Share Info

15 October 2012

Kejujuran dan Saling Percaya Lebih Tepat Daripada Tes Selaput Dara

Pasangan sebaiknya saling percaya daripada melakukan tes keperawanan
Selaput dara memang tidak selalu bisa dijadikan patokan seorang wanita masih perawan atau tidak, karena tanpa berhubungan seksual pun selaput dara bisa saja terkoyak. Namun untuk kasus tertentu, tes keperawanan mungkin dibutuhkan.

Nah, utuhnya selaput dara (hymen) harus diperiksa oleh dokter spesialis kebidanan atau bidan-ahli di klinik kebidanan melalui prosedur pemeriksaan intra-vaginal (pemeriksaan dalam). Orang awam (layman) tidak mungkin mampu melaksanakannya.

Menurut Dr Andri Wanananda MS, pakar seksologi dari Universitas Tarumanegara, tidak semua wanita harus melakukan tes keperawanan, karena jika untuk menilai apakah si wanita pernah melakukan hubungan seks pranikah, maka kejujuran dan saling percaya jauh lebih tepat ketimbang melihat utuh tidaknya selaput dara.

Tes keperawanan biasanya dibutuhkan untuk kasus-kasus tertentu, seperti pada pemeriksaan kasus pemerkosaan atau syarat untuk masuk instansi atau sekolah tertentu.

Untuk tes tersebut, tentu tidak sembarangan orang boleh melakukannya. Hanya dokter spesialis kebidanan atau bidan senior yang punya wewenang dan kompetensi untuk melakukannya.

Menurut Dr Andri, tata cara tes keperawanan hampir sama dengan tes pap smear (untuk deteksi dini kanker serviks) atau posisi wanita yang akan melahirkan secara normal lewat jalan lahir (vagina).

Berikut tata cara tes keperawanan:

1. Wanita tidak sedang menstruasi


2. Wanita diminta berbaring di tempat tidur


3. Kaki ditekuk dengan posisi mengangkang (seperti tes pap smear atau posisi melahirkan)


4. Pemeriksaan dalam bisa dibantu dengan alat spekulum untuk membuka bibir vagina


5. Jika selaput dara masih utuh, maka akan terlihat selaput tipis yang menutupi dinding dan bibir vagina
6. Pemeriksaan harus dilakukan dalam kondisi rileks agar tidak merasa sakit.


“Tes keperawanan itu pemeriksaan dalam, biasanya dibantu dengan menggunakan spekulum untuk melihat apakah masih ada selaput perawannya,” jelas dokter yang meraih sertifikasi seksolog dari Universitas Udayana, Bali.

Namun Dr Andri berpendapat, sangat tidak adil jika keperawanan wanita selalu dibesar-besarkan sedangkan tidak demikian dengan keperjakaan pada pria. Keperjakaan tidak bisa dibuktikan sama sekali meski si pria sudah pernah berhubungan seksual berulang kali.

[Source : lensaindonesia.com]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month