Pernahkah Anda merasa sakit kepala, mata perih, batuk kering, susah konsentrasi, badan pegal, serta berbagai gejala mirip flu lainnya? Dan, herannya, gejala itu muncul saat sedang berada di kantor? Rentetan gejala itu bisa jadi merupakan indikator bahwa ruangan kerja Anda tak sehat.
Jika hal itu dibiarkan, keluhan akan semakin sering dan akhirnya menyebabkan sakit sehingga butuh pengobatan.
Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Haryanto menjelaskan, salah satu masalah kesehatan di tempat bekerja yang banyak dikeluhkan ialah sick building syndrome.
Sick building syndrome merupakan gangguan kesehatan atau gejala-gejala tidak jelas yang diderita seseorang ketika berada di dalam suatu ruangan kerja tertutup dan berpendingin ruangan.
Keluhan berupa satu atau lebih gejala, seperti hidung tersumbat, sakit kepala, mata perih, batuk kering, badan terasa pegal, susah konsentrasi, tenggorokan kering, dan mual. Keluhan akan hilang dengan sendirinya ketika yang bersangkutan 15 menit berada di udara terbuka. Tetapi, muncul lagi sejam kemudian setelah kembali ke ruangan semula.
Penyebab sick building syndrome terutama material terakumulasi yang ada di dalam ruangan tertutup (tanpa ventilasi udara). Pernapasan dan kualitas udara berpengaruh besar. Partikel berukuran 10 mikron dapat terisap. Partikel berukuran 2,5 mikron bisa masuk ke paru.
Material itu berupa bakteri, kuman, virus, jamur, kapang, dan tungau (kutu) yang awalnya terbawa oleh orang-orang. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus umumnya melalui sistem ventilasi. Pencemar lainnya berupa senyawa kimia dari bahan-bahan seperti karpet, mebel, pembersih, pengharum ruangan, printer, mesin fotokopi, senyawa organik yang mudah menguap (volatile organic compound), dan debu.
Pencemar kimia sifatnya lebih berbahaya dan perlu waktu pajanan yang lama untuk terakumulasi dalam tubuh. Akumulasi itu menyebabkan kefatalan, seperti gangguan ginjal, kanker umum, dan meninggal dalam usia kerja.
Kepadatan orang dalam ruangan memengaruhi perkembangbiakan dalam ruangan atau pada manusia, terutama bila terlalu berdesakan.
"Semakin banyak orang dalam satu ruangan, semakin mudah terjadi akumulasi sumber pencemar dan penularan penyakit. Orang berlalu-lalang dan menyebarkan segala pencemar yang dibawanya ke dalam ruangan bersama," ujarnya.
Oleh karena itu, ruangan bersama butuh perhatian dan kontrol kebersihan lebih besar dibandingkan dengan ruangan perseorangan. Penularan penyakit juga lebih mudah di ruangan padat.
Dokter ahli paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Prof Hadiarto Mangunnegoro, mencontohkan, jika ada orang yang positif tuberkulosis dan melepaskan kuman ke udara, kuman itu mampu hidup berjam-jam di udara sehingga rawan terhirup orang lain. "Flu burung dan influenza A-H1N1 dengan mudah menular pula lewat udara. Orang-orang di kantor yang sebelumnya mempunyai penyakit menahun, seperti diabetes dan asma, rentan terhadap serangan berbagai penyakit lainnya selama di kantor," ujarnya.
Hadiarto menambahkan, suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan. Orang-orang yang bekerja di bagian teknologi informasi rentan penyakit saluran pernapasan karena ruang kerjanya biasanya amat dingin.
Standar Baku Mutu Kepmenkes No 261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja menyatakan, suhu yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja 18-26 derajat celsius, sedangkan kelembaban ideal 40-60 persen.
Cegah SBS
Budi mengatakan, ada dua cara mencegah sick building syndrome, yaitu dari sisi sumber pencemar dan manusianya.
Dari sisi sumber pencemar, berbagai sumber pencemar perlu dijauhkan dari kontak terus- menerus dengan pekerja. Printer dan mesin fotokopi ditempatkan di ruang terpisah. Bahan-bahan pembersih ruangan dipilih yang tidak beracun. Pengaturan material dan bahan yang dapat menampung debu harus baik dan mudah dibersihkan secara rutin. "Kalau memungkinkan, ada ventilasi udara agar bisa memasukkan udara luar guna pergantian udara. Jika sulit, dapat dipasang alat penjernih udara ruangan," ujarnya.
Di sisi lain, penguatan daya tahan tubuh menjadi penting untuk mengurangi pajanan dari pencemar biologis. Olahraga teratur dan mengonsumsi makanan sehat agar tetap bugar sangat penting.
"Mengingat konsumsi vitamin yang mengandung antioksidan para pekerja kantoran di Jakarta hanya sekitar 60 persen dari kebutuhan harian, konsumsi vitamin juga diperlukan. Terutama, jika nutrisi sulit dipenuhi dari konsumsi makanan sehari-hari," ujarnya.
Keluhan terkait ruangan bekerja bisa sangat luas. Faktor lain seperti kebisingan, mebel yang tidak ergonomis, dan pencahayaan juga potensial menyebabkan gangguan kesehatan pekerja, baik fisik, psikologis, maupun emosional.
Ruangan yang terlalu padat, misalnya, memicu stres yang bisa kembali menimbulkan gangguan fisik, antara lain sakit kepala, borok perut, radang usus, penyakit dalam perut, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, asma bronkial, dan eksema.
Hadiarto mengatakan, pengelola kantor harus menyadari betapa kinerja seseorang amat terkait dengan kesehatan dan kualitas hidupnya. "Saya semakin sering menerima pasien-pasien dengan penyakit yang mereka dapatkan dari tempat bekerjanya," ujarnya. (International Journal of Epidemiology)
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA