by : Emmy Rhomianty
Hari begitu panasnya namun antrian di SPBU ini seakan tak pernah habisnya, Dhea menyeka keringat dan mulai memajukan motor mionya, dia harus sabar menunggu lima buah motor lagi didepannya, baru gilirannya.
Dhea memacu gas motor nya dengan kecepatan tinggi, dia harus mengejar waktu, kalau tidak semuanya akan berantakan. Sebelum bis jurusan Jakarta melaju dengan kecepatan tinggi, Dhea melambaikan tangannya menyuruh sang sopir berhenti. Syukurlah sang sopir melihat lambaian tangan Dhea dia berhenti dengan herannya.
Dhea menghentikan motornya, dan melompat masuk kedalam bis tersebut mencari cari sosok laki laki yang saat itu sedang duduk di kursi pojok bis dan sedang mengutak ngatik laptopnya.
Mas Rangga…..ku mohon batalkan kepergianmu,” dhea bicara perlahan,
Rangga yang terkejut melihat kedatangan dhea, terdiam dan tak bisa bicara apa apa, namun tekad bulat sudah menutupi mata hatinya, sehingga dia mengabaikan air mata dhea yang sudah jatuh berlinang.
Maafkan Mas mu, mas harus pergi untuk mengejar mimpi mas, doa kan saja semoga mas mu berhasil mengejar cita cita di ibu kota. Setidaknya bisa membantu ibu dan bapak mencari uang.
Dhea akhirnya turun bis dengan gontai, dia gagal membujuk kekasihnya tersebut sekaligus abang sepupunya untuk tidak pergi dari rumah. Terbayang wajah tirus budenya yang menangis pagi tadi setelah mengetahui bahwa anak laki laki nya akan pergi merantau, Mas rangga sudah tiga tahun ini lulusdari S1 nya namun gagal mendapatkan pekerjaan, ayahnya ngomel karena melihat abangnya itu tidak berusaha mencari pekerjaan. Tadi malam puncak kemarahan ayahnya, ayahnya bilang bukan laki laki kalau mas Rangga tidak mampu mencari pekerjaan dan menghidupi dirinya sendiri. Akhirnya Mas Rangga pun bertekad untuk merantau ke kota Metropolitan.
Dhea membuka matanya, tidurnya semalam terara kurang lelap, dhea masih memikirkan mas Rangga, biasanya dia dan mas Rangga menghabiskan malam di teras sambil menatap bintang dilangit. Dhea numpang dirumah Mas Rangga, untuk melanjutkan sekolah SMAnya, karena didesa hanya ada batas SMP saja, terpaksa dia harus melanjutkan dikota, tinggal bersama keluarga Bude. Mas Rangga anak satu satunya pak de dan bu de. Karena sering bersama sama entah mengapa tumbuh benih cinta dihati mereka berdua. Meski pak de dan bu de belum mengetahui jalinan asmara mereka, didepan orang tuanya mas rangga memperlakukan dhea layaknya seorang adik perempuan. tapi kalau mereka hanya berdua saja mas rangga serinng menggodanya bagai seorang kekasih.
Dan malam itu sebelum Mas rangga pergi, dhea mengajak mas Rangga makan somay . Pulangnya mas Rangga menggandeng tangan dhea erat sekali, tapi tak sepatah katapun dia ucapkan. Seakan mas rangga berkecamuk dengan pikirannya sendiri, dan dhea masih terlalu lugu untuk mengerti masalah yang dihadapi mas Rangga.
Pagi tadi, ketika bangu tidur dhea dikejut kan oleh tangis bude nya yang menemukan surat dari mas Rangga yang mengatakan dia akan pergi merantau kejakarta dan mencari kerja disana.
Dhea berdiri didepan cermin dikamarnya, ditatapnya wajah pucat miliknya karena kurang tidur, semalam dia menangis, karena sedih. Mas Rangga aku akan menanti disini, aku akan setia padamu. Akan kupelihara bunga mawar yang kita tanam bersama di taman hatiku. Semoga kau berhasil menggapai citamu dan kembali menjemput aku disini untuk kau sunting aku menjadi permaisuri hatimu.
[Source : kompasiana]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA