Share Info

18 March 2011

Cintai dan Sayangi Diri Sendiri

Seringkali kita lupa, bahwa cinta hanya urusannya mencintai orang lain, mencintai pekerjaan, mencintai istri/suami, anak, keluarga, mencintai hobby, dan lain-lain. Lupa bahwa kita juga harus mencintai dan menyayangi diri sendiri. Pepatah mengatakan kalau bukan kita, siapa lagi? Seluruh orang di bumi ini membenci kita, tidak jadi soal, asalkan minimal kita sendiri yang mencintai diri kita, dan tentu saja cinta dan kasih Allah.

Tapi sayangnya, banyak diantara kita yang bahkan tidak mencintai dirinya sendiri. Ada yang tidak cinta dirinya karena kurang tinggi, kurang cantik, kurang ganteng, miskin, dan sejuta alasan lainnya. Bisa jadi orang maklum kalau ada orang yang tidak mencintai dirinya karena kekurangannya, karena cacat, tidak cantik/ganteng tadi, dll. Tapi saya sendiri pernah bertemu dengan seorang perempuan cantik, tinggi, dan menurut saya sebagai laki-laki, begitu sempurna sebagai wanita, tetapi ternyata dia benci dengan dirinya sendiri, dia benci kecantikan dan tubuhnya yang tinggi tersebut. Aneh juga bukan? Selidik punya selidik, ternyata dia dilingkungannya merupakan perempuan yang paling tinggi dan paling cantik, sedangkan yang lain biasa-biasa saja, akibatnya terjadi pengucilan oleh orang-orang dilingkungannya, sehingga dia tidak bisa berteman dan bersahabat dengan orang-orang sekelilingnya.

Ya, itulah yang akan terjadi, kalau diri kita belum menemukan apa citra diri kita (self esteem) sebenarnya. Kekurangan diri bisa menjadi penghalang, tetapi kelebihan diri ternyata juga bisa menjadi penghalang. Kekurangan satu orang, bisa jadi kelebihan buat orang lain. Itulah yang namanya hidup. Allah berikan semua kesempurnaan kepada kita, tetapi kita sendiri yang terus merasa kekurangan dan tidak puas dengan apa yang kita dapatkan.

Bentuk kecintaan terhadap diri sendiri dalam arti positif tentu bukan yang melahirkan sifat sombong, ingin tampil beda, narsis yang berlebihan, dll. Salah satu hal simple kecintaan pada diri kita sendiri adalah menjaga kesehatan diri sendiri, mengatur hidup lebih baik, berjalan sesuai panduan agama, bekerja dengan penuh semangat, dll.

Bersyukurlah kita kalau orang-orang banyak yang mencintai kita. Bersyukurlah kalau ayah, ibu, kakak-kakak, adik dan sodara lainnya mencintai dan menyayangi kita. Jangan sampai orang lain begitu perhatian dan sayang kepada kita, kita sendiri yang tidak sayang.

Banyak orang yang karena tidak tahu citra dirinya seperti apa, lalu mengeluh dengan segala kelemahan dirinya, kemudian menyalahkan diri sendiri, dan akhirnya tidak mencintai dirinya. Dia ingin seperti orang lain, ingin berubah menjadi orang lain. Berapa banyak diantara kita yang sering menyalahkan diri sendiri, mengkambinghitamkan diri sendiri, tanpa mengerti bahwa kita adalah makhluk luar biasa yang diciptakan oleh Allah. Saya kan tidak tinggi, saya kan memang pemalas, saya kan memang pencemburu, saya gendut, saya kang kurus, saya kan tidak mahir di bidang itu, saya kan ini saya kan itu dan beribu alasan lainnya yang dibuat sebagai pelarian kesalahan dan ketidakmampuan.

Orang-orang yang belum menemukan citra dirinya cenderung akan tertutup dan introvert. Kalau menerima masukan dari orang lain, sering menolak masukan tersebut dengan mencari kesalahan/kekurangan dirinya. Kemudian pasrah saja menerima keadaan tanpa ada usaha untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Lalu timbulah segala macam ketakutan dan prasangka. Lebih dari itu kemudian dia “desperate”, tidak mau lagi mencoba untuk bangkit.

Salah satu kawan saya bercerita, ada seorang laki-laki yang berulang kali gagal menikah, sudah sampai pada taraf desperate, lalu si laki-laki ini berkata: “Sudahlah saya tidak akan menikah sampai kapan pun.” Ketika datang lagi seorang wanita, dia tidak mau lagi menerimanya. “Saya sudah malu sama keluarga, selalu batal menikah.” Padahal keluarganya justru yang mendorong wanita itu untuk mau menjadi istrinya. Tetapi karena dia sudah kehilangan citra dirinya, kehilangan cinta akan dirinya, tidak ada lagi semangat untuk memulai mencoba lagi. Di pikirannya keluar prasangka: “Pasti keluarga tidak akan setuju, pasti keluarga sudah tidak ada harapan saya menikah, dll.”

Seorang ayah terbaring di sebuah rumah sakit, dokter memvonis diriya tidak lama lagi harapan hidupnya. Mungkin dalam hitungan hari sudah diprediksikan meninggal. Tetapi si ayah ini, karena ada keyakinan dalam dirinya bahwa dia akan sembuh, dan dia ingin melihat anaknya diwisuda nanti. Ada kecintaan dia pada anaknya, ada kecintaan dia pada dirinya untuk merasakah bagaimana senangnya dia melihat anaknya diwisuda nanti. Ajaib, si ayah ini bisa sehat kembali dan bisa menyaksikan anaknya diwisuda, walaupun 5 hari setelah wisuda, dia dipanggil Yang Maha Kuasa.

Ada ulama yang mengatakan, bahwa harapan dan doa bisa memanjangkan umur. Umur kita memang sudah ditetapkan oleh Allah. Tetapi kita tidak pernah tahu kalau Allah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin. Kun Fayakun. Tetaplah berharap dan berdoa, untuk semua apa yang kita inginkan. Cintai diri kita sendiri, dan cintailah orang-orang sekeliling kita.

Yang usahanya belum lancar, tetap berharap dan berdoa supaya bisnisnya berjalan sukses. Yang belum sukses berkarir, terus berusaha dan berharap. Yang belum menemukan pasangan hidupnya, terus berusaha dan berharap. Nah yang terakhir itu.. cocok buat saya.

Ya.. saya yakin someday, seorang bidadari akan datang menemui saya dan berkata: “Akang, aku mau menikah denganmu.” Hehehe..

Be Positive Feeling Kawan.. hidup ini jangan disia-siakan hanya karena persoalan-persoalan yang timbul karena pikiran kita yang tidak mau membuka diri bahwa hari esok akan lebih baik.

by : Eep S. Maqdir

[Source : eepinside.com]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month