Share Info

27 September 2010

Baik Pada Orang Lain

Cara anda meraih sukses.

Hatinya remuk. Ia merasa telah melakukan segalanya. Ia berusaha menjadi bos yang baik. Maka ia penuhi kebutuhan staf-stafnya. Para staf butuh meningkatkan kualitas diri. Maka semua stafnya ia ikutkan sebuah pelatihan pengembangan diri. Pelatihan yang terkenal dan mahal. Para staf butuh refreshing. Maka ia ajak semua staf beserta keluarganya berlibur.

Tapi kenapa mereka tak jua meningkat? Kenapa selalu banyak kesalahan di kantornya? Kenapa yang ia ucapkan tak juga dituruti? Kenapa banyak kelalaian terjadi sampai-sampai kantornya kecurian? Kenapa ia harus marah-marah dulu untuk membuat semua orang bekerja dengan benar?

Seorang teman mengeluhkan semuanya itu. Pernahkah hal yang sama terjadi dengan anda? Anda merasa sudah berusaha maksimal untuk orang lain, tapi ternyata harapan anda tak kunjung terpenuhi. Kekecewaan pun meruak di segenap penjuru hati.

Apa yang jadi penyebab semua itu? Saya menemukan jawabannya pada sebuah kisah sederhana.

Seorang pria kaya raya menyiapkan berkantong-kantong emas untuk dibagikan pada yang membutuhkan. Itu adalah usaha dan bukti bahwa ia senang berbagi dan berbuat baik untuk sesamanya. Ia pikir, masalah banyak orang akan selesai dengan emas itu.

Maka ia pun keliling kotanya. Orang-orang menyambutnya dengan gembira. Orang-orang miskin berterima kasih sekali padanya. Banyak yang mencium tangannya. Maka ia pun pulang dengan hati gembira. Niat baiknya disambut luar biasa. Harapannya banyak orang miskin yang akan meningkat kehidupannya. Ia pun terus mengulangi perbuatannya itu. Setiap kali ia melakukannya, setiap kali pula ia pulang dengan hati yang puas dan gembira.

Sampai suatu ketika, sebuah fakta terpampang di depannya. Harapan agar tindakannya membuat orang-orang miskin punya kehidupan yang lebih baik, ternyata tak terbukti. Ia menemukan orang-orang miskin itu tetap miskin. Emas yang ia berikan memang membuat mereka senang dan terbantu. Tapi hanya beberapa hari saja, emas itu sudah habis. Mereka kembali ke kondisi penuh penderitaan. Sampai ia datang membawa emas lagi. Dan itulah yang terjadi. Berulang-ulang. Ia mengira sudah melakukan yang terbaik agar orang-orang miskin itu berubah hidupnya. Rupanya ia keliru.

Maka ia merubah perbuatan baiknya. Emas yang untuk dibagikan ia gunakan untuk membangun pabrik. Ia latih orang-orang miskin sampai terampil dan bisa bekerja dengan baik di pabrik. Pendapatan mereka meningkat. Bahkan mereka jadi senang belajar sendiri. Sang orang kaya pun senang. Niat baiknya berhasil. Maka mulailah berdiri pabrik-pabrik dengan tujuan mulia yang sama.

Menjadi baik di mata orang lain haruslah benar-benar sesuai dengan sudut pandang orang lain. Jangan terjebak dengan sudut pandang kita sendiri. Jangan memberi emas pada orang yang butuh cangkul. Jangan memberi cangkul pada orang yang butuh buku. Jangan memberi buku pada orang yang butuh makan.

Maka ketika kita mau baik di mata orang lain:

* Jadilah setia pada yang tidak ada.

Sangat mudah menyerang dan membicarakan keburukan orang yang tidak ada. Mereka tidak bisa membela diri. Karena itu, siapapun yang tak setia pada yang tidak ada, sesungguhnya mereka adalah orang lemah yang tak punya kekuatan apa-apa. Saudara, jangan pernah membicarakan keburukan siapapun. Teman-teman anda akan berpikir: “Dia membicarakan si Fulan yang tidak ada. Jangan-jangan, dia juga membicarakan keburukanku waktu aku tidak ada”. Bila sudah begini, orang lain tak akan percaya lagi pada anda.

* Tanyakan : “Apa yang bisa saya bantu?”

Sangat mungkin orang lain butuh bantuan. Tapi mereka sungkan memintanya. Maka pertanyaan emas ini benar-benar menunjukkan kesediaan anda untuk membantu orang lain. Dan, karena anda bisa membantu, maka anda sedang menambah tabungan kebaikan pada sesama. Bertanya seperti ini saja sudah menunjukkan kualitas anda. Apalagi bila anda benar-benar membantu dengan kualitas yang terbaik.

* Sensitif pada kebutuhan orang lain.

Mulailah dari hal-hal yang kecil. Mengambil minum bagi teman yang sedang makan. Membawakan barang bawaan teman yang terlalu berat dan banyak. Menyampaikan pesan. Memberi tumpangan pulang. Meng-SMS teman dan menanyakan kabar.

Lalu meningkat ke hal-hal yang lebih besar. Menawarkan pinjaman uang pada teman yang kesusahan. Menyiapkan waktu bagi teman yang butuh curhat. Menengok teman yang sakit. Membantu persiapan pernikahan teman. Dan sebagainya. (By : Supardi Lee)

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month