Matahari memiliki medan magnet yang tidak merata di setiap bagiannya.
Berbeda dengan Bumi yang padat sehingga medan magnetnya konstan. Meski Matahari
tetap memiliki kutub utara dan selatan, namun akibat rotasi serta medan
magnet yang ada dimana-mana dan tidak stabil, mengakibatkan terjadinya
sunspot. Bila terdapat sunspot, berarti ada medan magnet Matahari
yang masuk atau atau keluar dengan membawa plasma. Karena terbentuknya
di beberapa tempat, mengakibatkan terjadinya tabrakan dan jadilah
prominensa. Saat prominensa ini putus atau saling bertabrakan lagi, akan
terbentuk flare.
Sunspot atau lebih dikenal dengan bintik hitam Matahari,
memiliki diameter sekitar 50,000 km, yang artinya lebih besar daripada
diameter Bumi. Suhu pada sunspot lebih dingin dibandingkan yang bagian
lain yaitu kurang lebih 3800 K. Hal itu yang menyebabkan sunspot
berwarna gelap. Jumlah sunspot pada Matahari tidak konstan setiap saat. Kenampakan sunspot pada umumnya dalam orde minggu atau bahkan kurang.
Bentuknya yang mirip loop atau pita yang dikibaskan, membuat prominensa lebih dikenal dengan nama lidah api Matahari.
Meski berada di fotosfer, namun panjangnya bisa melewati korona.
Prominensa terpanjang yang pernah teramati oleh SOHO pada tahun 1997
mencapai 350,000 km, atau sebanding dengan 28 kali diameter Bumi. Kala
hidup prominensa ini bisa mencapai 5 Bulan.
Dari hasil pengamatan, sepertiga dari prominensa muncul 3 minggu
setelah terbentuknya sunspot. Berbeda dengan sunspot yang bergerak
menuju ekuator, prominensa bergerak menuju kutub.
Ledakan Matahari
yang terjadi akibat energi yang tersimpan dalam medan magnetik
dilepaskan secara tiba-tiba dalam waktu singkat, dinamakan flare. Energi
yang dilepaskan ini setara dengan jutaan kali bom atom Hiroshima.
Bahkan pengaruhnya sampai ke atmosfer dan medan magnetik Bumi.
[Source : astronomi.us]
No comments:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA