Sebagai lelaki urban dan pekerja profesional, Bambang selalu mengikuti perkembangan teknologi dan perubahan sosial, termasuk seks. Bagi Bambang perubahan seks bukan suatu fenomena aneh. Perubahan seks merupakan suatu yang wajar, pergeseran seks dari tradisional ke modern adalah siklus yang mesti terjadi. Pandangan seperti ini mengantarkan Bambang menjadi manusia dinamis dan terbuka dalam berbagai hal termasuk dalam mengakses internet.
Diakui oleh manajer pemasaran sebuah perusahaan ritel ini, selain berhubungan seksual dengan pasangan, Bambang sering berfantasi seks melalui internet. “Sebagai lelaki normal, kegiatan sepeiti ini merupakan suatu hal yang wajar. Sudah fitrah lelaki suka terhadap perempuan. Melalui cybersex kita bisa menikmati keindahan tubuh wanita dari jarak jauh, tak mesti ke kafe atau ke hotel, cukup dari kantor saja,” tutur pria kelahiran Malang ini.
Diakui oleh Bambang, waktu senggang sering dimanfaatkan untuk bercyber sex. Berhubung mempunyai ruangan kerja sendiri, Bambang bebas mengakses situs-situs porno dan situs-situs cerita seks dimana dia biasa membaca cerita-cerita porno dan terhindar pantauan bos dan bawahan. Berbeda dengan Yopi, asisten manajer keuangan perusahaan kargo. Setiap melakukan browsing gambar-gambar telanjang, lajang kelahiran Bandung ini selalu pergi ke warnet, itu pun setelah pulang kerja.
Yopi mengenal cybersex sekitar setahun lalu dari rekan kerjanya. “Awalnya hanya iseng, lama-kelamaan jadi ketagihan. Enak juga bisa menghilangkan stres. Dibandingkan teman rekan kerja lainnya, saya termasuk yang jarang mengakses cybersex, paling banyak tiga kali dalam satu minggu,” tutor Yopi sambil tertawa.
Cyber Sex
Cybersex adalah hubungan erotik yang terjadi di alam maya. Internet relay service merupakan salah sate sarana chatting room yang sering digunakan pengguna Internet. Cyber sex sering jug disebut internet sex atau komputer sex. Seiring perkembangan teknologi, fasilitas untuk terbang ke alam maya pun ikut berkembang. Dulu tampilan chatting room hanya sederhana, kini tersedia berbagai pilihan background, dari musik, web cam sampai layanan internet phone. Membuat pelanggan internet merasa lebih nyaman dan betah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan cybersex tidak lepas dari bisnis internet seks. Para pengelola situs-situs porno menyediakan “ruangan khusus” untuk berhubungan seksual jarak jauh. Dengan sarana web cam para pecinta cyber sex saling berinteraksi dan menikmati keindahan tubuh lawan bicaranya.
Sebagian orang berpandangan, cybersex adalah kegiatan konyol, yang tidak menimbulkan reaksi emosional. Namun pada sebagian orang menilai bahwa reaksi seksual dan emosional dapat diperoleh dari cyber sex, karena cybersex merupakan suatu yang nyata. Reaksi yang dirasakan tak jauh berbeda kala herhubungan seksual sesungguhnya. Tidak itu saja, keberadaan cyher sex dapat memuaskan fantasi seks tanpa harus berhubungan intim nyata. Bagi yang belum mengenal seks, cybersex juga bisa jadi sarana untuk belajar, begitu juga bagi pria yang mau menikah, bisa menjadi sarana simulasi.
Bagi pasangan yang sedang berpisah, di mana tidak ada waktu untuk bertemu dan herhubungan seksual, cybersex bisa menjadi alat untuk tetap berhubungan seksual. Dengan bantuan web cam dan irzternet phone mereka bisa saling melihat dan berkomunikasi.
Kecanduan Cybersex
Internet telah merevolusi cara berkomunikasi manusia, menembus jarak, ruang dan waktu. Dunia nyata telah diganti oleh dunia maya. Kebeadaan cybersex telah mengubah gaya seks manusia, jauh melampaui sifat alamiah seksual. Sebelum ada internet manusia mengenal seks sebatas hubungan intim nyata, bersentuhan fisik. Setelah ada internet, orang bisa berhubungan intim tanpa harus bersentuhan.
Secara sederhana ada dua jenis cyber sex, pertama dilakukan pasangan resmi, kedua dengan wanita penghibur. Dengan adanya teknologi internet, pelaku bisnis seks tidak perlu lagi menjual wanita nyata cukup secara visual. Untung yang diperoleh pun tak jauh berbeda.
Menurut A. Kasandra Putranto, ada dua faktor yang menyebabkan seorang wanita menjadi penghibur alam maya. Pertama faktor financial. Kekurangan uang membuat orang mudah lupa dengan nilai agama dan sosial. Hal seperti ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pria. Kedua faktor ekshibisionis. Wanita ekshibisionis adalah wanita yang suka memperlihatkan hal yang tidak wajar pada kepada orang lain. Malah wanita seperti ini mau tidak dibayar, bagi mereka memperlihatkan hal tidak wajar pada orang lain merupakan satu kesenangan.
Tanpa disadari di balik kesenangan ekshibisionis tersimpan nilai buruk yaitu menjatuhkan derajat diri didepan umum. Secara hukum, wanita ekshibisionis mungkin tidak mendapat sanksi, namun secara budaya mendapatkan sanksi sosial yaitu stigma buruk, bahkan hisa dikucilkan dari lingkungan.
Mengacu pada psikologi, pria yang suka cyber sex adalah tipe pria yang suka berpetualang seks. “Ciri pria seperti ini tidak mudah puas, selalu berimajinasi dan tidak puas pada satu titik. Selain suka melihat gambar bergerak, pria penggemar cyber sex juga suka melihat foto-foto porno,” tutur pengamat psikologi ini.
Menurut Kasandra, efek negatif pria cyber sex adalah kecanduan. Para pengguna Internet akan mengalami kecanduan cyber sex melalui beberapa tahap. Pertama kecanduan, pengguna cyber sex awalnya sebatas tertarik terhadap materi-materi pornografi. Lama kelamaan, ingin mendapat lebih banyak materi pornografi lainnya. Kedua eskalasi, seiring dengan waktu, untuk memuaskan kebutuhan seks pecandu cyber sex akan mencari materi seks yang lebih hot.
Akibat dari kecanduan adalah hidup menjadi tidak produktif. Para pecandu cyber sex bisa merasa tidak berdaya untuk meninggalkan perilaku konsumtifnya. Hal ini membuat kehidupan mereka menjadi tidak teratur. Pada tahap lebih fatal, pecandu cybersex lebih senang masturbasi dengan komputer dibandingkan dengan berhubungan seksual nyata. Pada kondisi tertentu ingin merealisasikan seks maya ke dunia nyata.
Selain kecanduan, cyber sex juga bisa berdampak buruk pada kelangsungan rumah tangga. Sebagian istri ada yang tidak suka terhadap suami yang senang cyber sex, karena dianggap pelecehan dan selingkuh. Walau tidak melakukan kontak fisik, tapi terjadi interaksi rasa yang menimbulkan gejolak. Ketika berhubungan seksual dengan istri, yang ada dalam pikiran bukan istri, tapi wanita lain.
Namun pada sebagian perempuan menilai bahwa cybersex merupakan suatu hal yang wajar dan tidak perlu dipermasalahkan. Setiap orang bisa mengakses cyber sex. Pola pikir seperti ini biasanya terjadi pada wanita liberal, dan internet sudah menjadi bagian kehidupan yang tidak bisa dipisahkan. Efek positif atau negatif yang disebabkan oleh internet dianggap suatu yang wajar.
Fenomena Umum Cyber Sex
Tidak ada seorang pun yang berhak melarang seseorang untuk bercyber sex. Begitu juga sebaliknya, tidak ada seorang pun yang berhak memaksa seseorang untuk melakukan cyber sex. Selama dilakukan dalam kesadaran, tanpa paksaan orang hebas melakukannya. Sampai sekarang belum ada undang-undang yang mengatur tentang penggunaan cyber sex. Termasuk psikologi, juga belum bisa menentukan apakah cyber sex boleh dilakukan atau tidak. Semua tergantung pada norma masyarakat setempat.
Banyak yang harus diperhatikan jika ingin menilai kelayakan cybersex. “Pertama norma sosial, kedua jumlah populasi penduduk yang memiliki komputer, ketiga kepemilikan komputer yang bisa on line. Keempat jumlah masyarakat yang mengakses internet secara bebas (termasuk mengakses (cyber sex). Bila jumlah pemilik komputer dan pengakses cyber sex melebihi penduduk yang tidak memiliki komputer, termasuk mengakses cybersex berarti keberadaan cyber sex sudah mulai diterima oleh masyarakat,” tutur pengelola Psychological Practice ini.
Mengacu pada populasi dunia, tingkat kesadaran manusia terhadap teknologi sudah mulai tinggi, termasuk cybersex. Jadi, wajar atau tidaknya suatu fenomena sosial tergantung pada kondisi sosial dan populasi. “Secara psikologi pria yang suka mengakses cybersex bukan suatu penyimpangan atau mengalami gangguan jiwa. Cybersex merupakan suatu hal yang wajar. Perlu diketahui penilaian psikologi bukan berdasarkan satu negara tapi dunia,” tambah Kasandra.
Fenomena cybersex hampir sama dengan fenomena homoseksual. Pada tahun 1970-an, homoseksual dianggap sebuah penyimpangan seksual clan bertentangan dengan norma. Sekarang homoseksual dianggap sebagai privatisasi seks, dan wajar dilakukan. Malah sebagian negara mengakui keberadaan kaum pecinta sesama jenis ini.
Belajar pada kasus di atas, untuk kondisi Indonesia sekarang cybersex mungkin suatu yang tidak wajar. Tapi suatu saat, ketika perkembangan komputer dan pengakses internet sudah merata ke seluruh Indonesia cyber sex boleh jadi bisa menjadi suatu yang wajar. Kaum istri tidak akan takut lagi terhadap suaminya yang gila cybersex. Begitu juga pandangan kaum lelaki, cyber sex merupakan satu kewajaran dan kebutuhan biologis yang harus dipenuhi. Pasalnya kebutuhan biologis bisa dipenuhi melalui berbagai cara. – Male Emporium
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA