Share Info

23 July 2011

Mengapa Perlu Riset Solar Cell

Indonesia adalah negara Tropis yang berarti hampir 90 persen mendapat pancaran penuh dari intensitas matahari rata rata yang di terima bumi ini. berarti Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa jika mampu memanfaatkan energi matahari sebagai sumber energi alternatif. Energi matahari yang di pancarkan ke atmosfer Bumi adalah 1360 Watt per meter persegi. (Nasa.gov,2011 ) (1) Katakanlah jika Indonesia mampu mendapat 95 persen dari total energi rata rata yang di terima atmosfir bumi maka Indonesia masih memiliki potensi 1292 Watt/ Meter persegi potensi energi matahari yang belum termanfaatkan. Dengan Energi sebesar Ini kita mampu menyalakan sebuah Komputer dan AC secara bersamaan hanya dengan menangkap seluruh energi matahari dalam area satu meter persegi.

Solar cell dengan rekor efisiensi terbaik saat ini adalah 40.8 % artinya sekitar 40.8 % energy cahaya di ubah menjadi energi listrik. Penelitian tersebut di laksanakan tahun 2008 oleh ilmuwan dari National Renewable Energy Laboratory yang di pimpin oleh J.F Geiz . pada penelitian ini digunakan inverted metamorphic triple-junction solar cell untuk mendapatkan efisiensi yang seoptimal mungkin. ( Geiz,2008) (2)

Gambar 1

Susunan inverted metamorphic triple-junction solar cell ( Geiz,2008)

Pada Sollar Cell tipe ini di gunakan 3 panjang gelombang cahaya yang berbeda sehingga di dapatkan efisiensi yang tinggi.

Namun perlu diingat Solar cell tipe ini cukup susah di buat dan memerlukan teknologi tinggi seperti ruang vakum, ruang steril serta biaya pembuatanya yang relatif mahal sehingga kurang cocok untuk riset skala kecil.

Alternatif Lain dari Solar Cell adalah tipe DSSC (Dye-sensitized solar cell) Solar cell yang relatif mudah di buat . Sollar cell tipe DSSC berdasarkan pada prinsip photoelectrochemical bisa juga di sebut Grätzel cell karena pertama kali di temukan oleh Michael Grätzel dan Brian O’Regan pada makalahnya yang berjudul A low-cost, high-efficiency solar cell based on dye-sensitized colloidal TiO2 films. Pada tahun 1991 (3)

Namun Riset tentang DSSC terkendala masalah bahan baku khususnya TCO (Transparent Conductive Oxyde ) karena TCO sendiri juga relatif mahal dan susah di dapatkan di Indonesia.

Transparent Conductive Oxide Atau yang Di kenal dengan TCO Banyak di butuhkan dalam Komponnen elektronik dewasa ini. Penggunaan signifikan aplikasi TCO ini terdapat pada Organic Light Emiting Diodes (Oled) , Solar Cell terutama jenis DSSC (Dye-sensitized solar cell). Permintaan akan TCO diperkirakan akan semakin meningkat, di karenakan kebutuhan akan material penunjang riset tentang energi alternatif terutama yang berkaitan dengan solar cell

TCO yang sudah dikenal ada dua tipe yaitu jenis ITO (Indium Tin Oxide) dan FTO (Flourine Dopped Tin Oxide) ITO dengan bahan dasar Indium cukup mudah di buat namun bahan dasarnya adalah Indium harga di pasaran sangat mahal, namun Indium memiliki kelebihan bandgab yang lebih kecil sehingga produk akhirnya memiliki tingkat resistifitas yang rendah. Alternatif lainya adalah FTO atau tin oxide yang di dopping dengan Flourine dengan dopping florine diharapkan produk FTO yang dihasilkan tetap menghasilkan nilai resistansi yang kecil dan transmitansi yang tinggi.

[Source : curvatech.com]

1 Comment:

  1. iya sob riset ini masih sangat perlu di kembangkan.... ayo kita ajak gnerasi muda agar giat belajar dan ga cuma hura2 saja agar nantinya dapat bermanfaat buat bangsa kita kedepan... :D

    ReplyDelete

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month