Keluarga Soekarno baru-baru ini menggugat penyerobot tanah milik
presiden Indonesia pertama itu di daerah Puncak, Bogor. Sebelumnya saat
Megawati Soekarnoputeri menjabat Wakil Presiden, Puri Bima Sakti di
Batutulis atau dikenal juga Istana Batutulis yang sempat dirampas
Sekretariat Negara dikembalikan kepada keluarga Soekarno atas instruksi
Presiden Abdurrahman Wahid.
Soekarno ternyata punya banyak tanah
dan properti. Padahal, Soekarno dalam biografinya, mengaku gajinya
ketika itu hanya $200 per bulan.
Jumlah yang menurut dia tak
cukup memenuhi kebutuhan keluarganya. “Adakah seorang kepala negara lain
yang melarat seperti aku dan sering meminjam-minjam dari ajudannya?”
kata Soekarno.
Namun itu bukan berarti kehidupan Soekarno
morat-marit. Bahkan istri termuda Soekarno, Heldy Djafar, menceritakan
sang proklamator itu royal dalam memanjakan dia.
Heldy menceritakannya dalam buku Heldy; Cinta Terakhir Bung Karno.
Berikut ini nukilannya:
Heldy
Djafar masih ingat hadiah perhiasan yang pertama dibelikan Soekarno.
Sepulangnya dari kunjungan ke Mesir, Soekarno membawakan satu set
perhiasan bermata pirus yang ditempatkan di kotak berlapis beledu.
“Indah sekali,” kata Heldy.
Soekarno bertemu Heldy pada 1964
ketika ia menjadi barisan Bhinneka Tunggal Ika, yakni deretan perempuan
berbaju daerah. Ketika itu mereka menyambut Tim Piala Thomas yang
membawa piala ke Istana.
Kepincut dengan gadis 18 tahun ini,
setahun setelahnya Soekarno bertandang ke rumah Heldy. Selain mengajak
makan ke luar, sang presiden juga memberinya kotak hadiah berisi jam
tangan Rolex.
Berstatus kekasih Soekarno, Heldy dibelikan rumah
di Jalan Cibatu yang sekarang dikenal dengan Jalan Djoko Soetono. Rumah
seluas 600 meter persegi dengan empat kamar plus satu kamar khusus buat
Bung Karno.
Selain rumah, Heldy juga mendapat mobil Holden
Premier. Ajudan Soekarno, Zaenal, membujuk Heldy agar mengganti mobil
itu dengan versi yang lebih baru. Sesuai saran Zaenal, ia meminta
dibelikan mobil Admiral.
“Dik, kau tidak pantas naik Admiral,
sebaiknya Mercedes,” kata Soekarno. Esoknya sedan Mercedes-Benz 220S
warna hitam sudah terparkir di rumah Jalan Cibatu.
Demi mendekati
Heldy, Soekarno juga memanjakan keluarga kekasihnya itu. Kakak Heldy,
Ruslan Djafar, mendapat sedan Mercedes-Benz 220 buatan 1964. Di kemudian
hari, pada 1966, Soekarno mengurus mereka naik haji.
Selain di
rumah Jalan Cibatu, Heldy juga sesekali menemui Soekarno di Wisma Negara
yang berada di sisi barat Istana Merdeka. Jika keduanya bertemu atau
Soekarno mengirim ajudannya, biasanya Heldy dimanjakan dengan rupa-rupa
hadiah. Perhiasan, jam, minyak wangi, berlembar-lembar kain batik, dan
bahan kebaya.
Jika pemberian itu dititip lewat ajudan, Soekarno
biasanya menuliskan pesannya pada secarik kertas berkop presiden atau
sekretariat negara. Jika hanya mengirim uang, ia menulis: “Heldy dear, a
little money for the household. Soekarno.”
Kesempatan lain jika
disertai hadiah, Soekarno menulis: “Dear Dik Heldy, I am sending you
some dollars, Miss Dior, Diorissimo, Diorama,” dan ia menambah, “Of
course, also my love. Mas Soekarno.”
Peristiwa G30S pada 30
September 1965 pun tak membuat Soekarno berhenti mencurahkan perhatian
buat Heldy. Pada 3 Desember 1965, Soekarno menyuruh Heldy dan
keluarganya berjalan-jalan ke Hong Kong dan Jepang. Tak lupa ia memberi
uang saku buat plesir itu.
“Kau selama ini tegang menanti dan
memikirkan aku, pergilah kau berlibur, tapi jangan lama-lama,” kata
Soekarno seperti ditirukan Heldy. “Kalau dirimu senang, aku juga senang,
bawalah kakak-kakakmu.”
Sepulang dari Jepang, rupanya ada
pemberian besar menantinya. Sembari melihat-lihat foto wisata ke luar
negeri itu, Soekarno menyanjung kecantikan Heldy.
“Dik, kau cinta terakhirku, tapi tolong jangan kau mainkan aku,” ujarnya. “Kau mau tidak kuangkat namamu?”
Soekarno
mengatakan, ia akan memberikan tanah seluas 4000 meter persegi di Jalan
Jenderal Sudirman, Jakarta. Ia menyuruh Heldy membangun gedung Serikat
Dagang Kalimantan yang nantinya jadi pusat penjualan dan kegiatan yang
berhubungan dengan Kalimantan.
Gedung itu, kata Soekarno, buat
simpanan di hari tua Heldy. Ia yakin sebelum jadi bangunannya pun sudah
banyak yang akan menyewa ruangannya.
“Nanti aku yang meletakkan batu pertamanya,” kata Soekarno. “Kau menjadi direktris, baru kau di situ diekspos sebagai istriku.”
Pada
11 Juni 1966, Soekarno menikahi Heldy di Wisma Negara. Akad nikah itu
disaksikan oleh Ketua Dewan Pertimbangan Agung Idham Chalid dan Menteri
Agama KH Saifuddin Zuhri, ayah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Lantas
dari mana tanah yang dijanjikan Soekarno itu jika dia sering menyatakan
tak punya banyak uang. Saudara Heldy, Erham, bercerita, Soekarno
meminta Gubernur Jakarta Mayjen Soemarno Sosroatmodjo mencarikan lahan
itu.
“Dalam waktu dua minggu sertifikat tanah itu keluar,” kata
Erham. “Sayangnya pada 1966 tidak ada investor jadi, ya, sampai sekarang
tidak terwujud Kalimantan Center itu.”
No comments:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA