Konflik yang kerap terjadi di jalan, di kantor, atau
bahkan di lapangan pertandingan olahraga, ternyata bisa dipicu oleh
faktor kehadiran kaum laki-laki. Menurut penelitian, pria sudah memiliki
insting untuk agresif terhadap siapa pun yang mereka anggap sebagai
'orang luar'.
Dalam kehidupan awal manusia di Bumi, konflik dan
kekerasan antarlelaki bisa meningkatkan status dan lebih mudah mendapat
pasangan. Namun, sejalan dengan perkembangan manusia dan teknologi,
bentuk kekerasan dan konflik ini bisa berubah menjadi perang dalam skala
besar.
Sebaliknya, kaum perempuan dianggap lebih 'lembut dan
bersahabat'. Sifat ini dikembangkan kaum Hawa dengan tujuan bisa
meredakan konflik dengan cara damai agar bisa melindungi anak-anaknya.
Kesimpulan
ini ditarik dalam sebuah studi dalam Philosophical Transactions of the
Royal Society B. Studi ini merupakan paparan bukti evolusi hipotesa
'pejuang laki-laki'.
Studi ini juga menjelaskan mengapa lelaki
lebih bisa dalam menjalin ikatan kelompok dan akan memiliki hubungan
kuat dengan anggota di dalamnya. Terutama jika saat itu mereka tengah
bersaing dengan kelompok lain.
Evolusi hubungan lelaki dengan
rekan sesama anggota kelompok dan dengan 'pihak luar' menjadi penyebab
perang antara negara atau pun kerajaan di masa lalu. Sedangkan di masa
modern, pertikaian ini bisa terlihat dalam perang antar kelompok
suporter olahraga.
"Solusi konflik yang sudah menjadi masalah
umum dalam masyarakat sekarang ini tetap sulit dipahami. Salah satu
alasannya karena kita sulit mengubah pola pikir yang sudah berevolusi
selama ribuan tahun," kata Prof Mark van Vugt sebagai pemimpin studi
ini.
No comments:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA