DINAMIKA dunia profesional bisa saja membawa kita pada kondisi
bekerja pada atasan yang usianya jauh lebih muda. Bagaimana kita harus
bersikap bila seseorang yang sebaya dengan keponakan atau anak kita
memberi tugas dan perintah?
Stop Stereotyping!
Menurut Paul Bernard, executive coach & career advisor,
salah satu hambatan terbesar untuk mendapatkan hubungan mulus dengan
atasan yang lebih muda adalah bila kita sudah terlebih dulu menerapkan stereotyping. “Ah, fresh graduate
kan cuma tahu teori, belum pernah merasakan dunia nyata di luar sana!”
atau “Masih muda dan lulusan luar negeri, pasti lagaknya selangit,
padahal belum tentu bisa kerja,” adalah beberapa kalimat yang mungkin
terbersit di benak kita saat pertama kali menemui si bos muda. Buang
jauh-jauh pikiran seperti itu sebelum benar-benar mengenalnya.
Like Any Other Bosses
Siapapun atasan kita—tua, muda, pria, wanita, dan
sebagainya—dia adalah atasan yang harus kita hormati. Selalu tanamkan
hal tersebut dalam diri kita. Meski usianya lebih muda, bos memiliki hak
dan wewenang untuk memberikan perintah maupun tugas pekerjaan pada
kita. Kerjakan dengan profesional. Hindari membawa perasaan atau emosi,
yang membuat kita merasa disuruh-suruh oleh ‘anak kecil’. Age is just numbers, anyway.
It’s Your Boss, NOT Your Child
Sebagai orang yang usianya lebih tua, mungkin memang kita
memiliki lebih banyak pengalaman daripada si bos muda. Tapi jangan
pernah menempatkan diri kita layaknya ayah atau ibu baginya. “When I was your age,
….” merupakan contoh kalimat menggurui yang sebaiknya dihindari.
Memberikan bimbingan atau arahan memang baik, tapi pilih cara yang
paling halus sehingga tak terkesan kalau kita sedang menunjukkan diri
lebih baik daripada si bos. Jadilah mentor yang bisa jadi andalan si bos
saat dirinya butuh saran maupun ide-ide segar.
Be Authentic But Updated
Beradaptasi dengan atasan yang usianya jauh lebih muda bukan berarti
kita harus berubah menjadi orang lain supaya bisa ‘fit in’ dengannya. “If
you’re 50 years old, dress smart and professionally, don’t start
sporting skinny jeans just because they’re what all the 25-year-olds are
wearing,” tegas Paul Bernard. Jadi kita nggak perlu meniru gaya
bicara anak gaul masa kini, hanya untuk membuat si bos muda terkesan.
Meski demikian, kita juga perlu melek dan updated dalam
berbagai hal. Jangan sampai, kita hanya menguasai tentang pemasangan
iklan billboard dan brosur, sementara si bos mau menerapkan digital marketing.
No comments:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA