Suatu ketika seorang Indian muda, mendatangi tenda ayahnya. Di dalam sana duduk seorang tua dengan pipa panjang yang mengepulkan asap. Matanya terpejam, tampak sedang bersemadi. Hening. "Ayah, bolehkah aku ikut berburu besok pagi?" tanya Indian muda itu memecahkan kesunyian di sana. Mata sang Ayah membuka perlahan, sorot matanya tajam, memandang ke arah anak yang paling disayanginya itu. Kepala suku itu hanya diam.
"Ya Ayah, bolehkah aku ikut berburu besok? Lihat, aku sudah mengasah pisauku. Kini semuanya tajam dan berkilat." Tangan si kecil merogoh sesuatu dari balik kantung kulitnya. Sang Ayah masih diam mendengarkan. "Aku juga sudah membuat panah-panah untuk bekalku berburu. Ini, lihatlah Ayah, semuanya pasti tajam."
Suasana masih tetap senyap. Keduanya saling pandang. Terdengar suara berat sang Ayah, "Apakah kamu sudah berani untuk berburu? "Ya!" segera saja terdengar jawaban singkat dari si kecil. "Dengan pisau dan panahku, aku akan menjadi yang paling hebat." Sang Ayah tersenyum, "Baiklah, kamu boleh ikut besok, tapi ingat, kamu harus berjalan di depan pasukan kita. Mengerti?" Sang Indian muda mengangguk.
Keesokan hari, pasukan Indian telah siap di pinggir hutan. Kepala suku dan Indian muda, berdiri paling depan. "Hari ini anakku yang akan memimpin perburuan kita. Biarkan dia berjalan di depan." Indian muda itu tampak gagah. Mereka mulai memasuki hutan. Pohon-pohon semakin rapat, dan semak semakin tinggi. Sinar matahari pun tak leluasa menyinari lebatnya hutan.
Mulai terdengar suara suara dari binatang yang ada disana. Indian kecil yang tadi melangkah dengan gagah, mulai berjalan hati-hati. Parasnya cemas dan takut. Wajahnya sesekali menengok ke belakang, ke arah sang Ayah. Linglung dan ngeri.
Tiba-tiba terdengar beberapa suara harimau mengaum. "Ayah…!!" teriak si kecil.
Tangannya menutup wajah, dan ia berusaha lari ke belakang. Sang Ayah tersenyum melihat kelakuan anaknya, begitupun Indian lainnya.
"Kenapa? Kamu takut? Apakah pisau dan panahmu telah tumpul? Mana keberanian yang kamu perlihatkan kemarin?" Indian muda itu terdiam. "Bukankah kamu bilang, pisau dan panahmu dapat membuatmu berani? Kenapa kamu takut sekarang? Lihat Nak, keberanian itu bukan berasal dari apa yang kau miliki. Tapi, keberanian itu datang dari sini, dari jiwamu, dari dalam dadamu." Tangan Kepala Suku menunjuk ke arah dada si kecil.
"Kalau kamu masih mau jadi Indian pemberani, teruskan langkahmu. Tapi jika di dalam dirimu masih ada jiwa penakut, ikuti langkah kakiku." Indian muda itu masih terdiam. "Setajam apapun pisau dan panah yang kau punya, tak akan membuatmu berani kalau jiwamu masih penakut. Sekuat apapun busur telah kau rentangkan, tak akan membuatmu gagah jika jiwa pengecut lebih banyak berada di dalam dirimu."
Keberanian. Apakah itu keberanian? Keberanian bukanlah rasa yang dimiliki oleh orang yang menganggap dirinya memiliki segalanya. Keberanian juga bukan merupakan rasa yang berasal dari sifat-sifat sombong dan takabur. Keberanian adalah jiwa yang berasal dari dalam hati, dan bukan dari materi yang kita miliki. Keberanian adalah sesuatu yang tersembunyi yang membuat orang tak pernah gentar walau apapun yang dia hadapi.
Saya percaya, keberanian bukan berasal dari apa yang kita sandang atau kita miliki. Keberanian bukan datang dari apa yang kita pamerkan atau yang kita punyai. Tapi, teman, keberanian adalah datang dari dalam diri, dari dalam dada kita sendiri. Keberanian adalah sesuatu yang melingkupi perasaan kita dan menjadi bekal dalam setiap langkah yang kita ayunkan.
Teman, mungkin saat ini kita diberikan banyak kemudahan, dan membuat kita merasa cukup berani dalam menjalani hidup. Kita mungkin dititipkan kelebihan-kelebihan dan membuat kita takabur bahwa semua masalah akan mampu dihadapi. Mungkin saat ini kita kaya (setidaknya orang tua kita kaya raya), mungkin saat ini kita tampak rupawan, berpendidikan tinggi, hidup nyaman, serba mudah dan berkedudukan bagus, tapi apakah itu bisa menjadi jaminan bahwa kita akan selamanya dapat menjalani hidup ini? Apakah itu akan selamanya cukup untuk menjadi bekal kita dalam "perburuan" hidup ini?
Jadilah Indian muda yang tetap melangkah, dengan jiwa pemberani yang hadir dari dalam hati, dan bukan dari pisau dan panah yang telah diasah. Jadilah Indian muda yang tetap yakin dengan pilihan keberanian yang ia putuskan. Jangan cengeng, jangan culun, jangan jadi cemen, jangan gentar, jangan surut untuk melangkah. Allahu Akbar!!
[Source : beranda.blogsome]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA