Seminggu setelah keributan, sang ayah mengundang semua anak dan mantunya untuk makan siang bersama. Selesai makan, sang ayah menyuruh anak perempuannya masuk ke kamarnya alasannya ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Tiba-tiba dari dalam kamar terdengar suara sang ayah berteriak dengan nada keras membentak anak perempuannya. “Buka bajumu!”, kata sang ayah. Anaknya bingung bukan kepalang kenapa sang ayah secara tiba tiba berobah. Karna takut padanya, terpaksa anak perempuan itu melocotkan bajunya hanya yang tersisa, maaf, kutang dan celana dalamnya. Kemudian terdengar lagi teriakan sang ayah dari dalam kamar dengan nada lebih keras “Keluar! Ayo keluar!”. Perintah sang ayah yang kedua ini sangat sulit diterima. Ia membantahnya. Tapi sang ayah menyeret dan memaksanya agar tetap menurut perintahnya. Dengan sangat terpaksa akhirnya ia keluar juga dari kamar sambil menangis dengan aurat terbuka.
Semua yang berada di ruang makan heran dan tidak ada yang berkomentar. Saudara-saudaranya hanya melihat dan tidak mengeluarkan reaksi apa apa. Begitu pula ibunya hanya melongo dan melotot melihat kejadian ini. Apalagi adik perempuannya tutup mulut, bungkam dan tidak berani berkutik dan bertindak apa apa. Semua yang ada di ruang makan hanya bisa melihat apa yang didilakukan sang ayah.
Tiba tiba..suaminya (mantu sang ayah) dengan tidak sadar, begitu melihat istrinya keluar dari kamar dalam keadaan yang tidak sopan, langsung menarik supra makan dan lari menutupi aurat istrinya yang sedang berdiri menangis. Ditutupi tubuhnya dengan supra, dirangkulnya dan dimasukan kedalam kamar.
Setelah itu, sang ayah keluar dari kamar dan berkata “Nah! sekarang kalian tahu kenapa aku menaruh perhatian kepada mantuku dan kenapa aku mencintainya. Karna dia menaruh perhatian pada anakku dan mencintainya. Kalian berdua tidak ada yang bangun menutupi aurat adikmu. Kamu tahu, hidup itu harus membawa missi bukan untuk sendiri, harus saling mencintai antara keluarga, lingkungan dan masyarakat. Jangan hidup untuk dirimu tok. Berartilah untuk sesama. Orang egois seperti benalu. hidup subur tapi mematikan yang lain. Manusia yang hidup hanya untuk dirinya, sadar atau tidak sadar merusak kehidupan dan lingkungan”.
Masya Allah, suguh arif dan bijaksana sosok laki kaki tua itu, sungguh adil, cermat dan wibawa. Semua kekerasan dan tindakan kasar yang dilakukannya demi mendidik anak anaknya bahwa hidup ini tidak kerdil, picik dan eqois. Akan tetapi hidup ini penuh dengan rasa cinta, penuh dengan rasa sayang terhadap sesama keluarga, penuh dengan perhatian terhadap lingkukang dan masyarakat.
Pula tindakan sang ayah trb menunjukan kecintaan dan perhatiannya terhadap anak perempuanya melebihi dari kecintaan dan perhatiannya terhadap kedua anak laki lakinya. Ia tahu persis bahwa yang diperbuat itu akan mendapat ridho Allah dan akan memperoleh derajat yang luhur dari Nya. Karna Allah telah menjajikan surga dan derajat yang luhur bagi yang dianugrahi anak perempuan dan bisa memelihara dan menjaganya sehingga berketurunan.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Anas, Rasulallah saw bersabda “Siapa yang dianugrahi dua anak perempuan dan menjaga mereka sehingga dewasa dan berketurunan, maka Allah menyamakan baginya derajat setinggi derajatku di surga”.
Islam tidak cukup hanya menganjurkan kita untuk menjaga anak-anak perempuan dan memelihara mereka. Akan tetapi Islam menganjurkan pula untuk berbuat baik, berkata baik, berkelakuan baik dan bermuamalah baik terhadap mereka. Rasulallah saw telah bersabda “Sebaik baiknya diantara kalian adalah yang berbuat baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang terbaik diantara kalian terhadap keluargaku. Orang yang menghargai dan menghormati perempuan adalah orang arif dan karim sedang orang yang menghina dan tidak memperhatikan perempuan adalah orang kejam dan keji”.
Pada Haji Akbar tahun 10H, Rasulallah saw menunaikan ibadah haji Wada’ bersama sama keluarganya, sahabatnya dan umat Islam yang bilanganya tidak kurang dari 100 ribu. Haji Wada’ ini merupakan haji yang terakir dilakukan Rasulallah saw. Tiga bulan setelah itu beliau pulang ke rahmatullah memenuhi panggilaan Nya. Pada Haji Wada’ ini, beliau telah berkhutbah di hadapan ratusan ribu umat Islam yang sedang menunaikan ibadah Haji bersama sama beliau. Khutbah ini merupakan khutbah yang syamil, sempurna dan terkumpul di dalamnya semua masalah-masalah agama, sehingga dinamakah “Al-Khutbah Al-Jamia’h”.
Pada saat itu, Rasulallah wukuf bersama sama karabatnya, sahabatnya dan umat Islam di Padang Arafat. Semua berkumpul dengan pakaian serba putih, tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, tidak ada perbedaan antara miskin dan kaya, tidak ada perbedaan antara kulit hitam dan putih. Semua tunduk, taat dan khusyu’ dihadapan Pencipta alam semesta. Semua berkata “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu akbar. Labikaika Allahuma Labaik”. Pada saat itu Rasulallah naik keatas jabal Arafah. Dari sana beliau berpesan dan bewasiat kepada umatnya, pesan dan wasiat yang terakhir. Diantara pesan dan wasiat beliau yang panjang lebar, terselip pesan dan wasiat yang berbunyi: “Bertakwalah kalian kepada Allah. Aku berpesan dan berwasiat kepada kalian agar menjaga dan berbuat baik terhadap perempuan”
Kecintaan dan perhatian Rasulallah saw terhadap perempuan melebihi dari kecintaan dan perhatianya terhadap yang lain. Beliau telah dianugrahi empat anak perempuan dari istrinya pertama Khadijah binti Khuailid ra (Umu Kaltsum, Ruqayyah, Zainab dan Fatimah) semua hidup sampai dewasa dan berkeluarga. Alangkah mesranya beliau hidup bersama mereka. Mereka semua mendapat kecintaan, penghormatan dan penghargaan dari beliau secara berlebih-lebihan.
Pernah satu kali, Siti Fatimah, anak beliau yang paling bontot, datang bertamu ke rumah beliau. Ketika Rasulallah saw melihat Siti Fatimah berada di muka pintu. Beliau berdiri dari tempat duduk dan segra bangun menyabut kedatangan anak bungsunya Fatimah. Rasulallah saw mengelar burdah (serban) beliau dan diduduki Fatimah di atas burdah berdekatan dengan beliau. Fatimah mecium tangan dan kepala beliau. Begitu pula Rasulallah saw menciumnya dengan penuh kecintaan, penghargaan , dan penghormatan. Itulah contoh yang patut ditiru dari Nabi kita Muhammad saw untuk kita jadikan ladang penghormatan, penghargaan dan kecintaan terhadap kaum wanita.
Terakhir, saya akan bawakan dalam obrolan ini contoh dari sahabat Nabi, Umar bin Khattab di saat anak perempuanya Hafsa binti Umar ditinggal oleh suaminya Khunais bin Hudhafa karna mati syahid dalam peperangan Badr. Pada saat itu Hafsa berusia 18 tahun, masih terlalu muda untuk menjadi janda. Umar bin Khattab ra menangis dan sangat sedih sekali memikirkan nasib anak perempuanya. Siang malam difikirkannya dan mejadi beban yang sangat berat untuk dipikul. Hafsa sendiri tidak sesedih ayahnya.
Dengan tampak tedeng aling aling, Umar ra menawarkan Abu Bakar siddik ra untuk menyuntingnya. Beliau menolak dengan baik. Penolakannya membuat Umar ra menjadi lebih sedih. Kemudian Umar ra tidak segan segan pula menawarkan Utsman bin Affan ra agar bisa mengambil anaknya Hafsa sebagai istrinya. Utsman pun menolaknya dengan baik. Hal ini menambah kesedihannya menjadi lebih parah lagi.
Akhirnya, Umar ra datang kepada Rasulallah saw untuk mengadukan kesedihannya, karna beliau adalah satu satunya orang yang bisa memberi ketenangan dan ketentraman dalam kehidupanya. Rasulallah saw mendengar aduan Umar ra dengan penuh perhatian dan rasa terharu. Setelah itu beliau berkata: “Hafsha akan disunting orang yang lebih mulia dari Abu Bakar dan Utsman”. Tentu tidak ada makhluk di dunia ini yang lebih mulia dari Abu Bakar dan Utsman selain Rasulallah saw.
Tidak bisa dilukiskan betapa gembiranya sayyidina Umar mendengar tawaran Rasulallah. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hal ini bisa terjadi. Betul betul ini merupakan surprise dan kejutan baginya karena orang yang paling termulia di dunia akan menjadi mantunya. Dari senangnya, beliau lari terbirit birit mejuju rumahnya untuk mengabarkan Hafsha bahwa ia akan menjadi istri Rasulallah, akan menjadi pendamping Rasulallah raw, akan menjadi manusia yang berpangkat luhur di sisi Allah, akan menjadi “Ummul Muminin”.
Begitulah Umar bin Khattab ra yang pernah mengubur hidup hidup anak perempuanya pada zaman Jahiliyah dan merasa terhina dan tercela jika medapatkan anak perempua sesuai dengan firman Allah dalam Al Qura’n “Padahal apabila salah seorang diantara mereka diberi kabar gembira (kelahiran anak perempuan) dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah. Jadilah mukanya hitam pekak, sedang dia amat menahan sedih”. Akan tetapi setelah masuk Islam, Umar ra berobah 180 derajat menjadi manusia yang menghargai, menghormati anak perempuanya.
Terakhir saya tutup obrolan ini dengan firman Allah yang berbunyi didalam Surat An-Nisa’ yang artinya Surat Perempaun. Surat ini disebut di dalam Al Qura’n sebagai tanda penghormatan Islam terhadap kaum perempuan: “Tentang bapak-bapak mu dan anak anak laki-laki mu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih banyak manfa’at bagimu “. Dan saya bawakan pula hidits al Qudsi yang berbunyi: Jika lahir anak laki laki maka Allah berkata kepadanya: “kaluarlah kamu dan bantulah orang tuamu”. Akan tetapi jika lahir anak perempuan maka Allah berkata kepadanya: “Keluarlah kamu dan aku akan bantu orang tuamu”.
Sekarang mana yang lebih indah bantuan Allah atau bantuan manusia?
[Source : hasanalsaggaf.wordpress.com]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA