Share Info

25 December 2011

Aku dan Kamu, Beda!!

Bumi kita memang telah dihuni oleh lebih dari 7 miliar manusia. Namun, betapa hebatnya Tuhan, karena diantara ke 7 miliar umat manusia itu, tidak ada satupun yang sama. Identik, mungkin. Tapi, jika persis sama, tidak mungkin.

Tuhan membekali setiap manusia dengan berbagai perlengkapan hidup yang sempurna yang disesuaikan dengan kebutuhan si manusia tersebut. Artinya, setiap manusia, meski merupakan saudara kembar, pasti dibekali dengan perlengkapan yang berbeda, karena mereka memiliki kebutuhan yang berbeda pula. Namun, kita seringkali terjebak pada rasa iri dan sakit hati ketika kita melihat orang lain lebih wah dari kita. Ketika kita melihat teman kelas kita lebih pintar, kita jadi sakit hati. Ketika melihat tetangga kita lebih sukses, rasa iri pun muncul.

Beberapa dari kita bahkan terjebak pada pemfiguran. Ketika kita melihat seseorang memiliki sesuatu yang diatas rata-rata, kita langsung terpesona dan secara tak sadar memfigurakan si tokoh tersebut. Semua yang dia lakukan, kita ikuti, mulai dari gaya hidup, tingkah laku, sampai pada semua aspek terkecil dari si tokoh. Bahkan, ketika si tokoh melakukan kesalahanpun, kita masih menganggapnya benar dan membela mati-matian. Apakah ini salah? Pastinya tidak. Tidak ada yang salah ketika kita mengagumi seseorang, kecuali ketika kita terjebak pada konsep pemfiguran yang membabi buta.

Sebagai makhluk yang unik, manusia dibekali Tuhan dengan potensi yang berbeda. Kita, saudara kita, keluarga kita, teman kita, tetangga kita, pastinya memiliki potensi yang berbeda. Tugas kita sekarang adalah, mengidentifikasi apa potensi kita dan melejitkannya. Bukan membunuhnya dengan memupuk rasa sakit hati, iri, dan memfigurkan seseorang secara membabi buta. Intinya, satu hal yang harus kita sadari adalah bahwa kita berbeda dengan orang lain, meski itu saudara kita sendiri.

PeDe dengan potensi diri
Kita seringkali dibuat bingung dengan pertanyaan, “Apa potensimu?” meski sebenarnya ini bukan pertanyaan pertama yang diajukan pada kita. Namun selalu saja kita terjebak pada kondisi yang sama. Apakah ini artinya kita tidak tahu potensi diri kita? Mungkin saja. Namun, besar kemungkinan ini dipicu oleh ketidakPeDean kita untuk mengatakan potensi yang kita miliki. Kita malu kalau-kalau orang akan mentertawakan kita. Akhirnya kitapun berusaha mencari-cari jawaban yang kita sendiri pun tidak punya.

Potensi diri kita tidak akan pernah tergali ketika kita tidak PeDe dengan apa yang kita miliki. Artinya, kita sendirilah aktor yang bisa menjadikan potensi kita melesat dahsyat atau terbenam dalam. Tidak perlu modal besar untuk bisa melejitkan potensi kita, kecuali kepercayaan diri. Apalah artinya potensi yang besar jika kita menguburnya dengan lebih bangga pada orang lain daripada diri sendiri?

Kesadaran bahwa setiap manusia memiliki potensi yang berbeda akan membuat kita PeDe dengan potensi kita. Potensi yang berbeda tidak harus membuat kita malu, namun harus membuat kita lebih bangga karena apa yang kita miliki dan bisa lakukan belum tentu dimiliki oleh orang lain.

Dan akhirnya, “iri” atau “kagum” dengan orang lain memang bukan sesuatu yang salah. Asalkan, bisa kita tempatkan pada porsi yang tepat. Rasa iri atau kagum tersebut haruslah kita tempatkan sebagai motivator untuk melejitkan diri, bukan sebagai pembenam potensi kita. Kita harus menyadari bahwa kita BERBEDA dengan orang lain, sehingga kita tidak perlu takut, malu, atau enggan untuk mengatakan “Inilah Saya dengan potensi saya.”

[Source : http://mutiarabirusamudra.blogdetik.com]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month