang Public Figure terlena akan apa yang dimilikinya, dan ia lupa bahwa begitu banyaknya orang yang mencontoh perilaku mereka. Kita belajar dari maraknya kasus video porno mirip artis belakangan ini, betapa besar proses edukasi dan pencontohan publik akan perilaku tersebut. Secara tidak langsung efek modeling akan perilaku terlarang dan perilaku baru disebabkan oleh Public Figure yang diidolakan masyarakat. Kita sebagai orang tua, guru, ataupun Public Figure harus bekerja lebih keras lagi menjadi seorang ‘model’ yang bisa mengedukasi dengan lebih positif rekan-rekan kita.

[Source : dailypsychology]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month