Share Info

3 January 2012

Pergaulan Bebas Membuat Hidupku Hancur

Aku perempuan yang saat ini berusia 34 tahun, memiliki seorang putri berusia 7 tahun. Sejak empat tahun lalu aku menjadi singel parent dan berusaha menghidupi keluarga dengan segenap kemampuanku. Kisahku bermula ketika aku masih SMU. Saat itu aku seringkali ‘nongkrong’ ditempat mangkalnya anak-anak gunung di sekitar kaki Gunung Bogor, Jawa Barat. Ditempat itu aku bertemu dengan Irfan yang membuat hidupku berubah total.

Awalnya aku gadis yang bisa disebut pendiam dan alim walaupun aku senang sekali beraktifitas bersama club pencinta alam. Namun Irfan (nama samaran) memberiku banyak ‘pelajaran’ tentang caranya bergaul dengan ‘anak gunung’. Disebuah acara pelantikan anggota baru aku akhirnya mengenal apa itu, drugs, seks dan bahkan orgasme. Malam itu aku memang tak kebagian tempat untuk mendirikan tenda sendiri, dan Irfan menawarkan tendanya untukku.

Malam semakin larut, udara dingin pegunungan semakin menusuk hingga tulang-tulang terasa ngilu, namun acara pelantikan belum juga berakhir dan aku memutuskan untuk meninggalkan acara dan tidur, karena esok pagi kami akan melanjutkan acara di salah satu puncak gunung yang membutuhkan tenaga ekstra untuk menjangkaunya.

Entah pukul berapa aku mendadak terbangun, karena mendengar suara seseorang yang menggigil kedingan didepan pintu tendaku, setelah kutegur aku mendengar suara Irfan Yang menyahut, karena tak tega aku menyuruhnya masuk agar ia tak terlalu kedinginan. Karena tenda yang hanya muat untuk satu orang kami akhirnya tidur berhimpit-himpitan. Dan mendadak ada rasa hangat yang menyelimuti diriku.

Entah bagaimana awalnya, aku membiarkan saja ketika Irfan mulai memelukku, menciumi leherku. Aku justru malah memabalas apa yang ia lakukan terhadapku. saat itu aku merasakan sensasi yang luar biasa yang membuat seluruh tubuhku hangat dan nyaman. Hingga akhirnya Irfan berhasil membuat tubuh telanjangku menggigil, melenguh dan mengejang walau diakhir ‘acara’ aku merasakan perih di pangkal pahaku.

Aku memang tak menyesali apa yang sudah kami lakukan malam itu, yang aku sesali adalah Irfan tak menginginkan aku menjalin hubungan dengannya. Buatnya seks malam itu adalah cinta sesaat yang tak harus berujung dengan ikatan apapun, itulah pergaulan yang berlaku bagi mereka. Untunglah perbutan malam itu tak membuatku hamil.

Hingga aku akhirnya berkenalan dengan Andi dilokasi yang sama. Awalnya kami hanya berteman, namun kemudian perasaan yang kami miliki berubah menjadi sebuah perasaan cinta. Kami sepakat menjalin hubungan yang lebih intim dalam artian kami memiliki komitmen yang sama, saling mengasihi, saling mengisi dan saling memberi perhatian. Perjalanan cinta kasih kami berjalan sangat indah.

Begitulah seterusnya, aku dan Andi jadi sering berhubungan intim dan kami kecanduan perbuatan itu. Seperti biasa aku harus menggugurkan kandungan setiap kali hamil. Tidak tanggung-tanggung, perbuatan itu aku jalani hampir dua tahun lamanya. Di tahun kedua hubungan kami, pertengkaran kerap terjadi. Puncak pertengakaran terjadi ketika aku hamil untuk yang kesekian kalinya. Aku berkeras mempertahankannya dan menuntut Andi segera menikahiku.

Tuntutanku tidak membuat Andi melunak bahkan sebaliknya. Aku tak pernah tahu berapa kali tamparan keras Andi menerpa wajahku. Aku hanya ingat rasa sakit luar biasa saat tangan Andi memukul perutku sambil memaki yang menuduhku sebagai pelacur yang tidur dengan banyak laki-laki. Saat itu aku merasakan kepedihan luar biasa bukan lagi di perutku tetapi bathinku. Sejak kejadian itu, setiap kali melihat lelaki, aku selalu merasakan emosi yang meledak-ledak.

Sebulan sejak kejadian itu, aku bertemu seseorang, sebut saja namanya Soni yang pernah memberi perhatian lebih padaku. Singkat cerita, sejak itu aku mulai menjalin hubungan dengan Soni. Namun hubungan ini tak berlangsung lama. Begitu banyak perbedaan di antara kami.

Kami berdua berupaya tetap berkomunikasi namun ternyata tak berhasil memulihkan hubungan. Rasa frustasi, kecewa berkecamuk dalam bathinku, tapi tak ada lagi air mata yang harus kutumpahkan, air mata itu sudah habis terkuras. Dan Soni seperti juga aku, rasa kecewa membuatnya menjadi dekat dengan alkohol dan drugs. Kami berdua sama-sama menangisi diri sendiri seolah kekecewaan sudah tak bisa lagi disembuhkan.

Namun kenyataan berbicara lain, putus dengan Soni, aku menjalin kasih dengan Jefri yang merupakan teman satu club Soni. hingga Jefri akhirnya menikahiku. Di luar itu aku masih memelihara hubunganku dengan Soni karena hati ini tak lagi bisa dibohongi bahwa aku mencintai Soni, benar-benar mencintainya. Dari hubungan itu aku akhirnya hamil dan untungnya Jefri menyangka bahwa janin itu adalah anaknya.

Setelah melahirkan, ada perubahan nyata yang ditunjukan Jefri. Ia mulai jarang pulang ke rumah. Ia lebih banyak berkumpul bersama teman-tamannya, dan aku begitu terkejut saat banyak tagihan datang kepadaku, tagihan hutang yang tak pernah aku lakukan. Setelah kuteliti ternyata tagihan-tagihan Jefri.

Demikianlah akhirnya, perjalanan rumah tanggaku begitu hancur, semua hasil jerih payahku bekerja dijual Jefri dan aku tak tahu untuk apa uang yang selama ini kuberikan. Sementara Soni harus pontang panting membantu keuanganku khususnya untuk anakku yang nota bene adalah anaknya. Hingga kini keadaan tersebut sama sekali tidak pernah berubah, aku tetap bekerja, Jefri tetap merongrongku dan Soni tetap pontang-panting menghidupi anakku.

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month