Pada suatu saat dalam hidup, kita dihadapkan pada suatu kekecewaan yang teramat sangat sulit untuk dilupakan dalam waktu singkat. Apalagi jika kekecewaan itu meninggalkan rasa sakit hati. Berbagai cara dilakukan untuk menghibur diri. Ada yang dengan cara melampiaskan amarah dengan makian, beberapa berbagi sumpah serapah dengan teman, tetapi ada pula yang memendamnya jadi dendam. Tergantung bagaimana seseorang melihat kerugian yang dialaminya, rasa kecewa itu perlahan pun akan sirna. Tetapi menghilangkan kekecewaan itu dengan cepat? Siapa yang dapat melakukannya?
Diri sendiri.
Itu betul. Tapi seperti yang saya katakan tadi, adakah yang bisa melakukannya dengan cepat?
Ada. Sedikit.
Sebagai mahluk sosial, manusia tentunya butuh manusia lain untuk sekedar berbagi cerita. Dipendam sendiri bisa-bisa jadi dendam kesumat. Penyaluran dendam bisa fatal akibatnya.
Saat-saat seperti inilah biasanya peranan orang terdekat sangat besar dalam menyembuhkan luka hati akibat kekecewaan yang dialami. Reaksi orang terdekat biasanya selalu membela. Berbagai cara mereka lakukan agar kekecewaan orang yang mereka sayangi bisa terobati. Berbahagialah orang-orang yang memiliki banyak orang yang mencintai mereka. Tetapi sayangnya, kebahagiaan ini kerapkali terlambat disyukuri dan disadari.
Pernahkah anda mencoba merasakan, bahwa pada saat anda marah, kemarahan itu akan mereda saat anda tahu ternyata ada orang lain yang juga marah melihat anda dikecewakan?
Tahukah anda bahwa ternyata kesedihan yang timbul akibat kekecewaan itu bisa berkurang saat anda tahu ada orang lain yang ikut berduka atas kesedihan anda?
Marah adalah reaksi jujur. Tapi bukan berarti orang yang mudah marah adalah orang yang paling jujur. Saat sesuatu yang membuat kita marah itu menimbulkan kemarahan pada orang-orang yang mencintai kita, maka kita merasa beban itu terbagi. Kita tak lagi sendiri dalam merasakan kekecewaan kita.
Sampai di sini, pilihan kembali pada kita. Apakah kita akan terus marah, atau mencari cara untuk mengatasi kekecewaan kita, hingga orang-orang yang emosinya terlanjur larut dalam masalah kita, tak sia-sia merasakan beban kita.
Memendam rasa kecewa dan marah itu membuat erosi di hati. Pilihannya adalah:
1. Mendekap itu dan membiarkan orang-orang tercinta tererosi juga hatinya, atau
2. Membuang rasa kecewa itu ke tempat sampah, mengubah amarah menjadi energi, dan menyadari bahwa bentuk partisipasi kemarahan itu adalah cinta.
Pilihan pertama rasanya tidak bijaksana. Bagaimana dengan pilihan kedua?
Jika kita memilih pilihan kedua, berarti :
1. Menganggap bahwa perbuatan orang yang mengecewakan kita itu hanyalah sampah yang tak penting.
2. Menyadari dan sudah sepantasnya bersyukur bahwa ternyata ada orang-orang yang menyayangi kita dan tak rela kita kecewa.
3. Menggunakan energi kemarahan menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk mengatasi masalah.
Energi tambahan sudah tersedia dari orang-orang yang menyayangi kita. Jangan sia-siakan.
Dalam hidup selalu ada masalah, dan dari situ kita belajar untuk memperbaiki di masa mendatang. Semakin banyak masalah, semakin diri terasah untuk mengatasi hal-hal rumit dan memberi kita pengalaman lebih banyak dari orang lain.
Remember, the pain we feel today is the strength we feel tomorrow. Jadikan rasa sakit sebagai pemicu untuk belajar menjadi lebih kuat di kemudian hari.
Hal terpenting yang lebih pantas untuk diingat adalah cinta yang datang dari orang-orang terdekat itu. Lihatlah, mereka ada untuk kita. Mereka turut merasa marah, sedih, dan siap mendukung apa pun keputusan kita. Itu jauh lebih penting daripada mengotori hati dengan pikiran tentang orang yang telah mengecewakan kita. Buang itu, dekap cinta dari orang-orang terkasih dan biarkan cinta itu memenuhi ruang hati kita.
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA