Penelitian perilaku seksual di kalangan remaja Negeri Paman Sam menunjukkan, setelah melakukan seks oral, mereka lebih berani melakukan hubungan yang melibatkan penetrasi organ intim.
Seperti dilaporkan dalam jurnal Archives of Pediatric and Adolescent Medicine, para ahli di University of California San Francisco melakukan survei terhadap 600 siswa sekolah menengah atas di California.
Para remaja diminta mengisi kuisioner tentang pengalaman seksual mereka. Pengisian kuis dilakukan enam bulan sekali dalam dua periode, yakni di saat masuk kelas 9 pada tahun 2002 dan ketika menyelesaikan kelas 11 pada tahun 2005.
Dari hasil survei terungkap, pada setiap periode survei para remaja mengaku mendapat pengalaman pertamanya dengan seks oral ataupun penetrasi organ intim (vaginal intercourse). Sebagian mereka tidak dapat memastikan, jenis aktivitas mana yang lebih dulu mereka lakukan.
Akan tetapi, di antara remaja yang hanya melakukan satu jenis aktivitas seks dalam periode 6 bulan, seks oral sering kali menjadi "pendahulu" sebelum melangkah ke hubungan yang melibatkan penetrasi.
Selain itu, survei menunjukkan, perilaku seks oral pada awal hubungan memperbesar risiko remaja melakukan penetrasi. Kebanyakan remaja yang melakukan seks oral untuk pertama kalinya akan melakukan seks penetrasi dalam enam bulan berikutnya.
Mereka yang pernah seks oral berisiko 25 persen lebih tinggi melakukan hubungan penetrasi pada akhir kelas 9, dan risikonya naik hingga 50 persen setelah akhir kelas 11. Sementara mereka yang tidak melakukan seks oral hingga menyelesaikan kelas 11 hanya berisiko 16 persen melakukan seks penetrasi hingga akhir tahun ajaran.
"Seks oral di kalangan remaja memang terjadi. Namun, ada dua pandangan yang saling bertolak belakang di sana. Ada kemungkinan bahwa bagi remaja seks oral adalah pintu menuju seks penetrasi, atau aktivitas ini dilakukan untuk mencegah seks penetrasi," ungkap penulis riset, Anna V Song.
Sementara itu, Bonnie Halpern-Felsher, PhD, peneliti senior dan profesor kesehatan anak dari University of California San Francisco, menyatakan, tujuan penelitian ini adalah untuk memastikan hubungan antara seks oral dan seks penetrasi. Selain itu, apakah para remaja melakukan seks oral dengan tujuan menunda penetrasi atau apakah seks oral akan memperbesar peluang melakukan seks penetrasi.
"Kami tak membahas mengenai risiko yang berkaitan dengan seks oral. Remaja berpikir seks oral tidak terlalu berisiko (ketimbang penetrasi). Padahal, itu tidak bebas risiko sama sekali," ungkap Felsher.
[healthkompasDotCom]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA