Survei terbaru dari the European Cockpit Association (ECA) menyatakan
bahwa 4 dari 10 pilot di Inggris mengakui mereka sempat tertidur di
dalam kokpit. Penelitian ini bahkan menyebutkan bahwa sepertiga dari
pilot-pilot ini melihat co-pilotnya juga sedang tidur saat ia bangun.
|
Tempat tidur di Boeing 777 |
Sebuah riset yang dilakukan oleh the Walter Reed Army
Institute laporkan 1 dari 10 pilot masih mengantuk walau tidur cukup.
Survei yang melibatkan sekitar 6.000 pilot
di Eropa ini juga menyatakan bahwa para pilot mengakui bahwa kelelahan
dan kantuk telah menurunkan kemampuan mereka untuk menerbangkan pesawat.
Namun 70-80 persen dari para pilot mengantuk ini tak akan melaporkan
keadaannya, dan menyatakan diri sehat untuk terbang.
Bukan para
pilot saja yang kelelahan. Kesehatan tidur bukan menjadi prioritas di
kehidupan modern, apalagi dalam industri penerbangan. Beberapa kerusakan
pesawat yang menyebabkan pesawat harus mendarat darurat pun diduga
berhubungan dengan kantuk dan kelelahan para teknisi di darat. Bahkan
kecelakaan pesawat ulang alik Challenger dikatakan berkaitan dengan
kelelahan para teknisi dan insinyur.
Di bulan Februari 2011,
seorang petugas pengawas di menara kontrol di McGhee Tyson Airport
tertidur meninggalkan seorang rekannya sendirian untuk mendaratkan 7
pesawat sambil terus mengontrol radar. Sebelumnya, seorang petugas di
menara kontrol Reagan Airport di Washington juga tertidur hingga untuk
beberapa menit tidak menjawab panggilan radio.
|
Tempat tidur di pesawat Airbus A340 |
Sebuah wawancara dengan
BBC, seorang pilot bercerita suatu waktu di udara, co-pilotnya meminta ijin untuk
power nap
sejenak. Ia pun menyetujui. Namun setelah si co-pilot tertidur, ia pun
mulai merasakan beban berat di matanya. Ia berpikir, tak ada salahnya ia
memejamkan mata sejenak. Namun ternyata ia tertidur sekitar 5-10 menit
kemudian. Saat terbangun ia betul-betul terkejut, ia langsung memeriksa
ketinggian, kecepatan dan semua instrumen di kokpit. Beruntung semua
berjalan normal selama mereka berdua tertidur.
Akibat kantuk
Untuk
profesi-profesi seperti pengemudi bus antar kota, masinis, pengawas di
bandara, pengawas jalur rel, hingga pekerja pabrik atau reaktor nuklir,
kantuk adalah musuh utama keselamatan. Kantuk dapat membunuh. Kantuk
saja sudah berbahaya, karena menurunkan kemampuan konsentrasi,
kewaspadaan, pengambilan keputusan dan refleks. Apalagi sampai tertidur.
Kantuk
terjadi akibat jam kerja yang panjang, jam tidur yang pendek, dan
perbedaan zona waktu harus dihadapi para kru pesawat. Kondisi kurang
tidur menyebabkan seseorang rentan terhadap stres, yang pada akhirnya
mengganggu tidur di malam harinya. National Sleep Foundations, AS,
mengungkapkan bahwa 50 persen pilot tidak tidur nyenyak di malam, pada
hari-hari kerja. Sementara 41 persen dari pilot menyatakan pada hari
kerja, mereka mengalami kurang tidur. Yang menarik, 78 persen dari
mereka melaporkan tidur yang nyenyak pada hari libur.
Kelelahan
jelas menyebabkan kecelakaan. Survei dari National Sleep Foundation
mendapati bahwa pekerja transportasi yang mengalami kelelahan melakukan
kesalahan tiga kali lebih sering dibanding yang tidak lelah. Dua puluh
persen pilot melaporkan membuat kesalahan besar saat mengantuk. Ini dua
kali lipat dibanding pekerja transportasi lainnya seperti supir bus atau
taksi. Sebanyak 11 persen pilot melaporkan gejala-gejala kantuk,
sementara pekerja non-transportasi hanya 7 persen yang mengalami kantuk.
Sebuah
riset yang dilakukan oleh the Walter Reed Army Institute laporkan 1
dari 10 pilot masih mengantuk walau tidur cukup. Tetapi pilot merupakan
profesi yang membutuhkan kewaspadaan penuh. Tak ada tempat untuk membuat
kesalahan. Walau hanya 1 dari 10, tak ada orang yang mau terbang dengan
yang satu itu.
Pilot-pilot yang lelah cenderung tidur di saat
bekerja. Survei Sleep in America menunjukkan bahwa hampir 60
persen pilot tidur saat bekerja. Sebanyak 20 persen dari pilot bahkan
menyatakan bahwa mereka tidur sebanyak 3 sampai 5 kali setiap minggunya.
Sama seperti pekerja
shift
lainnya. Pilot yang baru selesai bekerja dengan jam terbang yang
panjang cenderung mengantuk dan berada dalam kondisi tak layak untuk
mengendara. Kecelakaan lalu lintas dikatakan paling banyak dialami oleh
pilot dan masinis dibanding pekerja non-transportasi. Pilot dan pekerja
transportasi 6 kali lebih sering mengalami kecelakaan lalu lintas saat
berangkat atau pulang kerja, disebabkan oleh kantuk.
Hipersomnia
Bagaimana
dengan para pilot yang masih mengantuk walau sudah tidur cukup? Kondisi
ini disebut sebagai hipersomnia atau kantuk berlebihan. Ada beberapa
penyebab hipersomnia,
periodic limb movements in sleep (PLMS), sleep apnea dan
narkolepsi. Seorang penderita narkolepsi jelas tak boleh terbang karena
khawatir sewaktu-waktu mengalami serangan tidur. Tapi penderita PLMS
dan
sleep apnea dapat diobati. Sayang jika diabaikan begitu saja.
PLMS
ditandai dengan gerakan kaki secara periodik saat tidur. Setiap kaki
bergerak, otak akan terbangun singkat, tanpa terjaga. Akibatnya kualitas
tidur akan buruk dan penderita akan mengantuk terus sepanjang hari.
Sleep apnea termasuk yang paling sering diderita. Gejalanya juga mudah saja, ngorok atau mendengkur!
Sleep apnea,
yang artinya henti nafas sebelum tidur, disebabkan oleh sempitnya
saluran nafas saat tidur. Akibat rasa sesak, otak terbangun-bangun mikro
tanpa terjaga. Akibatnya penderita bangun tak segar dan mudah mengantuk
di siang hari. Akibat lain dari sleep apnea adalah gangguan jantung,
hipertensi, diabetes hingga stroke.
Bulan Maret 2003, publik
Jepang dikagetkan dengan insiden tertidurnya masinis kereta cepat
Shinkansen. Walau tak terjadi kecelakaan fatal, insinden ini membuka
mata masyarakat Jepang akan bahaya mendengkur. Hasil akhir dari
penyelidikan dikemukaan bahwa sang masinis ternyata menderita
sleep apnea yang mengakibatkan rasa kantuk yang tak terpuaskan.
Di
bulan November 2010 terjadi kecelakaan pesawat di Mangalore, India yang
menewaskan 158 orang. Dari rekaman pembicaraan kokpit, para penyidik
menduga pilot mengalami
sleep inertia. Sleep inertia adalah
kondisi kesadaran yang berkabut saat baru bangun dari tidur. Si pilot
diketahui baru bangun sebelum melakukan pendaratan. Pilot juga didapati
sering sekali tertidur dalam penerbangan tersebut. Dari mana penyidik
tahu? Dari suara dengkuran dalam rekaman. Diduga pilot menderita
sleep apnea.
Atasi kantuk
Lelah dan kantuk merupakan dorongan alami, sama seperti haus dan lapar. Setelah terpenuhi, kita pun tak akan merasa kantuk lagi.
Federal
Aviation Association (FAA), AS, kini lebih memperhatikan kesehatan
tidur awak terbang. Beberapa peraturan baru dikeluarkan agar jam
istirahat di antara tugas jadi lebih panjang. Jika sebelumnya periode
istirahat hanya 8 jam, kini telah ditambah menjadi 10 jam. Dari 10 jam
itu, diharapakan pilot tidur selama 8 jam.
|
Pramugari tertidur di bagian belakang pesawat |
Untuk mengatasi
gangguan tidur, pengaturan jadwal dan perilaku tidur juga disarankan.
Alat-alat pemeriksaan dari yang paling sederhana berupa catatan harian
tidur, hingga yang rumit di laboratorium tidur kini diperlukan sebagai
pemeriksaan standar.
Tata laksana
sleep apnea misalnya,
FAA mensyaratkan diagnosa dengan pemeriksaan laboratorium tidur di malam
hari. Sedangkan untuk menilai perkembangan vitalitas dan kantuk,
dilakukan pengamatan
Maintenance of Wakefulness Test (MWT) di
laboratorium tidur pada siang hari. Beberapa perusahaan penerbangan
bahkan melakukan MWT pada para pilotnya setiap tahun sekali.
Perawatan sleep apnea dapat dilakukan dengan penggunaan
continuous positive airway pressure (CPAP). Selain kualitas hidup, vitalitas dan kewaspadaan, perawatan
sleep apnea telah diketahui menurunkan resiko menderita penyakit-penyakit jantung danpembuluh darah.
Kondisi
mengantuk telah terbukti menurunkan kemampuan konsentrasi, kewaspadaan,
pengambilan keputusan dan refleks. Dan kantuk bisa disiasati dengan
memperhatikan kesehatan tidur. Kantuk bisa membahayakan keselamatan
transportasi. Padahal dengan pengetahuan dan perawatan yang tepat, semua
bisa diatasi. Sudah saatnya kita lebih membuka mata tentang periode
tutup mata di malam hari ini.
Tidur, menyelamatkan nyawa.
[Source : dari berbagai sumber]