Share Info

25 July 2017

Sebar Berita Hoax, Admin WhatsApp Grup Bisa Dipenjara


Masalah berita hoax yang menyebar begitu cepat menjadi masalah hampir di semua negara, tak terkecuali di Malaysia. Bahkan negara ini mempunyai aturan ketat untuk menghentikan laju hoax.

Tak tanggung-tanggung, peraturan baru dibuat. Pemerintah Malaysia mengancam akan memasukan ke penjara kepada admin atau pengelola WhatsApp Grup jika membiarkan berita palsu beredar di layanan pesan instan itu.
Pilihan Redaksi

Wakil Menteri Komunikasi dan Multimedia Malaysia Johari Gilani mengayakan admin WhatsApp Grup bisa dibui berdasarkan undang-undang Komunikasi dan Multimedia tahun 1998, khususnya bila mengancam keamanan nasional.

“Jelas, jika admin terlibat secara langsung menyebarkan dan memberikan berita palsu di WhatsApp Grup, dia akan dihukum,” ujar Gilani, seperti dikutip dari The Stars.

Agar kejadian buruk tidak menimpa mereka, Ia mengimbau para admin sebagai penjaga pintu grup untuk menyaring berita maupun informasi yang akan disebarkan kepada para anggotanya. Berdasar aturan itu, sejumlah tindakan seperti menyebarkan berita palsu, memfitnah, penipuan, dan mengungkap informasi rahasia merupakan tindakan pidana.

“Pemerintah akan memanggil para admin untuk melakukan klarifikasi sebelum melakukan tindakan lebih lanjut, seperti menangkap,” tambahnya.

Meski terlihat ‘kejam’, nyatanya Malaysia bukan satu-satunya yang menerapkan aturan tersebut. Di India, admin WhatsApp dan Facebook bisa dipenjara apabila tak bisa menghentikan berita hoax di grup yang dikelolanya.

[Source : www.cnnindonesia.com ]

'Israel pakai cairan kimia buat robohkan Masjid Al-Aqsa'

Sheikh Kamal Khatib
Wakil organisasi Gerakan Islam di Israel Sheikh Kamal Khatib dalam wawancara dengan stasiun televisi Aljazeera pekan lalu mengatakan Israel menggunakan cairan kimia yang disuntikkan ke dinding Masjid Al-Aqsa untuk membuat masjid itu roboh sejak 22 tahun lalu.
Cairan kimia itu, kata Khatib, bisa membuat korosi pada dinding masjid dan proses itu berlangsung dalam jangka panjang hingga membuat tembok masjid keropos dan akhirnya bisa roboh. Dengan demikian Israel nantinya bisa beralasan masjid roboh karena dinding yang sudah retak atau rapuh karena dimakan usia.
"Dua puluh dua tahun lalu, kami sudah bilang, Al-Aqsa dalam bahaya. Pada waktu itu kami mengatakan, Israel memakai cairan kimia yang punya dampak jangka panjang. Cairan ini bisa mengikis bebatuan dan pilar tapi dampaknya tidak langsung kelihatan, pada akhirnya mereka (Israel) akan bilang Al-Aqsa memang sudah retak," kata Khatib, seperti dilansir laman the Times of Israel, Jumat pekan lalu.
Masjid Alaqsa 

"Sekarang sudah terjadi. Di beberapa tempat sudah ada lubang. Memang rencana Israel begitu supaya mereka bisa bilang itu karena proses alami," kata dia.
Ketika ditanya apakah Israel akan melakukan lagi cara itu setelah belakangan ini mereka menutup Al-Aqsa karena peristiwa penembakan 14 Juli lalu, Khatib mengatakan kemungkinan itu ada.
"Ya, ya, saya khawatir begitu. Saya hampir yakin tujuan Israel menutup masjid bukan hanya untuk mencari senjata yang kata mereka disembunyikan di sana. Mereka tahu sebenarnya tidak ada senjata di dalam Masjid Al-Aqsa.
Israel menyebut para pemuda Palestina yang menyerang polisi Israel di kompleks Al-Aqsa Jumat dua pekan lalu itu menyelundupkan senjata ke kompleks Masjid Al-Aqsa sebelum melancarkan serangan.
Sejak peristiwa itu Israel menutup Al-Aqsa dan memasang kamera serta alat pendeteksi logam yang memicu kemarahan warga muslim Palestina.

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month