Share Info

1 April 2011

Saat Untuk Meraih Puncak Prestasi

By : A Riawan Amin

Dalam perjalanan sejarah kaum Muslim, kita disajikan dengan beragam
fenomena besar yang menunjukkan puncak kinerja dan produktivitas umat.
Semua lintasan sejarah tersebut membuktikan bahwa betapa tingginya
produktivitas kaum Muslim.

Menariknya, peristiwa-peristiwa tersebut terjadi pada bulan Ramadhan.
Bulan yang sering dianggap sebagai bulan kelesuan fisik karena tak
cukup terpenuhinya kebutuhannya pada siang hari. Perang Badar Al-Kubra
(2 H), Fathu Makkah (8 H), Perang Tabuk (9 H), Penaklukan Spanyol di
bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair (92 H), Perang
Ain Jaluth (657 H), atau-dalam konteks negara-peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan RI (1945 M).

Fenomena di atas membuktikan bahwa tak selamanya energi dan
produktivitas seseorang berjalan linier dengan konsumsi jasmani.
Justru-menurut para ahli-makan, minum, dan berhubungan seks berlebihan
tanpa aturan dan disiplin adalah kontraproduktif. Alih-alih menjadikan
seseorang semakin berprestasi dalam menunaikan pekerjaannya, malah
mengakibatkan turunnya tingkat produktivitas.

Itulah sebabnya adalah tidak tepat menjustifikasi bulan Ramadhan
sebagai penyebab turunnya tingkat produktivitas meski dalam praktik
kemasyarakatan hal tersebut menjadi fenomena. Lihat saja di dunia
pendidikan. Libur menjelang dan akhir Ramadhan. Belum lagi jam
belajar-mengajar yang berkurang. Di dunia kerja pun demikian. Di
banyak perusahaan, jam kerja mengalami diskon.

Dalam satu kesempatan, Syekh Abdul Fattah Allam, wakil syekh agung
Al-Azhar, mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara Ramadhan dan
urusan dunia modern. "Ketika Islam memerintahkan ibadah ini, (ibadah)
tersebut untuk mendorong kami bekerja dan lebih maju serta tidak
pernah dimaksudkan untuk menurunkan produktivitas," katanya.

Sejatinya, turunnya produktivitas lebih disebabkan terjadinya
pelemahan atau kekalahan mental (inhizamur ruh). Kondisi inilah yang
sangat berkontribusi pada tingkat apatisme, loyo, dan jumud dalam
beraktivitas. Ramadhan merupakan bulan ketika mental setiap Muslim
dibangun dan ditata sehingga mencapai derajat terbaik, takwa.

Lebih dari itu, Ramadhan justru bulan yang dinanti-nantikan untuk
memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap umat. Bagi yang
memahami esensi dan urgensi Ramadhan, justru di sinilah semangat
fastabiq al-khairat semakin ditumbuhsuburkan. Karena, sangat jelas
Rasulullah SAW menyatakan, "Setiap amal anak keturunan Adam
dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipat gandanya hingga
tujuh ratus lipat gandanya." (HR Bukhari-Muslim).

Bahkan, amalan-amalan sunah yang dikerjakan pada Ramadhan pahalanya
dianggap sama dengan mengerjakan amalan wajib (HR Bahaiqi dan Ibnu
Khuzaimah). Wallahu A'lam.

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month