Panorama alam ‘Bukit Seks’ mulai dipromosikan ke masyarakat
internasional seiring dengan penetapan Tana Toraja sebagai salah satu
Daerah Tujuan Wisata (DTW) tahun 70-an di Provinsi Sulawesi Selatan.
Bukit tersebut berada di km 16 dari Kota Enrekang, ibukota Kabupaten Enrekang, atau berada sekitar 240 km di arah utara Kota Makassar. Keunikan bukit ini karena bentuknya yang menyerupai bentuk V (kelamin wanita) yang besarannya sekitar 60 juta kali dari bentuk sesungguhnya.
Sekalipun berada di wilayah Kabupaten Enrekang, namun bukit ini menjadi bagian tak terpisahkan dari paket wisata perjalanan darat dari Kota Makassar ke Kabupaten Tana Toraja. Soalnya, bukit tersebut membentang di sisi kanan jalan negara yang menuju Kabupaten Tana Toraja.
Dalam catatan lama budayawan Enrekang, Bompeng Rilangi, bukit ini awalnya disebut Buttu Polloq Pejjog (Bhs. Enrekang), berarti Gunung Pantat Kerempeng. Namun kemudian, karena bentuknya yang menyerupai V, orang-orang mengganti namanya dengan sebutan Buttu Kabobong (Bhs. Enrekang) berarti Bukit V, yang populer sampai sekarang.
Menariknya, belukar alam yang tumbuh bagai melukis kelengkapan belahan gunung menyerupai bentuk V tersebut, tidak pernah berubah dari masa ke masa. ‘’Sekalipun rumput-rumput yang tumbuh di sekitar Buttu Kabobong itu terbakar, dalam beberapa waktu kemudian akan tumbuh kembali seperti biasa,’’ jelas Ancong, warga Mandatte, sekitar bukit tersebut.
Dahulu, menurut catatan Bombeng Rilangi, Buttu Kabobong sering dijadikan sebagai tempat musyawarah masyarakat yang berdiam di gunung-gunung sekitarnya. Sekitar bukit di ketinggian sekitar kl.700 m dpl tersebut, sampai sekarang masih terdapat perkampungan penduduk yang merupakan wilayah pemu****n yang sudah ada sejak masa purba.
Seorang pelancong, Prof. Reflexiologi dari China, George Is kepada independen.co menyatakan kagum dengan panorama alam pegunungan Buttu Kabobong dan sekitarnya. ‘’Saya sudah berkeliling menikmati berbagai obyek wisata alam pegunungan terkenal di berbagai belahan dunia, tapi alamnya tidak seindah dan sesejuk di sekitar Buttu Kabobong,’’ katanya.
Buttu Kabobong, memang, merupakan salah satu dari beratus bentuk unik bukit yang terdapat di kaki Gunung Latimojong (lebih 3.000 dpl), merupakan salah satu gunung tertinggi di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Hanya saja kawasan panorama alam pengungan yang menawan sekitar Buttu Kabobong yang juga sering disebut-sebut sebagai Erotic Mountain tersebut dari sejak dahulu tak mengalami banyak perkembangan sebagai suatu obyek wisata.
Dalam cerita rakyat di Desa Bambapuang Kecamatan Anggeraja, disebut-sebut pada masa purba Gunung Bambapuang yang terletak sekitar 2 km dari Buttu Kabobong dahulu puncaknya menohok ke langit. Tapi kemudian gunung itu patah dan menimbulkan bencana, setelah terjadi perkawinan incest alias sedarah di sekitar lokasi tersebut.
Berahdapan dengan Buttu Kabobong terdapat juga sebuah bukit yang membentang dengan bentuk menyerupai bentuk P (kelamin lelaki) dalam ukuran yang cukup besar. Itulah sebabnya, kawasan sekitar Buttu Kabobong ada yang mengistilahkan sebagai kawasan ‘Bukit Seks’ (sex mountain).
Kawasan wisata Buttu Kabobong dan sekitarnya hingga kini masih tetap menjadi jalur lintas yang hanya dilewati wisatawan yang pergi pulang ke obyek wisata Tana Toraja. Di tempat sekitar lokasi bukit tersebut sampai sekarang hanya ada sebuah tempat penginapan yaitu Villa Bambapuang. Lokasi di sekitar bukit unik tersebut masih lebih banyak dikembangkan seadanya oleh warga sekitar dengan membuat lapak-lapak persinggahan, sekaligus membuka warung makan-minum serta penjualan kuliner.
Bukit tersebut berada di km 16 dari Kota Enrekang, ibukota Kabupaten Enrekang, atau berada sekitar 240 km di arah utara Kota Makassar. Keunikan bukit ini karena bentuknya yang menyerupai bentuk V (kelamin wanita) yang besarannya sekitar 60 juta kali dari bentuk sesungguhnya.
Sekalipun berada di wilayah Kabupaten Enrekang, namun bukit ini menjadi bagian tak terpisahkan dari paket wisata perjalanan darat dari Kota Makassar ke Kabupaten Tana Toraja. Soalnya, bukit tersebut membentang di sisi kanan jalan negara yang menuju Kabupaten Tana Toraja.
Dalam catatan lama budayawan Enrekang, Bompeng Rilangi, bukit ini awalnya disebut Buttu Polloq Pejjog (Bhs. Enrekang), berarti Gunung Pantat Kerempeng. Namun kemudian, karena bentuknya yang menyerupai V, orang-orang mengganti namanya dengan sebutan Buttu Kabobong (Bhs. Enrekang) berarti Bukit V, yang populer sampai sekarang.
Menariknya, belukar alam yang tumbuh bagai melukis kelengkapan belahan gunung menyerupai bentuk V tersebut, tidak pernah berubah dari masa ke masa. ‘’Sekalipun rumput-rumput yang tumbuh di sekitar Buttu Kabobong itu terbakar, dalam beberapa waktu kemudian akan tumbuh kembali seperti biasa,’’ jelas Ancong, warga Mandatte, sekitar bukit tersebut.
Dahulu, menurut catatan Bombeng Rilangi, Buttu Kabobong sering dijadikan sebagai tempat musyawarah masyarakat yang berdiam di gunung-gunung sekitarnya. Sekitar bukit di ketinggian sekitar kl.700 m dpl tersebut, sampai sekarang masih terdapat perkampungan penduduk yang merupakan wilayah pemu****n yang sudah ada sejak masa purba.
Seorang pelancong, Prof. Reflexiologi dari China, George Is kepada independen.co menyatakan kagum dengan panorama alam pegunungan Buttu Kabobong dan sekitarnya. ‘’Saya sudah berkeliling menikmati berbagai obyek wisata alam pegunungan terkenal di berbagai belahan dunia, tapi alamnya tidak seindah dan sesejuk di sekitar Buttu Kabobong,’’ katanya.
Buttu Kabobong, memang, merupakan salah satu dari beratus bentuk unik bukit yang terdapat di kaki Gunung Latimojong (lebih 3.000 dpl), merupakan salah satu gunung tertinggi di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Hanya saja kawasan panorama alam pengungan yang menawan sekitar Buttu Kabobong yang juga sering disebut-sebut sebagai Erotic Mountain tersebut dari sejak dahulu tak mengalami banyak perkembangan sebagai suatu obyek wisata.
Dalam cerita rakyat di Desa Bambapuang Kecamatan Anggeraja, disebut-sebut pada masa purba Gunung Bambapuang yang terletak sekitar 2 km dari Buttu Kabobong dahulu puncaknya menohok ke langit. Tapi kemudian gunung itu patah dan menimbulkan bencana, setelah terjadi perkawinan incest alias sedarah di sekitar lokasi tersebut.
Berahdapan dengan Buttu Kabobong terdapat juga sebuah bukit yang membentang dengan bentuk menyerupai bentuk P (kelamin lelaki) dalam ukuran yang cukup besar. Itulah sebabnya, kawasan sekitar Buttu Kabobong ada yang mengistilahkan sebagai kawasan ‘Bukit Seks’ (sex mountain).
Kawasan wisata Buttu Kabobong dan sekitarnya hingga kini masih tetap menjadi jalur lintas yang hanya dilewati wisatawan yang pergi pulang ke obyek wisata Tana Toraja. Di tempat sekitar lokasi bukit tersebut sampai sekarang hanya ada sebuah tempat penginapan yaitu Villa Bambapuang. Lokasi di sekitar bukit unik tersebut masih lebih banyak dikembangkan seadanya oleh warga sekitar dengan membuat lapak-lapak persinggahan, sekaligus membuka warung makan-minum serta penjualan kuliner.