Share Info

24 March 2015

Cukur rambut kemaluan berbahaya bagi kesehatan

Ilustrasi - Gunting
Pastinya setiap orang yang sudah beranjak dewasa akan mengalami perubahan pada bentuk fisik yang salah satunya adalah tumbuhnya rambut pada kemaluan. Namun, sekarang ini, khususnya para wanita banyak yang menghilangkan rambut kemaluannya baik secara manual atau dengan metode waxing.

Walaupun banyak penelitian yang mengatakan bahwa penghilangan rambut kemaluan itu dianjurkan agar mengurangi tingkat kelembapan yang dikhawatirkan akan menjadi sarang bakteri, penelitian lain menyebutkan bahwa mencukur secara total atau menghilang rambut kemaluan justru akan menambah risiko seseorang terkena penyakit pada bagian kelaminnya.

Seorang dokter dari Amerika Serikat bernama Dr Emily Gibson menjelaskan, "Rambut kemaluan itu ada atau tumbuh pastinya memiliki suatu alasan. Menghilangkan secara total rambut atau bulu pada kemaluan berbahaya bagi kesehatan."

Gibson juga menjelaskan bahwa mengeliminasi rambut di sekitar kemaluan dapat meningkatkan risiko infeksi karena bagian kulit yang ditumbuhi rambut tersebut dapat rusak serta menyebabkan luka mikroskopis.

Ketika bagian kulit tersebut sudah terluka, maka bakteri akan lebih mudah masuk dan seseorang tersebut dapat terkena infeksi jaringan lunak. Bahkan tidak hanya Gibson saja yang menjelaskan bahwa ada beberapa kasus seperti yang pernah diungkapkan banyak dokter di negara Paman Sam, seseorang yang baru mencukur atau menghilangkan rambut kemaluannya sangat rentan terhadap infeksi herpes.

Oleh karenanya, disarankan apabila memang ingin mencukur rambut kemaluan, maka tidak boleh dihilangkan secara penuh.

16 March 2015

Meraih Kebahagiaan dari Benda-benda Di Sekeliling Anda


Ilustrasi pakaian yang rapi
Kehidupan seseorang ternyata bisa dinilai dari bagaimana dia menyikapi benda-benda yang berserakan dan berantakan di sekelilingnya.

Dalam buku terbarunya The Life-Changing Magic of Tidying Up, Marie Kondo memberikan pandangan lain tentang bagaimana orang Jepang memandang pentingnya tempat tinggal yang rapi dan apik.

Kondo juga menjelaskan bagaimana cara paling praktis untuk mencegah barang-barang berserakan tak tertata.

Sejak diluncurkan buku itu memang cukup laris karena dinilai bisa membantu orang untuk membenahi lingkungan tempat tinggal mereka dan berdampak pada kesehatan fisik dan mental mereka.

Sejumlah orang yang mengaku terbantu oleh saran Kondo  mengirimkan foto rumah mereka yang lebih rapi. Seperti diberitakan Wall Street Journal, mereka juga menggunakan kata ‘Kondoed’ untuk meekspresikan kemampuan melepaskan diri dari dari benda yang tak dipakai untuk diberikan pada orang lain.

Setiap orang bisa mengambil pelajaran dari apa yang disarankan Kondo, bahwa kadang sekadar membereskan tempat tidur saja bisa mengusir energi negatif dari hidup kita. Meski pada kenyataannya tiap orang punya tantangan sendiri untuk menjadi orang yang lebih rapi.

Beberapa tips yang dikutip Huffington Post berikut setidaknya bisa jadi acuan untuk memulai merapikan barang-barang disekeliling Anda.

1. Pilih hanya barang-barang yang membawa kebahagiaan. 

Ajaran Kondo sangat sederhana. Simpan barang yang berharga dan buang yang tidak bermakna. “Lagi pula apa maknanya membereskan barang-barang? Jika bukan agar kita punya lebih banyak tempat bersama barang-barang yang membuat kita bahagia,” tulis Kondo dalam bukunya. “Karenanya kriteria paling mudah adalah benda apa yang paling membuat Anda bahagia dan mana yang tidak.”

Uniknya teori Kondo ini juga berlaku dalam hubungan Anda dengan orang di sekitar Anda. Hindari hubungan yang tidak membuat Anda bahagia.

2. Meja yang rapi = kepribadian yang positif. 

Ada orang yang percaya meja yang berantakan adalah bukti kreatifitas atau kesibukan. Benarkah?
Tidak juga, karena menurut penelitin di Association for Psychological Science di tahun 2013, bekerja di meja yang rapi lebih sehat dan baik untuk Anda.

3. Kurangi stres dengan membereskan apa yang terlihat. 

“Banyak di antara kita yang memaksakan diri untuk bekerja dibawah stres yang kronis dengan membiarkan tempat kerja berantakan,” kata David W. Ballard, Psy. D, asisten director eksekutif di  American Psychological Association's Center for Organizational Excellence. Padahal dengan menjalankan pola hidup yang rapi dan terorganisir, mereka akan bisa mengendalikan stres dengan efektif pula.

“Akan ada perasaan yang tipikal tentang ketenangan setelah membereskan barang-barang,” kata Kondo ikut menegaskan. Dengan kata lain begitu ada kelonggaran dalam ruangan, maka stres pun akan lebih terkendali.

4. Jika membereskan tempat kerja atau rumah terasa berat, lihat sisi positifnya.

Jika membereskan rumah terasa berat, ingatkan diri Anda bahwa tujuan utama membereskan rumah adalah untuk meningkatkan kebahagiaan dan melingkupi diri Anda dengan energi positif. Satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengubah pola pandang tentang kegiatan ini.

“Jika saya sedikit lebih bijak, saya akan menyadari sebelum saya jadi kurang waras karena terlalu banyak benda di sekitar saya. Bersikaplah lebih fokus pada bagaimana membuang benda-benda yang tidak membuat saya bahagia,” kata Kondo. “Kenapa? Karena pada akhirnya kita harus berhadapan pada pilihan apa yang ingin kita simpan apa yang ingin kita buang.”

5. Nikmati suasana rumah dan tempat kerja yang lebih rapi dan segar. 

Kondo menjanjikan begitu orang bisa melepaskan diri dari tumpukan barang-barang yang tak dibutuhkan dan diinginkannya, mereka akan merasa lebih ringan. Secara psikologis, spiritual dan juga secara fisik. “Biarkan benda-benda yang Anda pilih untuk disimpan ‘bicara’ ke hati Anda,” kata Kondo. “Buang semua yang tak Anda inginkan dan Anda siap untuk memulai hidup baru. “


[Source : cnnindonesia.com]

Kebiasaan Menggigiti Kuku, Pertanda Pribadi yang Perfeksionis


Gigit jari
Apakah Anda punya kebiasaan menggigiti kuku atau memilin rambut saat membaca atau memperhatikan sesuatu? Jika benar, bersyukurlah.  Karena sebuah penelitian terbaru menyebutkan perilaku ini bukan menggambarkan jiwa yang lemah atau manja.

Penelitian yang dilakukan tim dari University of Montreal membuktikan bahwa dua perilaku tersebut justru adalah pertanda kecerdasan. Intinya kedua perilaku kompulsif itu menunjukkan karena Anda cerdas, Anda jadi mudah hilang sabar dan frustasi. Saat inilah perilaku berulang yang fokus pada tubuh sendiri itu muncul. Seperti mencuili kulit, menggigiti kuku, menarik-narik bulu mata.

Hasil penelitian ini akan dipublikasikan di edisi Maret, Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry.Sayangnya meski perilaku ini didasari oleh sikap yang perfeksionis — namun sangat merusak dengan kadar yang mungkin tak disadari orang.

“Kami percaya individu dengan perilaku berulang seperti ini bisa jadi adalah orang yang perfeksionis, berarti mereka tak bisa bersantai dan melakukan tugas dengan cara yang normal,” kata  Dr. Kieron O'Connor, profesor bidang psikiatri yang memimpin penelitian ini.

“Sehingga mereka mudah mengalami frustasi, tidak sabaran dan tidak puas jika mereka tak mencapai tujuannya. Mereka juga mengalami rasa kebosanan yang luar biasa.”

Penelitian itu melibatkan  48 partisipan yang separuhnya punya satu dari kebiasaan ini. Sementara sisanya yang tidak punya kebiasaan ini dijadikan kelompok kontrol.

Para partisipan ditanyai hal-hal tentang emosi mereka, seperti rasa bosan, marah, bersalah, terganggu dan kecemasan. Lalu masing-masing partisipan dipaparkan pada situasi yang didesain untuk memunculkan perasaan ini. Dalam suasana kebosanan, contohnya, subyek penelitian dibiarkan sendirian dalam sebuah ruangan selama enam menit.

Partisipan dengan riwayat suka menggerak-gerakan bagian tubuhnya, terlihat semakin besar keinginannya untuk  melakukan kebiasaan ini saat mereka merasa stres dan frustasi. Namun mereka tidak melaporkan keinginan untuk melakukan hal itu saat mereka dalam kondisi santai.

“Apa yang memicu  kebiasaan ini sebagian besar adalah karena frustasi dan ketidaksabaran sehingga aksi yang muncul  lebih sebagai pengganti dari aksi yang  konstruktif,” kata O’Connor. Namun jika kebiasaan ini sulit dihentikan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, hal itu bisa menjadi kebiasaan sulit dihentikan

Aktris Olivia Munn, contohnya. Dia pernah mengungkapkan bahwa dia mengidap trichotillomania, atau kelainan kecemasan dengan kegemaran mencabuti bulu di tubuh.

“Saya memang tidak menggigiti kuku, tapi saya suka mencabuti bulu mata,” kata Munn kepad New York Daily News. “Rasanya tidak sakit tapi sangat mengganggu.”

Bagaimana perilaku ini bisa ditangani ? Saat ini ada dua  cara yang mungkin dilakukan — terapi perilaku yakni dengan mengganti perilaku yang tak sehat itu dengan perilaku lain. Satu lagi pendekatan memisahkan diri dari faktor pemicu utama seperti ketegangan, sikap perfeksionisme dan keyakinan negatif lainnya.

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month