Share Info

7 July 2011

Karakter Bos, dan Cara Menghadapinya

Di setiap organisasi, kita pasti menemui berbagai macam karakter orang. Dan tidak selamanya, rekan kerja maupun atasan kita memiliki karakter yang selalu membuat kita nyaman. Alih-alih membuat nyaman, yang ada kita justru malah sering dibuat bingung atau tertekan dengan sifat dan karakternya yang belum kita bisa pahami.

Situasi seperti ini tentunya membuat kinerja Anda tidak nyaman. Daripada terus mengeluh, coba ubah sedikit cara pandang Anda.

Bos Control Freak
Ciri: Semua dokumen harus melewati mejanya dan akan dikomentari sampai ke letak titik koma. Setiap keputusan mesti berkali-kali dibicarakan dengannya. Setiap pekerjaan yang dia delegasikan, biasanya dibarengi dengan telepon yang berdering setiap 10 menit, puluhan e-mail berisi instruksi di inbox Anda, dan rentetan “tes”, mengecek apakah Anda sudah mengerjakan semuanya secara tepat, baik, dan benar.

Mengatasinya: Cobalah memisahkan antara urusan pekerjaan dan pribadi. Kritik dan kontrol yang Anda terima adalah murni urusan pekerjaan. Jangan dimasukkan ke dalam hati dan diterima sebagai cercaan atas pribadi Anda. Namun, jika ia sudah melampaui batas kewajaran, mintalah waktu untuk bicara empat mata. Katakan, “Sepertinya Anda tidak mempercayai hasil kerja saya,” atau “Apakah hasil kerja saya tidak sesempurna yang Anda harapkan. Apa yang dapat saya ubah agar Anda puas dengan hasil kerja saya?”

Pelit Menaikkan Gaji
Ciri: Gaji Anda tak kunjung naik meski sudah bertahun-tahun bekerja. Mayoritas karyawan merasa gaji yang diperoleh jauh di bawah kualitas kerja mereka. Bukan cuma jumlah angka di rekening bank yang membuat Anda kecewa tiap bulannya. Hasil perbandingan gaji dengan sesama rekan kerja juga membuat mood Anda lebih down lagi. Anda merasa atasan tidak adil.

Mengatasinya: Untuk kasus ini, Anda mesti berupaya menjual potensi diri lebih baik di hadapan bos. Sebelum menuntut kenaikan gaji, buat daftar seobyektif mungkin apa saja achievement Anda di kantor selama ini. Apa saja yang sudah Anda lakukan dengan baik dalam tiga bulan terakhir. Apa saja ide membangun Anda untuk kantor. Apa yang spesial dari Anda dan membuat Anda lebih dari karyawan lain.

Tidak Memperkerjakan Karyawan Secara Optimal
Ciri: Bekerja dengan atasan seperti ini membuat kita merasa seperti mobil sport yang hanya boleh berlari 10 km/jam. Ia hanya memberikan pekerjaan-pekerjaan ringan yang tidak membuat Anda merasa tertantang. beberapa kali Anda coba “menyentil” dirinya, dengan ide-ide yang Anda pikir mampu membuat perusahaan makin sukses. Namun yang Anda dapat, pekerjaan rutin yang itu lagi, itu lagi. Ide Anda? Entah lari ke mana.

Mengatasinya: Mulailah membuat daftar, apa yang dapat Anda “jual” ke bos. Jangan menunggu sampai atasan menanyakan apa yang Anda bisa. Ingat, atasan bukan pencari bakat. Bersikaplah asertif. Minta waktu untuk bicara empat mata. Tunjukkan apa saja ide Anda, apa saja yang Anda mampu lakukan di kantor. Jangan lupa, perlihatkan kalau Anda tidak ingin mencuri pekerjaan bos Anda, melainkan ingin membantu dia lebih banyak. Sehingga atasan dapat mempunyai waktu lebih untuk mengerjakan hal lain. Dengan demikian, semuanya sukses dan perusahaan maju.

Gemar Menekan
Ciri: Kesalahan sekecil apa pun, dapat membuat si bos mengeluarkan kritikan, gerutuan, celaan, dan omelan. Namun, jika Anda dengan gemilang menyelesaikan pekerjaan Anda, jangankan pujian, tanda kalau dia puas dengan hasil kerja Anda saja tidak ada. Yang ada malah tambahan kerjaan yang menumpuk.

Mengatasinya: Jangan jadikan pekerjaan sebagai satu-satunya hidup Anda. Lakukan aktivitas lain yang memberi keseimbangan bagi “kemiskinan” pujian di kantor. Milikilah hobi yang dapat memberikan kepuasan bagi hidup Anda. Pupuk rasa percaya diri Anda di tempat lain. Jika Anda sukses di luar kantor, celaan apa pun dari si bos, tidak akan membuat dunia Anda runtuh.

Kurang Kompeten
Ciri: Tidak jarang terjadi, seseorang menjadi bos hanya karena ia sudah lama bekerja di suatu perusahaan. Bukan karena ia kompeten di bidangnya. Kalau orangnya jujur dan mau belajar, semuanya tidak akan menjadi masalah. Namun, sering kali setelah menjadi bos ia menjadi kebingungan apa yang harus ia lakukan. Efeknya, semuanya dialihkan ke anak buah. Jika ia salah mengambil keputusan, anak buah yang disalahkan. Jika anak buah benar, dia yang menepuk dada dan mengaku semua itu idenya.

Mengatasinya: Untuk kasus ini, yakinlah bos Anda sendiri sadar kalau sebenarnya ia tidak mempunyai kualifikasi cukup untuk jabatannya, namun ia sudah berada di posisi itu. Bisa jadi ia sendiri frustasi akan tanggung jawab dan beban kerja yang di luar kemampuannya.

Ketimbang Anda mengkritik ketidakmampuan bos, baiknya Anda memposisikan diri sebagai konsultannya. Gabungkan kinerja Anda dan posisi atasan untuk kemajuan bersama. Usulkan pembagian kerjaan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ya, Anda mungkin masih belum boleh menandatangani kontrak dengan supplier besar, tapi Anda dapat membantu menghitung biaya di kontrak itu. Jika semuanya berjalan mulus, bisa jadi Anda yang bakal menjadi tangan kanan si bos.

[Source : perempuan]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month