Ilustrasi |
Berpisah dari seseorang yang dicintai, bukanlah perkara mudah seperti membalikan telapak tangan. Sebab, seseorang yang tadinya selalu ada mendadak sama sekali hilang, bisa menyebabkan perubahan, baik secara emosi juga kondisi fisik. Salah satunya adalah jadi hilang nafsu makan.
Seperti dikutip Prevention, para ahli menyebut kondisi tersebut dengan istilah Break Up Diet, alias diet putus cinta. Ternyata, kondisi yang demikian dialami oleh banyak orang. Bagi mereka, jangankan ingin mencicipi suatu makan, rasa lapar saja tidak ada.
Seperti dikutip Prevention, para ahli menyebut kondisi tersebut dengan istilah Break Up Diet, alias diet putus cinta. Ternyata, kondisi yang demikian dialami oleh banyak orang. Bagi mereka, jangankan ingin mencicipi suatu makan, rasa lapar saja tidak ada.
Marina Pearson dan Debra Smouse, Konsultan Pernikahan, mengatakan bahwa tubuh dan pikiran itu saling terhubung. Jadi, tidak heran bila saat hati sedih maka tubuh pun akan terpengaruh. Kala hati sedang lara, tanpa kita sadari tubuh pun merasakan hal serupa.
Pearson menjelaskan mengenai efek kimiawi yang terjadi kala kita sedang merasa stres dan gundah gulana. Ternyata, saat merasakan hal yang demikian, adrenalin pada tubuh terpacu untuk melepaskan diri dan mengalir ke seluruh tubuh, sehingga meningkatkan kadar kortisol.
Nah, kadar kortisol yang berlebihan dalam tubuh akan meningkatkan gula darah, mengurangi kalsium pada tulang, memicu tekanan darah, massa otot jadi berkurang, lemak kian bertumbuh, bahkan kemampuan akal untuk berpikir turut menyusut.
“Kondisi seperti itu, dalam jangka pendek, bisa memengaruhi sistem imun. Sebab, sistem imun manusia berada di dalam usus, sehingga jangan heran jika akhirnya selera serta nafsu makan menurun,” papar Pearson.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat kita memaksa diri untuk makan, bisa jadi kita akan kembali merasakan kepedihan. "Ini karena kita belum siap untuk bangkit dari kesedihan dan kekecewaaan, sehingga kita tak ingin merasakan sakit. Akhirnya, memilih untuk tidak makan," urainya.
“Kondisi seperti itu, dalam jangka pendek, bisa memengaruhi sistem imun. Sebab, sistem imun manusia berada di dalam usus, sehingga jangan heran jika akhirnya selera serta nafsu makan menurun,” papar Pearson.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat kita memaksa diri untuk makan, bisa jadi kita akan kembali merasakan kepedihan. "Ini karena kita belum siap untuk bangkit dari kesedihan dan kekecewaaan, sehingga kita tak ingin merasakan sakit. Akhirnya, memilih untuk tidak makan," urainya.
Bagi wanita yang mendambakan tubuh langsing, mungkin kondisi ini merupakan kabar gembira di balik sesuatu yang tragis. Namun, perlu diketahui, berat badan yang turun akibat hati bersedih itu sama sekali tidak sehat.
“Salah satu klien saya mendadak kurus setelah bercerai. Dia disarankan oleh dokternya untuk menambah berat badannya, tapi ia ngotot ingin kurus supaya suaminya kembali lagi, karena wanita lain suaminya memiliki tubuh langsing," katanya.
"Berat badan yang turun karena patah hati merupakan efek domino, tapi membiarkan diri kelaparan bukanlah contoh mencintai diri yang positif. Tak peduli cara itu dapat membuat Anda langsing,” jelas Smouse.
[Source : Prevention]
"Berat badan yang turun karena patah hati merupakan efek domino, tapi membiarkan diri kelaparan bukanlah contoh mencintai diri yang positif. Tak peduli cara itu dapat membuat Anda langsing,” jelas Smouse.
[Source : Prevention]
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA