Julie mengirimkan beberapa SMS berulang-ulang kepada suaminya setiap hari. Sementara itu, Marian merasa tersiksa mengenai pacarnya cukup sering mengatakan "Aku mencintaimu”. Philip, di sisi lain, tidak bisa membeli pakaian apa pun tanpa persetujuan sang istri.
Rasa ketergantungan muncul dalam berbagai bentuk, namun hampir selalu menghambat pengembangan pribadi. Untuk bisa menghindari hubungan semacam itu, pertama-tama Anda harus mampu mengenali tanda-tandanya.
Ancaman emosional
Sudahkah Anda mulai berpikir setelah semua yang telah Anda lakukan untuknya, ia belum memberikan apa-apa untuk Anda? Anda benar-benar mendukung segala hal yang dia lakukan, apa yang telah ia lakukan untuk Anda?
Perilaku semacam ini berakar pada masa kanak-kanak, saat orangtua mengatakan, "Jika kamu tidak baik, kami tidak akan mencintaimu." Akibatnya, "mencintai seseorang berarti melakukan apa yang orang lain inginkan agar ia juga mencintai Anda," jelas Florence Escaravage, pendiri Love Intelligence. Dalam sebuah hubungan, orang-orang semacam ini akan mencoba yang terbaik untuk menyenangkan pasangannya sehingga cinta mereka akan berbalas.
Untuk melepaskan diri dari cara berpikir semacam itu, Anda harus mencoba dan mengesampingkan gagasan bahwa tidak ada pernah ada kata cukup.
"Konsentrasikan hanya pada segala yang dilakukannya untuk Anda, bahkan jika itu bukan apa yang Anda 'harapkan'," ungkap pakar Marie-Lise Labonte. Ingat juga bahwa pria umumnya tidak mampu mengekspresikan emosi mereka, terutama jika mereka berada di bawah tekanan.
Terlalu ingin tahu
Telepon pasangan Anda berdering pada Minggu dan Anda segera bertanya padanya siapa yang menelepon. Dia berhenti bermain tenis dan Anda ingin tahu mengapa. Anda ingin tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya.
"Ketergantungan yang mengganggu semacam itu pada seseorang biasanya berasal dari seorang ibu yang ingin mengawasi segalanya ketika anaknya masih kecil," kata Florence Escaravage. Bisa juga seorang ibu bisa membuat anaknya percaya diri. "Seorang ibu yang suka ingin tahu, walaupun secara tidak sadar, menyandera anaknya, dan mengarahkan anaknya agar sesuai dengan tujuannya," tambah psikolog Hélène de Roubeix.
Saat dewasa, orang tersebut juga akan memiliki keinginan tidak tertahankan untuk mengetahui segala sesuatu. Sikap tersebut dapat membahayakan keintiman pasangan. Untuk memperbaiki situasi, Anda harus terlebih dahulu menetapkan batas-batas sehingga masing-masing dapat memiliki ruang mereka sendiri.
Memilih tempat pribadi seperti lemari, laci atau tempat lain adalah cara yang baik untuk memulai. Hal tersebut dapat membantu memberikan waktu untuk menyendiri, hanya untuk diri sendiri, setelah bekerja atau setelah menidurkan anak-anak. Tujuan di sini adalah untuk mendefinisikan kembali diri Anda dan melatih identitas pribadi Anda.
Kendali
Anda menjalani kehidupan yang sibuk dengan mengatur berbagai kehidupan sosial Anda, membina hubungan dengan mertua dan menabung untuk liburan. Semua kebutuhan Anda dalam hubungan ini sudah terpenuhi!
Dalam situasi tersebut, Anda berdua merasa bergantung satu sama lain. Menjadi orang yang bertanggungjawab atas suatu hal sering dikaitkan dengan keinginan (secara tidak sadar) untuk mengendalikan orang lain. "Kebutuhan tersebut juga didorong oleh ketakutan dari orang lain dan tidak bisa memercayainya sehingga Anda selalu harus berjaga-jaga," ujar Hélène de Roubeix.
Sikap tersebut berakar dari masa lalu, dan sering diciptakan oleh orangtua pengatur yang tidak tahu cara lain untuk mengungkapkan cinta mereka.
Langkah pertama untuk mengembangkan hubungan yang lebih setara dan tanpa dikekang adalah dengan mulai melihat siapa yang bertanggungjawab pada suatu hal. "Cobalah untuk membuat daftar siapa yang bertanggungjawab untuk suatu hal tertentu dalam hubungan dan apa yang menyangkut orang lain dan apa yang tidak. Kemudian coba biarkan pasangan Anda melakukannya seperti saat Anda biasanya akan memegang tangannya," saran Marie-Lise Labonte.
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA