Share Info

29 August 2011

'Algojo' Qaddafi Ternyata Seorang Gadis Berusia 19 Tahun

TRIPOLI - Bermata coklat dan berbibir merah muda, Nisreen Mansour al Forgani layak menjadi fotomodel. Namun, gadis berusia 19 tahun ini memilih profesi yang berbeda: menjadi eksekutor tahanan di bawah rezim Muammar Qaddafi.

Di bawah pengawasan ketat militer, Nisreen kini terbaring lemah di Rumah Sakit Militer Matiga, Tripoli. Saat menerima wartawan Daily Mail, ia mengaku telah menembak mati 11 tahanan dalam sehari, saat Tripoli jatuh ke tangan pemberontak. "Mereka bilang pada saya, kalau saya tak membunuhnya, maka mereka yang akan membunuh saya," ujarnya.

Ia mengaku membunuh para tahanan dari jarak beberapa meter saja.

Nisreen adalah salah satu dari ribuan gadis yang direkrut rezim Qaddafi untuk menjadi bagian dari korp milisi perempuan. Ia kini menjadi tahanan pemberontak dan ini diakuinya 'sangat menakutkan'.

Nisreen mengklaim - dan dokter dan bahkan beberapa pejuang pemberontak percaya padanya - bahwa ia terpaksa menjadi algojo di bawah tekanan besar. Dia juga mengatakan bahwa dia mengalami pelecehan seksual oleh tokoh-tokoh militer senior, salah satunya adalah komandan brigade elit Tripoli yang bertugas melindungi Qaddafi sendiri. "Saya katakan kepada mereka [para pemberontak] apa yang saya lakukan," katanya. 'Mereka marah. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya sekarang. "

Ia menyatakan, keluarganya sama sekali tak mendukung rezim Qaddafi. Namun, dalam kondisi seperti sekarang, tulis Daily Mail, sangat sulit untuk menverifikasi omongannya.

Ia menyatakan, dirinya adalah produk keluarga berantakan. Orang tuanya bercerai saat ia masih kecil, dan ia tak pernah suka dengan istri baru ayahnya. Ia menjadi lebih dekat dengan ibunya setelah itu.

Salah satu sahabat ibunya adalah pimpinan Popular Guard, milisi perempuan bentukan rezim Qaddafi. Namanya Fatma al Dreby. Dialah yang membawa Nisreen menjadi milisi.

"Ada seribuan wanita muda yang masuk bersamaan dengan saya," katanya, yang kemudian mengikuti pelatihan di sebuah kamp di Tripoli. Di kamp itu, Nisreen dilatik menjadi penembak jitu.

Selesai pelatihan, mereka menjadi satu brigade tersendiri, di antara 77 brigade yang ada. Ia ditematkan di pos di Bab Al-Azizya, tak jauh dari kediaman Qaddafi.

Dari Fatma pula, Nisreen belajar menjadi 'bengis'. Ia ingat salah satu doktrin sahabat ibunya itu, "Andaipun kau mendengar ibumu melontarkan pernyataan yang melawan Qaddafi, maka kaupun harus membunuhnya."

Selama menjadi anggota milisi, ia kerap dianiaya. "Jika mengungkapkan ketidaksukaan pada pimpinan, maka ia akan memukul dan mengunci saya dalam ruangan. Ia juga selalu menyatakan, jika pemberontak datang, maka mereka akan ramai-ramai memperkosa kami."

Ia juga mengaku menjadi alat gratifikasi seks. Suatu hari, ia dikunci di sebuah ruangan oleh Fatma, dan tak lama kemudian komandan Brigade 77, Mansour Dau, datang dan memperkosanya. Fatmalah yang menerima imbalan dari 'jasa'-nya.

Ia mengalami beberap kali perkosaan. Terakhir, anak Mansour bernama Ibrahim yang memperkosanya.

[Source : dailymail]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month