Perceraian antara Ayah dan Ibuku yang semula menjadi mimpi buruk
bagiku, berangsur-angsur mulai dapat kuterima. Dan aku akhirnya bisa
mengerti mangapa ibu menuntut perceraian dari ayahku, aku juga lebih
memilih ikut dengan ibu dari pada ayah yang memilki temperamen
emosional, keras yang menjurus kearah kasar.
Hampir setahun lamanya ibuku menjanda, padahal di usianya yang
menginjak hampir empat puluh tahun, jika tidak bisa di bilang cantik
ibuku masih terlihat muda. Aku sendiri pernah menyatakan kepada ibu agar
segera menikah kembali. Karena walau bagaimanapun aku amat prihatin
dengan keadaan ibu yang berkerja keras sendirian untuk mencukupi
kebutuhan hidup kami berdua.
Ibuku akhirnya merespon apa yang aku pinta, dan rupanya ibu telah
menemukan pilihannya pada seorang duda kaya yang juga memiliki satu anak
laki-laki yang usianya sebaya denganku. Singkat cerita pernikahan ibu
yang kedua akhirnya terlaksana walaupun hanya dengan syukuran yang
sederhana dan hanya mengundang beberapa tetangga dan kerabat terdekat
ibu.
komunikasiku dengan Arie kakak tiriku juga berjalan lancar, kami
seakan menemukan kecocokan satu sama lain, karena masing-masing dari
kami membutuhkan teman dalam menyelesaikan segala permasalahan baik soal
pendidikan kami maupaun hal lain yang berkaitan dengan persoalan anak
muda.
Celakanya hubungan yang seharusnya sebatas hubungan kakak beradik,
berlanjut menjadi hubungan yang lebih intim, bahkan tak jarang secara
diam-diam kami sering saling mengunjungi saat ayah dan ibu sudah
tertidur lelap. Dan disaat-saat seperti itu tak jarang kami bercumbu
saling memberikan kenikmatan walaupun sebatas oral dan tak sampai
melakukan peting. Dan malam itu kami merasakan kepuasan untuk yang
kesekian kalinya setelah hampir setengah jam kami saling meraba,
mengelus, meremas dan menghisap.
Sepandai-pandainya kami menyimpan rahasia, toh akhirnya terbongkar
juga dan hal itu membuat kedua orang tua kami shok. Akhirnya ayah
mengirim kakakku untuk meneruskan studinya di luar negeri. Dan sejak
itulah kami akhirnya berpisah untuk waktu yang menurutku sangat lama dan
mungkin aku tak akan bertemu lagi utnuk selamanya. Hal itu membuat aku
sangat bersedih dan terpukul begitu juga dengan kakakku, ada rasa
frustasi dan galau diraut wajahnya saat terakhir kami bertemu.
Hampir enam tahun lamanya kami berpisah dan kenangan indah bersama
Arie akhirnya bisa terhapus dari ingatanku. Aku sendiri saat ini telah
menikah dan memilki satu orang anak dan kurasa pernikahan ini amat
membahagiakan, karena aku memiliki sumi dan anak yang sangat
memperhatikan aku. Sementara itu aku tak mengetahui kabar dan keberadaan
Arie, aku hanya bisa berdoa semoga ia dalam keadaan yang baik.
Siang itu seperti biasa, sebagai ibu rumah tangga aku selalu
menyiapkan apa yang akan ku masak sore nanti. Saat itu aku mendengar
pintu depan diketuk orang, saat kubuka pintu darahku langsung mengalir
dengan cepat, di depanku, dirumahku aku menyaksikan Arie tengah
menatapku dengan senyumnya yang khas.
Sedetik kemudian aku memeluknya, tak terasa air mataku mengalir deras
dan untuk sesaat aku tak bisa berkata apa-apa, aku hanya bisa menangis
dan memeluknya dengan erat. Sementara Arie hanya bisa memberiku usapan
pada pundak dan kepalaku, usapan yang sangat kukenal dan membuatku
merasa amat nyaman dan tenang.
Dan sepanjang siang hari itu aku puaskan diriku menatap wajahnya
seakan aku tak akan melihatnya lagi, kenangan indah lima tahun lalu kini
terulang lagi. Bukan hanya peluk, rabaan dan elusan saja yang kami
lakukan, kami melakukan hal yang sangat jauh, membenamkan seluruh dahaga
kerinduan hingga desahan nafas kami mendengus bak kuda yang tengah di
pacu sekencang-kencangnya.
Satu jam kemudian kami mengerang dan mengejang, Arie memelukku dengan
sangat erat sementara bagaian bawah tubuhnya mendesakku dengan sangat
keras hingga aku tersentak dalam kenikmatan tiada tara. Dan sejak saat
itu, saat suami dan anaku tak berada di rumah aku selalu menghubungi
Arie dan disaat itu pula aku melakukan penyelewengan.
Terus terang saat ini aku seperti menemukan jiwaku kembali, rasa
sayang dan cinta yang sempat hilang akhirnya berkobar kembali, rasa yang
sebenarnya sangat menakutkan aku, takut bangkai yang kusimpan ini
tercium oleh suami dan kedua orang tuaku, dan aku takut kehilangan
semuanya, Arie, suami dan kedua orang tuaku jika perbuatanku ini
akhirnya di ketahui oleh mereka.
No comments:
Post a Comment
Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA