Share Info

25 October 2010

Model Kepemimpinan Menurut Fisika (bagian 1)

Fisika adalah ilmu tentang alam. Dalam fisika, kita belajar apa yang menyebabkan alam terlihat harmoni.

Selama ratusan tahun, para fisikawan mempelajari aturan-aturan yang membuat alam semesta ini terlihat harmoni. Aturan-aturan ini kemudian dikenal sebagai hukum-hukum fisika.

Dalam Fisika, ada empat hukum atau fenomena yang menarik yaitu fenomena gerak benda dan penyebabnya (fenomena Newton), fenomena relativistik (fenomena Einstein), fenomena ketidakpastian (fenomena kuantum) dan fenomena pengaturan diri ketika suatu sistem berada pada kondisi kritis, yang saya namakan fenomena mestakung.

Tiap-tiap fenomena ini terjadi pada situasi dan kondisi tertentu yang unik. Merupakan hal menarik melihat bagaimana hukum-hukum fisika bekerja pada tiap-tiap fenomena dan diterapkan dalam konsep kepemimpinan.

Fenomena Newton

Pada sekitar abab ke-18, Newton memperkenalkan tiga hukum gerak. Menurut hukum pertama, benda cenderung mempertahankan keadaannya (malas berubah) jika tidak ada yang mengganggunya. Sedangkan menurut hukum kedua, benda dapat berubah jika mendapat gaya. Makin besar gaya, makin besar perubahannya. Hukum ketiga menunjukan bahwa benda yang mendapat gaya aksi akan memberikan gaya reaksi yang besarnya sama dengan gaya aksi tersebut.

Ketiga hukum Newton ini bekerja optimum pada sistem inersial (sistem yang tenang, stabil, tidak dipercepat atau tidak dalam keadaan chaos).

Dalam kepemimpinan, hukum Newton ini dapat diterapkan pada kondisi organisasi yang tenang atau dibuat tenang. Pada kondisi tenang orang cenderung malas bergerak (ini sesuai dengan hukum I Newton). Pemimpin yang dibutuhkan di sini adalah pemimpin yang tegas dalam memutuskan sesuatu (termasuk dalam award dan punishment), keras (otoriter), mempunyai visi jelas dan terukur serta mempunyai daya dobrak. Visi menjadi salah satu gaya atau pendorong untuk mempercepat kemajuan organisasi ini (hukum II Newton). Dengan daya dobrak yang dimiliki, pemimpin ini akan mampu menghadapi kelembaman (kemalasan) dari orang-orang yang dipimpinnya dan mampu memberikan stimulir-stimulir agar organisasi terus bergerak. Sikap tegas dan keras dibutuhkan untuk membuat kondisi tenang, stabil dan bergairah. Hasil akan lebih optimum jika organisasi mempunyai SDM (sumber daya manusia) atau SDA (sumber daya alam) yang kuat.

Indonesia pada masa orde baru adalah contoh yang baik untuk kepemimpinan model ini. Almarhum Soeharto dengan ketegasannya membuat negara tenang secara militer. Kemudian ia memperkenalkan visi yang terukur dalam bentuk REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Ia terus memberikan stimulir-stimulir sehingga roda perekonomian terus bergerak dan makin lama, makin cepat. Kemajuan demi kemajuan dicapai karena ditopang juga oleh SDA Indonesia yang luar biasa.

China juga melakukan hal yang serupa. Saat ini dalam situasi yang tenang, China mempercepat pembangunan dengan memberikan stimulir-stimulir bagi para investor. Para ilmuwan dipanggil untuk pulang kampung, menjadi gaya-gaya penggerak perekonomian. Keberhasilan China ini juga karena mereka mempunyai SDM yang sangat bagus.

Pada era otonomi daerah ini, kepemimpinan model ini dibutuhkan untuk daerah-daerah yang SDA-nya luar biasa banyak tetapi masih kelihatan lambat majunya seperti daerah-daerah di Indonesia Timur.

By : Prof. Yohanes Surya Ph.D Rektor Universitas Mulimedia Nusantara





0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month