"Jangan bunuh saya, anak-anakku." Jeritan permohonan ini disampaikan Moammar Khadafy kepada sejumlah pejuang revolusioner yang menemukannya di sebuah saluran drainase dan menyeretnya.
Selang satu jam kemudian, Khadafy sudah tidak bernyawa lagi. Sejumlah warga menumpahkan kebencian mereka yang dipendam selama beberapa dasawarsa kepada diktator Libya ini dengan menjambak rambutnya yang eksentrik dan mengarak jenazahnya yang berlumuran darah dengan sebuah truk.
Momen terakhir tentang bagaimana Khadafy terbunuh setelah tertangkap dalam kondisi terluka masih mengundang sejumlah tanda tanya. Beberapa stasiun televisi menayangkan gambar kerumunan yang menyeret Khadafy yang berlumuran darah di wajah dan pakaiannya.
Salah satu pejuang bahkan berusaha merendahkan pemimpin rezim Libya selama hampir 42 tahun itu dengan menginjak pahanya. Khadafy yang tampak tak lagi berdaya berseru memohon pengampunan, tetapi jeritannya ini tak dihiraukan saat ia terjerembab dan diseret untuk dimasukkan ke dalam bagasi terbuka sebuah truk.
Tayangan berikutnya menunjukkan beberapa pejuang menggulingkan tubuh Khadafy yang sudah tak bernyawa di pinggir jalan. Pakaian yang dikenakannya dilucuti dan tumpahan darah tampak membanjiri bagian kepalanya.
Jenazah Khadafy kemudian diarak keliling Misrata dengan sebuah mobil. "Darah martir tidak akan tertumpah dengan sia-sia," demikian teriak massa di sepanjang jalan Misrata yang diarahkan ke kematian sejumlah orang akibat kekejaman Khadafy selama berkuasa.
Kematian Khadafy kemarin sekaligus menjadi titik acuan bagi Dewan Peralihan Nasional Libya untuk mendeklarasaikan seluruh negara itu telah bebas dari kukungan rezim Khadafy dan pendukungnya. Momen itu juga sekaligus menepis skenario lama soal dugaan Khadafy melarikan diri ke padang gurun di selatan Libya dan memimpin perlawanan.
Khadafy tewas 2 bulan setelah dilucuti dari kekuasaannya dan berada dalam persembunyian. Menyusul direbutnya Tripoli pada 21 Agustus, pasukan pendukung Khadafy meningkatkan perlawanan di sejumlah wilayah, termasuk Sirte, untuk mencegah pemerintah sementara yang baru terbentuk mengklaim kemenangan penuh. Awal pekan ini, pasukan revolusioner berhasil menguasai salah satu wilayah kekuasaan loyalis, Bani Walid.
"Kita telah lama menantikan momen bersejarah ini. Moammar Khadafy tewas terbunuh," seru Perdana Menteri Mahmoud Jibril di ibukota Tripoli. "Saya ingin menyerukan seluruh warga Libya agar menyingkirkan rasa dendam dan hanya menyimpan 1 kata di hati, yaitu Libya, Libya, Libya."[Source : AP]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA