Singkat cerita kami sering berhubungan lewat telpon. Aku berterus terang tentang statusku yg sudah beristri tapi tampaknya tidak masalah buat dia, katanya banyak berteman banyak berkahnya. Tapi aku memintanya untuk menghubungiku hanya siang dengan alasan takut istriku salah sangka.
Hubungan kami terus makin akrab walau hanya lewat telpon. Ada perasaan romantis setiap kali berbicara ditelpon dengan Eva. Eva enak diajak ngobrol apapun pasti nyambung. Eva pun tampaknya menikmati perhatianku. Walau tinggalnya tidak terlalu jauh, aku biasa mengiriminya kartu pos yang isinya seringkali memuji suaranya, bibirnya atau alisnya yang tebal atau yang isinya berupa ucapan terimakasih atas persahabatan unik kami.
Melihat tanggapan Eva yang hangat, aku yang mulanya iseng mulai berpikir kenapa aku tidak jadikan dia selingkuhanku. Tiga bulan setelah pertemuan pertama, aku mengajaknya ketemuan. kami janji bertemu di mall Cijantung.
Rabu sore aku duduk di mcD menunggu Eva, jam 17.45 gadis itu muncul. Blue jeans ketat membentuk pinggul, pantat dan pahanya. Dan t-shirt ketat bertulis merk motor jepang membungkus tubuhnya. Buah dadanya terlihat sedang. Padahal yang paling aku kagumi dari wanita adalah buah dada yang besar menantang seperti Rizki Pritasari. Tapi it’s oke mumpung Eva menyukaiku.
Kami ngobrol dan seperti pertemuan pertama gadis ini mmg memikat saat sedang “ribut”.
Sepanjang pertemuan itu Eva tidak menolak sewaktu kupegang tangannya, menyentuh kakinya. Dia bahkan melap mulutku yang katanya belepotan saos. Mendapat angin aku makin yakin kalau ia memang menyukaiku. Aku mengantarnya pulang kekontrakannya di Cibubur juga (orangtuanya tinggal di Cengkareng). Eeva memintaku singgah sebentar. Kuterima ajakannya.
Rumahnya kecil ruangnya ada tiga seperti umumya kontrakan di Jakarta. Suasana romantis yang sudah tercipta sejak di mall Cijantung tadi membuat udara di ruang tamu menyesakkan dadaku. Situasi rumah memancing kelakianku. Aku harus mengakhiri pertemuan ini dengan kesan yang dalam. Mata Eva menatapku berharap aku memulai sesuatu. Aku pura-pura mau kekamar kecil. Eva mengantarku kedalam. Ia berjalan didepanku. Sampai diruang tengah yang adalah kamar tidurnya, kutarik tangannya, tubuh kami berhadapan.
“Kenapa mas?”
Aku tak menjawab pertanyaannya, kutarik tubuhnya, tdk ada perlawanan. Kucium bibirnya, kukulum lembut, terasa aroma burger dimulutnya. Bibirnya yang seksi terasa manis. Eva mulai membalas kulumanku, lidahku menusuk menjelajahi mulutnya. Tubuhku terangsang pengakuan Eva, ia belum pernah bercinta, jadinya aku merasa tertantang utk membimbing dan memberinya kepuasan yg tak akan terlupa. Lama kami berpagut, Eva menikmati pagutan panas kami. Aku merasakan tubuhnya memanas.
Kulepas t-shirtnya, Eva menurut. BH Eva berwarna pink, seperti yg kubayangkan susunya sedang. Agak menyembul karena BH-nya yang agak ketat. Kujilati lehernya Eva menggelinjang kegelian. “EHHHH…GELI MAS…” pelukan Eva mengencang. Ia mendesah-desah lembut, “AAAHH….. AAAHHHH…..tubuhnya bergerak-gerak erotis dalam pelukanku membuat nafsuku terus bergerak naik.
Kulepas jeans-nya, Eva pasrah dia bahkan membantuku melepas celananya. CD berwarna hitam, “hhhmmm… warna kusuka, seksi…” Kubimbing tubuhnya ke kasur yang terletak diujung ruangan, (Eva tidak punya ranjang) kurebahkan tubuhnya. Aku tersenyum menatapnya. Eva membelai rambutku.
“Aku mencintaimu Eva…”Rayuku menciumi wajahnya
“Eva juga mas… ”
Selanjutnya kami menikmati permainan yang sama-sama kami sukai, walaupun aku bermain bersama gadis yang masih belum berpengalaman. Tetapi, inilah wanita yang memberi seks agar mendapatkan cinta, sedang pria memberi cinta untuk mendapatkan seks.
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA