Jabat tangan sederhana yang mendahului sebuah interaksi bisa meredam efek negatif dari kesalahpahaman yang mungkin terjadi. |
Di Amerika, hampir 50 persen orang enggan berjabat tangan karena khawatir terpapar kuman, demikian menurut newsletter PharmPro. Sebelum Olimpiade London berlangsung, chief medical officer untuk British Olympic Association bahkan menyarankan para atlet untuk tidak melakukan kebiasaan tersebut.
Namun, kini para pakar berusaha mendorong orang untuk meneruskan tradisi ini. Studi baru mengenai ilmu jabat tangan yang akan dimuat di Journal of Cognitive Neuroscience edisi Desember menyatakan, bersalaman tetap penting meskipun ada potensi pertukaran kuman itu.
Setelah mengevaluasi pemetaan otak melalui MRI dan uji konduktansi kulit, para peneliti mendapati bahwa orang-orang asing ternyata malah membentuk kesan yang lebih baik satu sama lain setelah berjabat tangan. Meskipun interaksi yang terjadi sebelumnya kurang baik, namun jabatan tangan bisa menunjukkan perilaku yang lebih positif.
"Banyak interaksi sosial kita yang gagal karena satu dan lain hal. Namun jabat tangan sederhana yang mendahului interaksi tersebut bisa meredam efek negatif dari kesalahpahaman yang mungkin terjadi," ungkap Sandra Dolcos dari University of Illinois Beckman Institute, yang menulis studi ini.
Para peneliti juga menemukan bahwa jabatan tangan yang kencang dan ramah bisa memicu respons yang menyenangkan. Di masa lalu, jabat tangan juga bisa mengirimkan sinyal perdamaian, demikian menurut teori para antropolog sejarah. Menjulurkan tangan dengan telapak tangan terbuka menunjukkan bahwa Anda tidak membawa senjata.
Selama berabad-abad sesudahnya, gerak-gerik ini berkembang menjadi suatu bentuk sapaan yang universal. Dengan bersalaman, Anda menunjukkan kepercayaan diri. Dalam pertemuan bisnis, jabat tangan juga dilakukan sebagai bukti bahwa transaksi yang memuaskan telah terjadi.
"Jabat tangan sudah terbuti meningkatkan persepsi akan kepercayaan dan formalitas dari hubungan," lanjut Dolcos dalam laporannya.
Dan, ini yang penting: menurut studi dari John Hopkins School of Public Health, kemungkinan terpapar kuman berbahaya melalui jabat tangan itu cenderung rendah. Nah, kalau Anda masih ragu juga untuk bersalaman dengan orang yang Anda temui di bus, kereta commuter, atau di rumah sakit, bawa saja hand sanitizer di tas. Atau, cuci tangan saja pakai sabun sesudah bersalaman. Beres, kan?
[Source : shine]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA