Share Info

21 June 2013

Menengok Wisma Yasoo

Wisma Yaso
Bangunan yang terletak di Jalan Gatot Subroto Nomor 14 Jakarta, itu masih kokoh berdiri. Bangunan ini kini digunakan sebagai Museum Satria Mandala milik TNI. Mulai dari halaman depan hingga bagian belakang dan dalam gedung penuh berisi benda-benda berbau militer.

Masuk ke dalam ruang utama, dua bilah pintu dengan tinggi mencapai 2 meter dan lebar masing-masing sekitar 1,25 meter menyambut setiap orang. Tak sembarangan, pintu itu terbuat dari kayu jadi yang dipenuhi ukiran baik di bagian luar maupun dalam.

Usai melewati pintu utama, sebuah replika teks proklamasi yang memenuhi hampir dua pertiga dinding dengan tinggi sekitar 3 meter langsung menyambut mata. Namun demikian, tak banyak benda yang identik dengan Soekarno maupun Dewi terpampang di situ.

Jika dapat disebut komplek rumah, maka Wisma Yasoo terbagi menjadi beberapa gedung yang tersambung menjadi satu kesatuan. Komplek itu dapat disusuri searah jarum jam, mulai dari pintu utama, kita harus menghadap ke kiri, kemudian lanjut berjalan hingga ujung.

Sesampai di ujung gedung utama, orang diharuskan berbelok ke kanan dan menemukan ruangan yang luas dengan berbagai pajangan bintang jasa. Mungkin akan sedikit bingung jika berada di ruang itu, karena tidak ada akses sama sekali untuk berpindah ke ruangan lain.

Tetapi, jika teliti, di sana terdapat sebuah tangga yang menghubungkan ruang di bawah yang kini berfungsi sebagai ruang penyimpanan senjata. Saat di dalam pun, hanya ada satu akses, yakni sebuah pintu yang akan menghubungkan dengan halaman belakang gedung utama.

Pada halaman belakang itu, suasana nyaman sangat terasa. Di sana terdapat sebuah kolam ikan berukuran besar, yang dinaungi pohon-pohon rimbun. Tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu luang dengan bersantai.

Di luar gedung utama, terdapat sebuah gedung dua lantai yang kini berfungsi sebagai ruang diorama. Tetapi, kondisi lantai 1 gedung itu tidak dapat dijamah lantaran rusak akibat banjir besar sekitar tahun 2007 yang melanda Jakarta.

Hampir tak ada jejak Soekarno di sana. Padahal dulu, bangunan ini bernama Wisma Yasoo. Soekarno membangun wisma ini untuk sang istri kelima Naoko Nemoto, yang kemudian diberi nama Ratna Sari Dewi.

"Ini dulu rumahnya Soekarno waktu masih jadi presiden," ujar salah satu karyawan Museum, Dedi Kurniadi (35) saat berbincang dengan merdeka.com di sela aktivitasnya merawat rumput di Wisma Yasoo, Rabu (19/6).

Wisma Yasoo memang dibangun oleh Soekarno untuk beristirahat melepas lelas usai menjalankan tugas sebagai kepala negara. Di rumah itu, Soekarno memadu kasih dengan Dewi, hingga istrinya itu mengandung seorang anak yang dikenal dengan nama Kartika Sari Dewi.

Namun, bayangan kesenangan yang dulu diidamkan Soekarno akhirnya hilang seketika, saat rezim pemerintahan dipegang oleh Soeharto.Situasi semakin buruk sehingga Soekarno akhirnya meminta Dewi melahirkan ke luar negeri. Dia takut terjadi apa-apa pada keluarganya.
Wisma itu pun akhirnya kosong. Soeharto memanfaatkannya untuk menahan Soekarno di tempat itu. Mengasingkannya dari dunia luar. Alat sadap dipasang hampir di setiap sudut Wisma. Penjaga menempel Soekarno dengan ketat.

Soekarno juga tidak ditempatkan di gedung utama. Dia harus mendekam di sebuah ruangan pengap di berukuran 10x15 meter. Gedung itu diberi nama Makita Loka, yang kini berfungsi sebagai ruang Kepala Museum.

"Ditahannya di ruang Kepala Museum. Di sana ada kamar mandinya," kata Dedi.

Ruang itu hanya bisa diakses melalui halaman belakang komplek rumah. Tidak ada jendela maupun saluran udara di ruangan itu. Hanya terdapat satu pintu sebagai jalur akses keluar masuk ruangan.

Di ruang inilah Soekarno menjalani hidup sebagai tahanan politik tanpa proses peradilan. Rezim Soeharto pun tidak memberikan celah bagi Soekarno untuk sekedar mendapat informasi perkembangan ibu kota bahkan Indonesia.

Kondisi itu membuat Soekarno tertekan dan semakin melemahkan kesehatannya yang mengidap komplikasi penyakit salah satunya ginjal. Penyakit itu kian parah sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Tetapi, langkah itu tidak memberikan hasil hingga akhirnya Soekarno menghembuskan nafas terakhir pada Minggu, 21 Juni 1970.

Jenazah Soekarno sempat disemayamkan di Wisma Yasoo sebelum dimakamkan. Saat tiba di rumah itu, setelah jenazah dimuliasara, banyak orang datang untuk melepas kepergian Soekarno untuk terakhir kalinya.

Hanya ada satu kata yang mampu mewakili kisah Soekarno, 'ironis'. Soekarno membangun rumah itu untuk bersenang-senang, tetapi dia justru mendapat kisah tragis.

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month