By: Catherine Maillard
Julie mengirimkan beberapa SMS berulang-ulang kepada suaminya setiap
hari. Sementara itu, Marian merasa tersiksa mengenai pacarnya cukup
sering mengatakan "Aku mencintaimu”. Philip, di sisi lain, tidak bisa
membeli pakaian apa pun tanpa persetujuan sang istri.
Rasa
ketergantungan muncul dalam berbagai bentuk, namun hampir selalu
menghambat pengembangan pribadi. Untuk bisa menghindari hubungan semacam
itu, pertama-tama Anda harus mampu mengenali tanda-tandanya.
Ancaman emosional
Sudahkah
Anda mulai berpikir setelah semua yang telah Anda lakukan untuknya, ia
belum memberikan apa-apa untuk Anda? Anda benar-benar mendukung segala
hal yang dia lakukan, apa yang telah ia lakukan untuk Anda?
Perilaku
semacam ini berakar pada masa kanak-kanak, saat orangtua mengatakan,
"Jika kamu tidak baik, kami tidak akan mencintaimu." Akibatnya,
"mencintai seseorang berarti melakukan apa yang orang lain inginkan agar
ia juga mencintai Anda," jelas Florence Escaravage, pendiri Love
Intelligence. Dalam sebuah hubungan, orang-orang semacam ini akan
mencoba yang terbaik untuk menyenangkan pasangannya sehingga cinta
mereka akan berbalas.
Untuk melepaskan diri dari cara berpikir
semacam itu, Anda harus mencoba dan mengesampingkan gagasan bahwa tidak
ada pernah ada kata cukup.
"Konsentrasikan hanya pada segala
yang dilakukannya untuk Anda, bahkan jika itu bukan apa yang Anda
'harapkan'," ungkap pakar Marie-Lise Labonte. Ingat juga bahwa pria
umumnya tidak mampu mengekspresikan emosi mereka, terutama jika mereka
berada di bawah tekanan.
Terlalu ingin tahu
Telepon
pasangan Anda berdering pada Minggu dan Anda segera bertanya padanya
siapa yang menelepon. Dia berhenti bermain tenis dan Anda ingin tahu
mengapa. Anda ingin tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam
hidupnya.
"Ketergantungan yang mengganggu semacam itu pada
seseorang biasanya berasal dari seorang ibu yang ingin mengawasi
segalanya ketika anaknya masih kecil," kata Florence Escaravage. Bisa
juga seorang ibu bisa membuat anaknya percaya diri. "Seorang ibu yang
suka ingin tahu, walaupun secara tidak sadar, menyandera anaknya, dan
mengarahkan anaknya agar sesuai dengan tujuannya," tambah psikolog
Hélène de Roubeix.
Saat dewasa, orang tersebut juga akan
memiliki keinginan tidak tertahankan untuk mengetahui segala sesuatu.
Sikap tersebut dapat membahayakan keintiman pasangan. Untuk memperbaiki
situasi, Anda harus terlebih dahulu menetapkan batas-batas sehingga
masing-masing dapat memiliki ruang mereka sendiri.
Memilih
tempat pribadi seperti lemari, laci atau tempat lain adalah cara yang
baik untuk memulai. Hal tersebut dapat membantu memberikan waktu untuk
menyendiri, hanya untuk diri sendiri, setelah bekerja atau setelah
menidurkan anak-anak. Tujuan di sini adalah untuk mendefinisikan kembali
diri Anda dan melatih identitas pribadi Anda.
Kendali
Anda
menjalani kehidupan yang sibuk dengan mengatur berbagai kehidupan
sosial Anda, membina hubungan dengan mertua dan menabung untuk liburan.
Semua kebutuhan Anda dalam hubungan ini sudah terpenuhi!
Dalam
situasi tersebut, Anda berdua merasa bergantung satu sama lain. Menjadi
orang yang bertanggungjawab atas suatu hal sering dikaitkan dengan
keinginan (secara tidak sadar) untuk mengendalikan orang lain.
"Kebutuhan tersebut juga didorong oleh ketakutan dari orang lain dan
tidak bisa memercayainya sehingga Anda selalu harus berjaga-jaga," ujar
Hélène de Roubeix.
Sikap tersebut berakar dari masa lalu, dan
sering diciptakan oleh orangtua pengatur yang tidak tahu cara lain untuk
mengungkapkan cinta mereka.
Langkah pertama untuk mengembangkan
hubungan yang lebih setara dan tanpa dikekang adalah dengan mulai
melihat siapa yang bertanggungjawab pada suatu hal. "Cobalah untuk
membuat daftar siapa yang bertanggungjawab untuk suatu hal tertentu
dalam hubungan dan apa yang menyangkut orang lain dan apa yang tidak.
Kemudian coba biarkan pasangan Anda melakukannya seperti saat Anda
biasanya akan memegang tangannya," saran Marie-Lise Labonte.
No comments:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA