Sifat dermawan adalah sifat yang sangat terpuji lagi mulia. Cukup lah bagi kita untuk memahaminya, bahwa Allah swt telah menasbihkan diriNya dengan sifat "al-Karim", Yang Maha Dermawan. Kalau lah tidak karena kedermawanan Allah, kita pasti tidak memiliki apa-apa, tidak kesejahteraan, tidak pula ketentraman. Dermawan juga merupakan sifat para Nabi, para sahabat, serta orang-orang saleh.
Seorang yang dermawan akan ditutupi Allah aib dan keburukannya. Bahkan kebaikan demi kabaikan akan diperolehnya. Seorang penyair Arab pernah mengatakan "Seorang dermawan, apabila engkau memujinya, maka semua orang akan ikut memujinya, namun apabila engkau mencelanya, akan kau dapati bahwa hanya engkau sendiri yang mencelanya".
Dermawan artinya rela berkorban di jalan Allah dengan harta atau bahkan jiwa dan raga. Dermawan bisa terwujud dalam bentuk: uluran tangan untuk memberi sedekah, infak, zakat, bantuan dana pembangunan masjid, sumbangan ke sekolah; ke pasantren; panti asuhan, dan juga termasuk membantu para pengungsi, korban perang dan lain sebagainya. Derwaman merupakan cerminan rasa solidaritas kemanusiaan dari seorang hamba Allah Yang Maha Kasih kepada hamba lainnya yang memerlukan.
Tingkat tertinggi dari kedermawanan adalah "Iitsar", yaitu memberikan sesuatu kepada orang yang lebih memerlukan, padahal ia sendiri masih memerlukannya. Inilah yang digambarkan Allah swt dalah surat al Hashr ayat 9 dalam menceritakan kedemawanan kaum Anshar (penduduk Madinah) kepada kaum Muhajirin yang datang dari Makkah untuk berhijrah.
"Dan mereka ber-itsar (mengutamakan orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan."
Konon ayat ini turun pada seorang sahabat yang dimintai Rasulullah agar bersedia menerima seorang tamu untuk bermalam dirumahnya. Karena rasa hormat sahabat tersebut kepada Rasulullah, maka diterimanya tamu tersebut, padahal ia menyadari tidak memiliki apapun untuk disuguhkan kecuali makan malam yang pas-pasan untuk keluarganya. Sahabat tersebut bersama isterinya lalu meninabobokkan anak-anak mereka hingga mereka tertidur sebelum makan malam, lalu dipadamkannya lampu ruangan sebelum mereka menyuguhkan makan malam kepada sang tamu. Lalu ia duduk bersama tamu berpura-pura ikut menyantap makanan, padahal ia tidak ikut makan karena khawatir akan sedikitnya makanan yang disuguhkan. Pagi harinya Allah mengabadikan sifat kedermawaan sahabat tersebut dalam ayat diatas untuk diingat dan dijadikan suri teladan umat Islam bahwa betapa mulianya sifat dermawan ini.
Kedermawanan seseorang akan menunjukkan keberanian dalam dirinya, karena ia tidak merasa takut akan kehilangan apa yang ia berikan kepada orang lain. Kedermawanan juga mencerminkan iman yang kuat dan kokoh, karena ia yakin bahwa apa yang diberikannya kepada orang lain niscaya akan mendapatkan ganti dari Allah. Inilah apa yang telah dijanjikan oleh Al Qur'an:
"Dan apa yang kalian infakkan, maka Dia (Allah) pasti menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya" (Q.S. Saba' : 34). Dalam sebuah hadis Rasulullah juga bersabda "Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia dan dekat dengan sorga. Sedangkan orang bakhil dan kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia dan dekat dengan Neraka".
Kedermawan yang dianjurkan adalah yang disertai keikhlasan untuk membantu saudara yang memerlukan dan demi mencari keridlaan Allah. Inilah yang akan mendapatkan pahala berlipat ganda dari Allah swt.
"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah, adalah sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang dikehendakiNya. Allah maha luas karuniaNya dan lagi maha mengetahui" (al-Baqarah:261).
Di bulan Ramadan ini, patut kita menggugah diri, dengan kacamata kedermawanan untuk menaruh perhatian kepada saudara-saudara kita yang kebetulan bernasib kurang baik. Saudara-saudara kita: yang kelaparan, yang sakit, yang putus sekolah, yang kehilangan pekerjaan dan yang terlunta-lunta di pengungsian. Mereka menantikan uluran tangan, namun sering kita enggan untuk memberikan apa yang labih dari harta yang kita miliki. Puasa kita dengan meninggalkan makan dan minum seharian, tentu mengingatkan kita kepada saudara-saudara kita yang kelaparan dan kehausan, karena kemiskinan dan penderitaan mereka.
Di bulan Ramadan ini, kita selayaknya juga meningkatkan rasa kedermawanan kita sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah. Kedermawanan beliau ketika memasuki bulan Ramadan diibaratkan melebihi kedermawanan hembusan angin yang membawa hujan, kesejukan dan kehidupan bagi alam semesta. (H.R. Muslim).
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA