Apa yang telah kulakukan, dosa apa yang harus kutanggung hingga Tuhan memberiku ujian yang begitu berat ini. Disini, di rumah ini yang pernah begitu ceria dengan kehadiran dua anakku yang lucu tiba-tiba saja berubah menjadi neraka. Istriku, Dini (samaran) dengan mata kepalaku sendiri kusaksikan berselingkuh dan berhubungan seks dengan Farid, sahabatku sendiri.
Aku tidak habis mengerti mengapa Dini dan Farid begitu tega melakukannya, padahal sebagai suami telah kutunaikan segala tugas dan kewajibanku. Kebutuhan material Dini tak pernah kulalaikan. Dan sebagai sahabat, telah keberikan semampuku kepada Farid. Mengapa perselingkuhan yang mereka berikan kepadaku.
Aku telah bersahabat dengan Farid sejak kecil. Kini diusianya yang kepala tiga, Farid masih menganggur dan tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Sebagai sahabat kuberi dia tumpangan tempat tinggal di rumahku. Bahkan tidak jarang, di awal muda sehabis gajian, Farid kuberi sekadar uang jajan.
Farid tampaknya masih percaya padaku sehingga ia mengurungkan niat untuk pulang. Sejak itu, hampir seluruh waktunya ia habiskan di rumah. Aku sebenarnya sudah memintanya agar tinggal bersamaku saja, daripada buang-buang uang untuk biaya kontrakan. Mana lagi, kiriman dari orang tuanya hanya cukup untuk makan minum sebulan. Tapi, Farid merasa berat. Mungkin karena selama ini aku sudah terlalu banyak membantu kebutuhannya.
Tak ada kecurigaan sedikitpun kalau diam-diam Farid dan istriku bermain gila. Sebenarnya, aku pernah diingatkan oleh adikku kalau aku sangat berani menyimpan lelaki lain di rumahku, sementara aku punya istri yang masih tergolong muda. Apalagi kata adikku, ia pernah menemukan Farid di kamar bersama istriku dengan bertelanjang dada. Saat dipergoki mereka bergegas keluar dan Farid langsung meninggalkan rumah. Ia baru kembali empat hari kemudian. Alasannya, ia pulang karena orang tuanya sakit. Tapi Cerita itu belum sepenuhnya kupercaya. Rasa-rasanya, aku tidak punya bukti untuk menuduh mereka. Dari sikapnya, Dini masih menunjukkan gelagat yang seperti dulu, tak ada yang berubah dan patut dicurigai.
Baru belakangan kemudian, kecurigaanku mulai muncul saat tanpa sengaja kutemukan jam tangan Farid di atas meja, dalam kamarku. Saat kutanyakan pada Dini, ia mengatakan kalau ia siang tadi ia meminjam jam tangan itu karena jam dinding ngadat. Dari sikap dan caranya menjawab, aku sudah menangkap gelagat yang mencurigakan. Hatiku mulai tak karuan, berbagai pikiran gila mulai merasuk di kepalaku. Karena tak tahan dengan rasa penasaranku, diam-diam aku mulai menyelidiki hubungan gelap mereka.
Pada suatu hari aku meminta ijin pada Dini untuk keluar kota. Alasanku ingin mengantar pesanan seorang pelanggan didaerah.
Di pagi hari aku pergi. Kemudian aku menunggu malam tiba dirumah seorang rekan kerja. Tepat pukul sepuluh malam, aku balik kerumah. Saat itu aku berpikir, jika mereka memiliki hubungan gelap, saat inilah waktu yang tepat untuk memergoki mereka.
Aku masuk ke rumahku melalui pintu belakang kemudian langsung menuju ke kamar tidurku. Di sana aku hanya melihat ke dua anakku sedang tertidur dengan pulasnya. Dini tidak kuketahui berada dimana. Di kamar mandi juga tidak ada, padahal ini sudah jam sebelas malam.
Akhirnya dengan berjalan mengendap-endap aku menuju ke kamar tamu, kamar yang ditempati Farid. Daun pintu kamar tidak terkunci dan lampu menyala. Dengan dada yang berdebar, aku mengintip lewat ventilasi jendela, dan yaa Tuhan, aku tak dapat memercayai penglihatanku sendiri. Dini, istriku sedang tertidur pulas di dalam kamar itu bersama Farid, sahabatku tanpa sehelai pakaian pun yang menutupi aurat mereka. Pandanganku menjadi gelap dan hatiku terbakar menyaksikan pemandangan itu. Kudobrak pintu itu, membuat mereka kaget.
Dan .. itulah malam terakhir aku melihat wajah mereka berdua. Aku dan Dini resmi bercerai. Kedua anakku ingat bersamaku, tak kuiijinkan sekalipun Dini melihat mereka berdua. Amarahku masih meluap tatkala teringat kejadian malam itu.
Dua tahun sudah kisah gelap ini berlalu, namun telah kuputuskan dalam hati untuk tidak menikah selamanya.
[konseling.net]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA