Ilustrasi |
“Seseorang remaja baik putri maupun putra yang pernah melakukan hubungan seksual akan mengulangi perbuatan tersebut pada pasangannya atau pasangan barunya,” tulis Ari Fahrial Syam, dokter dari Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dalam keterangan tertulis yang diterima CNN Indonesia, Senin (9/2).
Penelitian yang dilakukan di South African University dan dipublikasi pada Journal of Evidence-Based Social Work pada tahun 2014 yang lalu, melaporkan bahwa 46,3 persen responden pernah melakukan hubungan seksual dalam tiga bulan terakhir.
Bahkan, 55,91 persen responden mengaku melakukan seks dengan berganti-ganti pasangan dalam tiga bulan terakhir. Masih dari penelitian yang sama, pada kelompok yang berganti-ganti pasangan tersebut ternyata telah melakukan seksual pada usia yang lebih muda dan cenderung untuk melakukan seksual tanpa menggunakan kondom.
“Budaya kita memang beda dengan budaya Afrika Selatan, tetapi kalau seseorang sudah jatuh dalam kehidupan seks bebas, kondisi gonta-ganti pasangan ini bisa saja terjadi,” kata Ari menjelaskan.
Yang menjadi masalah adalah jika seorang remaja sudah mempunyai penyakit infeksi menular, maka dia akan menularkan penyakit tersebut pada pasangannya. Persoalannya, seorang remaja tidak bisa mengetahui apakah pasangan tersebut mengidap penyakit infeksi menular atau tidak.
Dijelaskan Ari, kehidupan seks bebas berisiko berbagai penyakit, terutama Human Immunodeficiency Virus (HIV). Laporan Joint of United Nations programme tahun 2013 menyatakan bahwa angka orang dengan HIV di Indonesia meningkat hampir 50 persen dari tahun 2008 ke 2013. Sebagian besar penularannya melalui hubungan seksual.
“Pengalaman klinis saya sebagai dokter spesialis penyakit dalam mendapatkan bahwa pasien dengan HIV terjadi pada semua kalangan. HIV bisa mengenai semua profesi, ibu rumah tangga (IRT) yang tidak gonti-ganti pasanganpun menderita HIV karena mungkin tertular dari suaminya yang suka ‘jajan’ di luar,” kata Ari.
Selain ancaman penyakit infeksi menular seperti HIV, para perempuan yang gonta-ganti pasangan juga berisiko menderita kanker mulut rahim. Sedangkan untuk laki-laki, gonta-ganti pasangan akan menambah risiko untuk menderita kanker prostat di kemudian hari.
“Siapapun yang berhubungan seks dengan seseorang tanpa hubungan tali perkawinan berpotensi untuk tertular penyakit yang didapat dari pasangan seks sebelumnya. Pasien dengan HIV positif atau dengan hepatitis B atau C tidak bisa dibedakan dengan orang normal tanpa infeksi virus tersebut,” kata Ari.
Ketiga penyakit virus ini merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Secara fisik, mereka tidak berbeda dengan orang normal. Hanya saja, ada virus mematikan yang bersarang di tubuhnya dan bisa menular melalui hubungan seksual tidak aman.
Oleh karena itu, saat pasangan remaja melakukan hubungan seksual, maka mereka sudah berisiko untuk dapat menderita penyakit infeksi yang berbahaya dan mematikan.
“Fase tanpa keluhan penderita infeksi virus ini dapat berlangsung selama 5-10 tahun sampai mereka mempunyai gejala. Oleh karena itu, sering saya mendapatkan pasien yang mengalami HIV-AIDS saat ini dan menduga tertular pada saat 5 atau 10 tahun yang lalu saat sebelum menikah, karena mereka menyampaikan setelah menikah 5 tahun belakangan ini mereka tidak pernah berhubungan seks dengan orang lain kecuali kepada istri atau suami sahnya saja,” kata Ari.
Bagaimana mencegah infeksi ini lebih lanjut? “Setop gonta-ganti pasangan. Ingatkan remaja untuk tidak berhubungan seksual sebelum menikah. Sayang kepada pacar bukan berarti menyerahkan bulat-bulat diri kita kepada pacar kita. Sekali para remaja pernah merasakan hubungan seksual maka mereka akan mencoba lagi dengan pasangan dan terus berulang sehingga jatuh pada kehidupan seks bebas yang sangat berbahaya,” kata Ari.
0 Comment:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA