Share Info

23 December 2014

Memelihara Karier, Memelihara Masa Depan

Karir yang menanjak - ilustrasi
Kehilangan motivasi dalam bekerja bisa mengancam masa depan karier kita. Simak kiat berikut agar bisa menjaga motivasi untuk menggapai prestasi puncak.

Layaknya pepohonan, ada pohon yang tumbuh liar, ada pula yang harus dirawat. Ada yang punya buah bermanfaat, ada pula yang menumbuhkan duri tajam, bahkan racun pada buahnya. Analogi ini sebenarnya berlaku juga berlaku pada dunia kerja. Ada orang yang mampu tumbuh lebih cepat dari orang lain. Ada yang tumbuh menjadi benalu atau parasit sehingga cenderung menghambat karier. Ada pula yang begitu-begitu saja, namun bila ia tak ada, banyak orang di kantor kelabakan karena butuh asistensinya.

Lantas, seperti pohon apakah karier yang kita bina selama ini? Sudah tentu, kita ingin menjadi pohon yang tumbuh rindang, berbuah lebat penuh manfaat, dan mampu menjulang tinggi sehingga selalu bisa memberi arti bagi sekelilingnya. Jika ini berhasil dicapai, masa depan gemilang pun bukan hanya impian.

Untuk itu, salah satu yang harus dilakukan adalah dengan mampu menjaga dan memelihara motivasi kerja. Mengapa? Sebab, dengan motivasi menggebu, sadar bahwa kita punya hak untuk sukses, dan mau serta mampu terus berjuang, akan menjadikan kita pohon yang mampu memberi manfaat bagi banyak orang.

Jika Motivasi Sedang di Level Minus...

Namun, sudah jadi rahasia umum, bahwa motivasi sering kali tak selalu berada di puncak. Kesadaran hak akan sukses pun kadang hanya membuat kita berangan-angan. Akibatnya, saat bekerja pun sering kali kurang maksimal. Jika sikap semacam ini terus dipelihara, niscaya “pohon” karier kita pun akan layu. Lantas, apa yang harus dilakukan saat motivasi sedang berada pada level negatif atau bahkan minus? Berikut beberapa hal yang disarankan oleh Annemarie Cross, seorang konsultan karier yang menyebut dirinya sebagai personal branding strategist.

Jangan terjebak pada satu masalah. Segeralah cari kegiatan lain atau beristirahatlah.
Kadang kala, tanpa disadari, kita terbebani dan akhirnya mengalami degradasi moral dan mental akibat dari permasalahan yang tak kunjung henti. Saat satu masalah atau pekerjaan di kantor belum selesai, pekerjaan lain segera menimpali. Jangan jadikan hal itu sebagai beban. Sadari bahwa itu adalah kondisi yang manusiawi dan semua orang bisa mengalaminya.

Maka, jika hal  itu dirasa sudah sangat membebani pikiran, tak ada salahnya untuk beristirahat sejenak. Cuti atau liburan dengan meninggalkan pekerjaan, serta mengambil jarak dari masalah sering kali bisa membuka banyak perspektif berpikir sehingga solusi terbaik bisa didapatkan. Jika pikiran sudah kembali segar, segeralah untuk mencari cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan satu per satu.

Maksimalkan potensi, bagikan pekerjaan.
Berbagi beban pekerjaan adalah hal yang wajar, sepanjang masih ada kesalingpengertian dengan sesama rekan kerja. Karena itu, jika ada pekerjaan yang menumpuk, cobalah bagi pekerjaan sesuai dengan potensi terbaik yang kita miliki. Misalnya kita jago membuat konsep namun lemah dalam eksekusi, cobalah cari rekan kerja yang lebih jago di lapangan. Berbagilah tugas sehingga tugas bisa selesai dengan lebih maksimal. Namun, dalam hal ini, komunikasi yang seimbang harus dikembangkan. Jangan sampai, saat berbagi tugas, muncul kesan saling melempar tanggung jawab.

Kenali waktu terbaik dari diri kita.
Adalah hal yang wajar jika seseorang bekerja berdasarkan mood. Namun, jangan sampai pula kita tergantung sepenuhnya pada kondisi mood yang harus selalu ditunggu. Karena itu, cobalah ciptakan suasana yang bisa memicu mood kita keluar dengan cepat dan maksimal. Salah satunya, adalah mengenali jam dan kondisi yang paling sering membuat mood kita keluar dengan mudahnya. Misalnya, kita terbiasa bekerja di malam hari saat sepi, cobalah untuk benar-benar memaksimalkan waktu itu untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih berat. Dengan begitu, beban kerja tak akan menumpuk dan mengganggu motivasi kerja.

Mengelompokkan tugas yang hampir sama.
Biasanya ada beberapa tugas yang paling kita senangi atau justru sebaliknya, kurang disukai. Cobalah kelompokkan pekerjaan tersebut menjadi satu bagian. Lantas, misalkan kita lebih cenderung menyukai mengerjakan yang sulit dulu baru yang lebih mudah, cobalah selesaikan kelompok pekerjaan yang kurang kita sukai dulu. Begitu juga sebaliknya. Dengan cara itu, kita akan menghemat banyak waktu sehingga motivasi kita pun bisa kita pelihara karena pekerjaan bisa terselesaikan lebih cepat.

Tingkatkan konsentrasi
Cobalah kenali hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian kita pada pekerjaan utama. Yang paling sering saat ini barangkali adalah godaan masuknya email yang berkedip di komputer atau layanan panggilan chatting dari rekanan kita. Bila memang bisa dialihkan atau belum sangat penting untuk dibalas, kalau perlu hilangkan fasilitas tersebut dari layar komputer utama. Dengan begitu, konsentrasi kerja bisa lebih maksimal dan pekerjaan pun segera selesai, sehingga motivasi pun terus terjaga.

Jangan lupa beri penghargaan pada diri sendiri.
Sekali lagi, penghargaan pada diri sendiri adalah hal yang juga utama untuk kita perhatikan dalam menjaga motivasi kerja. Karena itu, dalam setahun, setidaknya jadwalkan liburan ke tempat impian atau hadiahkan barang yang kita suka. Dengan begitu, kita akan selalu termotivasi dan bahagia, terutama saat menerima “hadiah” dari prestasi kerja yang telah kita hasilkan.


[Source : andriewongso]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month