Share Info

26 January 2011

Aku Bercinta Dengan Ibu Kos

Bagaimana aku bisa melupakan tatapan mata itu. Hangat, bersahabat, ngemong sekaligus menggairahkan. Terlihat sekali kalau ia sangat dewasa dan mandiri. Tipikal perempuan yang kusuka. Seandainya boleh memilih, Tuhan, one night stand saja, please...

Sebut saja ia Lakhsmi (bukan nama sebenarnya). Usianya tak lagi dibilang muda. Tetapi untuk ukuran orang-orang sebayanya, ia jauh lebih menarik. Tak mudah bagiku untuk memanggilnya dengan sebutan "Bu kos", seperti saat teman-temanku yang lain memanggilnya.

Ya. Dia memang ibu kos yang tempatnya bakal kusewa beberapa bulan kedepan. Sebagai mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, nampaknya tinggal dekat kampus amatlah perlu. Karena sifat burukku yang hobi bangun kesiangan, membuatku tak ingin di cap sebagai mahasiswa pemalas di tahun-tahun pertamaku.

Saat menjejakkan kaki di Kosan Lakhsmi, aku langsung merasa hommy. Betul-betul nyaman seperti dalam rumah sendiri. Bangunannya luas dengan beberapa kamar berderet rapi. Kosan ini hanya dikhususkan untuk para pria. Umumnya kosan yang dihuni pria amatlah kumuh, jorok dan kerap bau. Maklum, semandiri apapun pria, tak bakal se-resik wanita. Tetapi kosan yang satu ini patut diacungi jempol. 10 Jempol kalau perlu, sisanya pinjam jempol tetangga.

Aku disambut hangat oleh Pak Sake. Pria paruh baya yang bertugas sebagai penjaga kos. Ia sudah 15 tahun lebih mengabdi di tempat tersebut, demikian ia berkata. Dilihat dari perawakannya, Pak Sake nampaknya sudah seusia dengan bapakku. Namun ia lebih kecil dari bapak.

Aku mengutarakan niat hendak menyewa salah satu kamar kos disini. Namun sayang, ternyata seluruh kamar sudah penuh. Beliau bilang, sebenarnya ada satu kamar yang tak lagi ditinggal penghuninya. Tetapi ia masih rutin membayar sewa kos tiap bulan. Penghuni kamar tersebut hanya datang sesekali saja, itupun tak sampai menginap. Hm, sayang banget, kan. Mending kamar kos itu dihibahkan padaku saja. APa mau dikata.

Tiba-tiba dari arah belakangku ada suara halus. Suaranya bening, seperti suara ibuku. Saat aku menoleh, aku langsung bertatapan dengan mata perempuan itu. Hatiku berdebar, kencang sekali. Ia nampak seperti model papan atas dengan dress merah tipis membalut tubuhnya. Siapa dia? Mahluk halus, kah? Ah, mana ada mahluk halus di tengah hari bolong seperti ini. Ada-ada saja.

"Iya, bu?" kata Pak Sake menghampiri wanita itu.

Oh, sepertinya ini si pemilik kosan. Aku menerka-nerka saja. Mudah-mudahan benar.

"Kamar nomor 8, dibuka saja. Barang-barang yang tersisa tolong dipindahkan ke rumah saya. Biar mas ini menghuni kamar nomor 8," ujar perempuan itu.

Seketika hatiku girang bukan kepalang. Rejeki memang ada saja jalannya. Asyikkk...

"Tapi, bu, bukannya mas Ardi masih membayar uang kos per bulannya?" tanya Pak Sake.

Duh, seketika Pak Sake meruntuhkan kegembiraanku. Mukaku langsung kembali terlipat. Nafas sengaja kupanjangkan agar terlihat amat sangat kecewa.

"Tadi Ardi telepon saya. Mulai bulan ini, ia akan pindah dan menetap di Bali. Dia menitipkan barang-barang yang tersisa ke saya. Nanti diambil dua bulan lagi," jelas perempuan tersebut.

"Oh, baiklah, bu"

Yes! Yes! Yes! Amin! Amin! Amin!

"Jadi saya bisa langsung menempati kosan ini?" tanyaku pada perempuan itu.

"Silahkan. Atau mau saya antar ke kamar anda?"

"Boleh, jika tidak merepotkan," OMG, ampun DJ, aku tak kuat menatap lekukan tubuhnya yang jelas terlihat. Seketika naluri lelakiku muncul. Damn! Ingin sekali mengajaknya bercinta. Tapi kapan, ya? Ah, tenang saja. Waktuku masih panjang di Yogya. 4 atau 5 tahun lagi. Itupun kalau tak malas-malasan, hihihihi.

Kehidupan di kos amat menyenangkan. Teman-teman disini sangat ramah dan bersahabat. Tapi yang paling bikin betah, ibu kos yang cantik aduhai, sungguh menggoda iman. Ternyata setiap minggu ibu kos memasak untuk kami supaya tak terlalu banyak jajan diluar. Jadi uangnya bisa disimpan untuk kebutuhan lain. Meski masakannya terlalu manis, khas Jawa, namun demi membahagiakan ibu kos tercinta aku rela memakannya. Tak sangka, sudah hampir setahun aku tinggal disini. Selama hampir setahun pula aku menginginkan bercinta dengan Lakhsmi.

Hingga suatu malam, hujan deras mengguyur Yogyakarta. Petir sambar menyambar, suaranya menggelegar. Harus diakui, hujan petir kali ini membuatku merinding sendirian di kamar. Ah, lebih baik mengkhayal, membayangkan bercinta dengan ibu kos sambil menonton film biru. Cocok! Sangat mendukung! Sebentar, akan kugambar dulu keindahannya.

Bagaimana aku bisa melupakan tatapan mata itu. Hangat, bersahabat, ngemong sekaligus menggairahkan. Terlihat sekali kalau ia sangat dewasa dan mandiri. Tipikal perempuan yang kusuka. Seandainya boleh memilih, Tuhan, one night stand saja, please...

Tiba-tiba, pintu terdengar diketuk. Sial, aku kembali merinding. Siapa manusia yang mau-maunya keluar kamar hanya untuk mengetuk pintu kamar orang lain di tengah hujan deras begini? Apa iya manusia, apa bukan mahluk lain? Aku merapal nama Tuhan berkali-kali. Pelan-pelan aku mendekati jendela dan mengintip sedikit, siapa pelaku pengetukan pintu kamarku.

Ternyata eh ternyata, Ibu kos! What? Dia terlihat kuyup kehujanan. Cepat-cepat kubuka pintu kamar, ia pun tersenyum.

"Maaf ganggu, Al. Saya hanya ingin memberikan ini," ujarnya sembari menyodorkan piring yang penuh dengan donat hangat, hasil masakannya.

"Oh iya, bu. Terima kasih," kataku sedikit terpana melihat Ibu kos alias Lakhsmi yang malam itu nampak cantik sekali. Ah, imajiku mulai.

"Tidak apa-apa kan, jika saya disini sebentar?" tanyanya lagi.

Dalam hati aku berujar, "Tinggalah disini selama mungkin Lakhsmi"

Tetapi aku hanya mengangguk.

Ia pun melangkah menuju lemariku, membukanya, mengambil selembar handuk yang masih bersih lalu ke kamar mandi. Selang sepuluh menit kemudian, ia keluar hanya berbalut handuk.Oh, tidak Tuhan! Dia langsung menuju kearahku, membuka handuk yang menutupi tubuhnya. Kini hanya tubuh molek tanpa benang selembar pun yang siap kumangsa.

"Sudah lama saya menunggu kesempatan ini, Al. Kamu mau, kan?" Ujarnya sembari meremas "barang" milikku. Iya, memang sudah lama pula aku menunggu kesempatan ini. Lakhsmi, peluk aku...

Sesaat kemudian kami sudah melalui malam dengan seru.


[Source : Kisah by Perempuan.com]




2 Comment:

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month