Share Info

8 February 2011

Andai Kau Tau Perasaanku......

Ketukan pintu itu membangunkan lelap tidurku. Badan yang lelah sehabis menghadiri – sekaligus membantu – pernikahan teman, ditambah akhir- akhir ini terasa ngilu di seluruh tubuh. Akupun terenyak, tak butuh waktu lagi untukku merenggangkan tulang- tulang yang hampir patah ini. Tapi masih sempat kulirik jam tangan yang kuletakkan di sebelah kiri bantalku. Masih pukul enam pagi.

“gue berangkat ya,” ujarnya. Ah, keluhku antara jengkel karena bangun yang mendadak dan kepergiannya. Bukan pergi, tapi pulang. Entah kenapa aku harus menahannya. Rasanya sepi sekali dua hari ke depan nanti. Tak ada teman makan, itu artinya malas makan pula. Lebih baik puasa hingga keesokan paginya. Dirapel sesampainya di kantor nanti.
Namun bagaimana lagi, dia sudah menjinjing ranselnya. Tak mungkin aku menahannya seperti semalam tadi.

Pagi ini ada seorang teman yang mengantarku ke kantor. Dia memang tak merelakan aku untuk naikojek, maupun naik kendaraan umum. Begitupun aku. Terlalu dimanja semenjak pertama kali menghirup udara Jakarta ini. Yah, memang sejak aku terlahir di kota ini, banyak bantuan pompa oksigen yang harus ku hirup. Begitupun tatkala tabung itu dilepas, akupun sesak nafas.

Aku mulai merancang- rancang menu acaraku dua hari ini. Ke toko buku, makan udang saus padang, nonton. Dan satu lagi, menepati janjiku yang telah tertunda lebih dari 3 bulan lamanya. Hanya sekedar menyaksikan layar raksasa dan gambar bergerak di dalamnya. Meskipun, bumbunya macam- macam, tak sekedar duduk diam.

Inilah hari ini yang kutunggu. Hari yang akan membawaku ke pelukan lelaki yang kukagumi. Senyum dengan sendirinya mengembang di sudut bibirku.
Sesampainya di kantor, “hari ini gue ke Semarang.” Whats? Pudarlah lengkungan pelangi itu di bibirku. Bukan laki- laki itu tak menyadarinya, “kenapa?”
“dia ke Semarang juga,” jawabku.

“ya udah, gue berangkat agak malam aja. Cukup kan waktunya?” ujarnya dengan mata genit dan senyum yang manis. Aku pikir, pasti hari ini adalah hari yang sedang dinantinya juga. 3 bulan lamanya kami hanya membicarakannya melalui dunia maya. Tak pernah ada kontak fisik. Dia pasti sangat mengharapnya. Tanpa sadar bulu romaku meremang membayangkannya. Aroma tubuhnya yang khas, bahkan radius lima meter sebelum masuk ruang kerjaku.

Sepanjang hari itu kami membahas pertemuan kami nanti. Semakin banyak kami berbicara, semakin aku ragu. Akupun sendiri heran dengan hatiku. Aku begitu mengharapkannya. Sangat. Jika aku mau, aku mampu. Tapi demi laki- laki itu, aku sanggup bertahan. Itu yang sempat kuucapkan padanya.

Aku menantikan saat itu. Saat erangan itu berubah menjadi symphony yang merdu terdengar, saat nafas yang memburu itu menjadi arena pacuan semangat, saat butiran peluh itu menjadi tetesan kebahagiaan.

Namun di akhir lamunanku, aku justru membatalkan rencana kami. Aku mulai berpikir ulang tentang keputusanku. Memang aku membutuhkan sesuatu untuk membasahiku, tapi bukan peluhnya. Aku membutuhkan seseorang untuk melumat bibirku, namun bukan dia. Aku membutuhkan sentuhan hangat itu, tanpa harus berbagi dengan wanita lain.

Dengan tersenyum aku mengatakan kepadanya, “sudahlah. Pergi saja ke Semarang. Saya takut situ kelelahan.” Biar aku di sini. Menghabiskan waktuku dengan novel- novelku. Lanjutku, yang hanya kuucapkan dalam hati.

Mungkin nanti akan tiba saatnya, ketika peluh itu milikku, ketika nafas dan tubuh itu milikku. Dan tentu saja tanpa berbagi dengan wanita lain. Meskipun orang itu bukan laki- laki yang sama.

Dan aku merasa menang hari ini. Menang terhadap nafsu dan egoku sendiri. Ingin ku anugrahkan sesuatu untuk prestasiku sendiri, cumi goreng asam manis pada makan siang. Hmmm… Yummy…

Seperti diceritakan oleh seseorang....

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month