Yang ingin saya tekankan di sini adalah bagaimana para pebisnis kita di tahun mendatang memiliki rencana untuk memperkokoh bisnis di negara kita dengan dilandasi etika bisnis. Mumpung pemerintahan masih baru, mari kita menggelorakan semangat untuk berbisnis dengan bersih. Jangan sampai berbisnis dengan tamak sehingga membuat orang lain tidak nyaman.
Hal-hal tidak bersih itu dapat kita lihat di sekeliling kita setiap hari. Misalnya saja, bagaimana orang dijebloskan di penjara karena hanya mampu ‘membayar’ sedikit. Sedangkan orang yang membayar banyak bisa lolos.
Di bidang pajak, kasus-kasus suap tak bisa dihitung lagi. Padahal, kasus-kasus demikian diciptakan oleh orang bisnis sendiri. Para pebisnis maunya serba cepat. Apapun ditempuh agar urusan bisnisnya cepat selesai. Perilaku ini menular bagai virus. Maka, di tahun mendatang saya berharap jalur bisnis ditata satu per satu sehingga praktik bisnis bisa berlangsung secara bersih.
Saya mengumpamakan orang-orang yang berbisnis dengan tidak benar seperti orang yang bernapas dalam lumpur. Kenapa? Karena ada celah-celah yang membuat mereka mempraktikkan bisnis kotor. Kalau kemudian kita bertanya, ‘Mengapa orang-orang seperti itu masih exist?’ Karena, mereka lihai bagai belut.
Namun, tidak berarti saya mengecap semua pebisnis demikian. Ada orang-orang yang berani melawan arus. Mereka tidak mau ikut-ikutan mencari-cari celah sehingga berpraktikk bisnis dengan kotor. Saya menyebut orang-orang seperti ini seperti ‘bernapas di udara segar.’ Mari bantu mereka agar tidak ikut-ikutan ‘bernapas dalam lumpur.’Agar berani melawan arus yang tidak benar dalam bisnis orang harus berbekal etika bisnis.
Pengertian etika berbedar dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama.
Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum — sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalah gunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain.
Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral.
Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan kata lain, etika bisnis untuk mengontrol bisnis agar tidak tamak. Bahwa itu bukan bagianku. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.[Source : Jangan Bernapas dalam Lumpur oleh Mien R Uno, Lembaga
Pendidikan DUTA BANGSA Empower Yourself]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA